Ini tentang ESTOnya kota yang memiliki sesanti “HATI BERIMAN“. Ceritanya saya baru tau tentang ESTO setelah membaca buku Salatiga Sketsa Kota Lama special edition karya Bapak Eddy Supangkat.
Beneran kudet, saya baru tau tentang ESTO. Sebenarnya saya senang belajar sejarah, tapi koq belum bisa detail gitu, ya. Salut dengan Bapak Eddy Supangkat atas niat dan semangatnya mengumpulkan informasi -sejarah- apa saja yang ada di Salatiga. Dan kemudian di bukukan.
Informasi yang beliau kumpulkan adalah informasi-informasi yang mempunyai sari rasa tempo doeloe. Termasuk ESTO ini.
ESTO (Erste Salatigasche Transport Onderneeming) adalah nama perusahaan bus kecil milik KWA TJWAN ING, sekaligus nama alat tranportasi “Bus Kecil” tempo doeloe di Salatiga. Sebelum ada Bus Kecil Esto, sekitar Tahun 1920-an sudah ada beberapa mobil yang beroperasi di sekitar kota Salatiga. Seperti Oplet dan Kereta Api.
Kehadiran ESTO ini sangat membantu warga Salatiga ketika akan perjalanan ke Semarang. Bus yang pada awalnya hanya berkapasitas 16-18 ini masih bisa dinikmati sampai abad 21. Yaaa meski pada abad tersebut, keberadaanya lebih sebagai sekedar mempertahankan sejarah. Tapi bukankah itu jauh lebih penting ketimbang tidak ada bukti sejarah blas, ya.
Melihat penampakan Bus ESTO di buku, koq sekilas mirip sepur kluthuk, ya. Gerbongnya yang mirip. Hehehe. Unik banget, ya? Kesan tempo doeloe tambah kental karena di sekitar ESTO terdapat beberapa orang yang mengenakan pakaian khas tempo doeloe. Masih banyak lagi transportasi tempo doeloe yang menghiasi Salatiga. Tercerita juga tentang bangunan-bangunan penuh kenangan, orang-orang ternama dan beberapa cerita sejarah Salatiga yang tak pernah membosankan.
Senang mendapat buku Salatiga Sketsa Kota Lama. Menambah banyak pengetahuan baru tentang kota Salatiga jaman mbiyen. Terima Kasih Bapak Eddy Supangkat telah berbagi cerita sejarah Salatiga Tempoe Doeloe. Tiba-tiba, saya berpikir, seandainya di Banjarnegara ada yang mau mengukir tempo doeloe dalam sebuah buku pastinya menyenangkan! Maturnuwun sanget oleh-olehnya nggih, Bu Prih. Nikisampun dugi Banjarnegara. ???
Teman-teman pernah baca Salatiga Sketsa Kota Lama belum?
Sudah baca Idah, dari Bu Prih juga… Alhamdulillah… Oya, ttg Bus ESTO itu kami punya kenangan tersendiri… sdh niat menuliskannya namun blm sempat2.. hehe…
Mba, saya tunggu kenangan Bus ESTOnya. Penasaran. ^_*
belum pernah baca mbk,ke salatiga juga belum pernah kayaknya..*kayaknya sih 😀
Mainnya di Jombang ajah siii, Mba Hanna. Hihihiw ^_*
Baru tau ada istilah sepur kluthuk..
Itu esto buatan mana yaa
Buatan mana saya tidak tahu, Mas Topics. Tapi mobil dan bus2 ini didatangkan dari Semarang. ^_*
Terima kasih Non, jadi duta Salatiga di mBanjarnegara, ayoo ditunggu naik bus ESTO lanjut santap soto ESTO. Salam
Pingiiin, Bu Prih. Wooow, mau dong Soto ESTOnyaaaa! ^_*
aaaaaaaaaa aku juga kudet, baru tau ada bus ESTO
wah kamu suka sejarah to? sama donk 🙂
aku juga ngajar sejarah di sekolah nih
jadi mesti banyak belajar
Suka, Mba Mei. Mau dong belajar sejarah dari kamuu, Mba. ^_*
Oww ternyata bus esto ini ada di salatiga yapi mbak ida pernah ndak naik esto
Belum pernah, Mas Aplikasi. Besok2 pingin nyoba. . . ^_*
baru dengar yg namanya ESTO malah, coba deh kamu yg bikin ya tentang Banjarnegara .. dicoba …
Wooooow, bukan bidang saya tuh, Mas Stumon. ^_*
di batavia tempo dulu ada gak yah bus kaya gitu? hehe
baru skrg ini denger esto mak,,tengkyu sharingnya mak,,nambah pengetahuan 🙂
Sama-sama, Mak Tita. ^_*
aku belum pernah baca 🙂
Baca di sini saja ya, Mba Lidya. Hehehe ^_*
Lha…aku malah tahu ESTO dari artikel Mbak Ida lho…serius.
Apalagi buat daku yang tak begitu suka masa lalu, pastinya sejrah itu akan sngat menyakitkan (mulai lebay :D)
Hahahaw, Mba hani hatinya tersayat kalau dengar masa lalu yak? 😛 ^_*
mantep tuh keren 🙂
Yuhuuy. .. ^_*
blm baca bukunya bahkan ESTO pun sy baru tau 🙂
Kalau gak dapat dari Bu Prih, saya juga gak tau lho, Mba Myr. ^_*
mbak nya pengemar sejarah ni…
Bukan penggemar, tapi kebetulan suka. 🙂 ^_*
Ternyata kota-kota di Indonesia Tempo dulu sebenarnya, dari sisi transportasi tidak jauh beda dengan eropa ya.
Di perkotaan masa penjajahan di era balasbudi cukup memberi nafas bagi ekonomi Indonesia.
Dengar2 ini, transportasi ini juga ada polesan dari EROPA, Deteko. ^_*
sepertinya sebelum buku itu masih ada dua buku sebelumnya,, disana juga ada referensi esto, tapi saya lupa judulnya, poknya buku yang anda ebut tadi pnyempurnanya kal ga salah