Kuliner dengan penyajian makanan di atas wadah tebal berbentuk piringan besi yang dilengkapi dengan alas kayu sebagai dudukan memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen. Umumnya, hidangan yang disajikan di atas hot plate yaitu steik yang mana makanan dari bahan daging memang lebih nikmat jika tersaji dalam keadaan hangat. Lalu, bagaimana ketika seporsi mie ayam, kuliner yang sangat merakyat juga dihidangkan menggunakan hot plate seperti yang ada di daftar menu makanan De Papringan? 😉
Berawal dari kebiasaan hunting menu makan siang bersama teman-teman kantor, saya tertarik untuk mencoba makan di De Papringan karena selama ini memang belum pernah mencoba mie ayam hot plate. 😆 Tidak hanya dengan menu makanannya saja, saya juga tertarik untuk mengunjungi De Papringan setelah dengar cerita dari Bu Dwi yang merekomendasikan tempat makan tersebut karena katanya suasananya asyik, tipe semi outdoor, gitu. Ketimbang penasaran, kami pun saat itu sepakat mengunjungi De Papringan saat jam istirahat.
O..o…ou…ternyata rumah makan yang desainnya full bambu ini lokasinya sangat dekat dari tempat kerja kami. Tidak sampai lima menit dengan berkendara sepeda motor. “Wah…bisa jadi langganan, nih!” Gumam saya setibanya di tempat parkir dan mendapati tempat yang sesuai dengan ekspektasi. Semi outdoor, semilir euy! 😆
Seperti Apa Rumah Makan De Papringan?
Singgah untuk pertama kali di De Papringan, saya terpesona melihat bangunan sederhana yang terbuat dari bambu. Bentuk bangunannya letter L. Dalam satu ruang lurus memanjang, terdapat dua sisi. Satu sisi dilengkapi dengan tempat duduk memanjang, satu sisi lagi lesehan untuk kapasitas empat orang. Kemudian untuk satu ruang lagi yang cukup luas, dibuat lesehan untuk kapasitas mencapai 15 orang.
Sebenarnya pengunjung sudah bisa menebak ketika membaca kata Papringan. Orang Jawa bisa jadi langsung paham jika tempat yang dimaksud pasti ada unsur pring atau bambu. Entah dari bangunannya, interiornya, atau sekadar aksesori. Untuk De Papringan ini, selain bangunan utama yang terbuat dari bambu, fasilitas seperti toilet dan mushola juga dibuat dari bambu. Satu yang tak kalah menarik yaitu loket kasir. Desain dinding muka terbuat dari bambu wulung, terkesan manis. Apalagi ditambah dengan benda-benda unik yang terbuat dari bambu tertata rapi di rak bambu. Cantik. Usut diusut meski belum tuntas, ternyata akan dibangun galeri yang lokasinya tidak jauh dari resto ini, tepatnya di samping kanan pintu masuk.
Kalau melihat dari bangunan dengan dinding berupa anyaman bambu, rasanya resto ini fix menyajikan makanan khas Sunda, Jawa Barat. Terlebih saat saya masuk area dan mendengar alunan instrumen musik khas sunda, tambah yakin kalau De Papringan adalah rumah makan sunda yang berdiri di tanah Banjarnegara, Jawa Tengah. 😆 Pengunjung pun bisa mengobati rasa kangen dengan masakan sunda seperti nasi tutug oncom, nasi timbel, mie kocok, dan masakan sunda lainnya yang kadang bikin kangen. Tapi ternyata saya salah!
Masuk resto, kami memilih tempat duduk lesehan yang cukup untuk berempat. Seorang laki-laki yang mengenakan kaus krah menghampiri kami dan menyerahkan selembar daftar menu. Saya pun membaca pilihan menunya dari atas sampai bawah dan ternyata perkiraan saya salah! Resto yang mengusung tema tema food, garden, & gallery tidak menawarkan masakan khas sunda sama sekali, malah mie ayam hot plate menjadi menu utama di sana. Salah konsep nih resto. Hahaha.
Baca juga: Ngopi cantik di Kopi Sabin, Banjarnegara.
Saatnya Mencoba Mie Ayam Hot Plate!
Duh…sebenarnya saya bukan anak kampungan banget, ya. Tapi enggak tahu kenapa, mau makan mie saja jadi deg-degan. Apa mungkin karena pengalaman pertama mencoba mie ayam hot plate, ya? Hahaha. Saya jadi ingat saat dulu pertama kali mencoba kuliner Curry Beef di Pepper Lunch, rasanya deg-degan juga. Asli, geli sendiri kalau mau nyobain menu makanan baru tapi pakai jantung berdebar. Norak, tapi enggan disebut kampungan. 😆 😆
Tertera dalam daftar menu, ada beberapa pilihan mie ayam hot plate. Maksudnya, De Papringan tidak hanya menjual mie ayam original saja, namun tersedia juga dengan berbagai pilihan topping. Ada dua pilihan topping yaitu jamur kancing dan katsu ayam. Saya dan Bunda Eling memesan mie ayam jamur, sementara Bu Dwi memesan mie ayam original, dan Bu Widi memesan Mie Ayam katsu.
Kami menunggu pesanan kurang lebih dua puluh menit karena siang itu cukup ramai konsumen. Ah…akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, laki-laki ganteng penuh kharisma, calon suaminya Bunda Eling. Satu-satunya personil hunting kuliner yang masih single tapi senang banget kalau dipanggil Bunda. 😛 😛 Tapi ngaco. Ini yang datang bukan akhi penuh pesona, tapi mie ayam hot plate. Datang di waktu yang tepat, tapi bukan jodoh. 😆
Waa..waa…waaa..jantung ini tiba-tiba biasa saja saat mie ayam jamur datang. Sudah tidak ganjen sok dag dig dug karena terlalu fokus dengan mie yang kalau tidak saya aduk sesegera mungkin bakal gosong. Hahaha. Namanya mie di atas wajan yang masih panas dibiarkan begitu saja, pasti gosong. Sedikit minyak, enggak ada air sedikitpun. Fix bakal gosong kalau dibawa melamun. 😆
Ternyata e ternyata, harusnya mie ayam diguyur air terlebih dahulu sebelum mulai diaduk. Ini saya bilang diguyur bukan berarti kami diberi air kaldu satu ember, ya. 😆 Dalam satu porsi mie ayam hot plate, De Papringan memberikan satu mangkuk kecil berisi kaldu sebagai kuah mie. Buat yang suka kuah, porsi satu mangkok kaldu ini lebih dari cukup. Kuah kaldunya gurih dan segar karena ada irisan daun bawang. Seperti dalam porsi mie ayam, ada irisan daun bawang yang masih segar. Iya, selain sayur sawi yang pada umumnya menjadi bagian dalam seporsi mie ayam, pada mie hot plate ini juga ditambah irisan daun bawang dan juga ditaburi wijen.
Mie ayam terlihat coklat seperti sudah ditambah dengan kecap saat memasaknya. Rasanya juga manis. Bagi saya yang tidak begitu suka manis cukup tertolong dengan kuah yang gurih dan sedikit saus pedas. Rasa manis pun menjadi buyar. Eh… kok buyar, sih, kayak fokus pandangan ke gebetan saja. 😆
Baca lagi: Amrina Gallery, Banjarnegara.
Lalu, bagaimana dengan pelayanan dan harga?
Sejak kami datang dan duduk di lesehan, waiters langsung menyambangi kami. Gerak cepat. Si waiters pun sabar menunggu kami memilih menu dan menuliskannya di selembar kertas pesanan yang sudah ada menunya. Tinggal centang saja menu yang dipilih, lalu ditambahkan banyaknya pesanan. Btw, kamu bisa menuliskan sendiri pesanannya jika dirasa perlu atau enggak enak dengan pelayannya karena mungkin harus menunggu lama saat memilih menu. Soalnya, selain mie ayam hot plate, ada juga menu lain seperti ayam goreng.
Oiya, saat saya melakukan pembayaran pun, kasirnya ramah banget. Berulang kali bilang makasih dengan memberikan senyuman terbaiknya. Asli, ramah banget. Tidak pemalu pula. Ada komunikasi, gitu.
Harga makanan di De Papringan termasuk ramah di kantong. Untuk mie ayam hot plate, harga mulai Rp 15.000 – Rp 18.000. Untuk menu lain seperti olahan ayam, harga mulai Rp 13.000 – Rp. 20.000. Pun dengan minumannya, harga masih pada umumnya.
Lanjut ke fasilitas di De Papringan, ya!
Fasilitas apakah yang paling kamu cari ketika sampai di rumah makan? Mungkin fasilitas umum berupa toilet, ya. Di sini ada banget toilet, dong. Toiletnya sederhana, semi permanen dari batu bata merah dan pintu dari anyaman bambu. Untuk fasilitas lain, ada mushola dengan ukuran 3×2 meter dan cukup bersih. Di sini menyediakan alat ibadah juga. Jadi, pengunjung tidak perlu khawatir jika tidak membawa mukena atau sarung. 😉
gazebo bambu
fasilitas de papringan
Perihal tempat parkir, di De Papringan punya lahan cukup luas untuk parkir. Ramah untuk parkir mobil, apalagi sepeda motor. Hanya saja karena tipenya semi outdoor, tempat parkirnya panas banget, tanpa atap. Khususnya untuk tempat parkir mobil. Sementara untuk kendaraan roda dua, disediakan tempat khusus dekat lokasi perkebunan.
Generasi millennial atau generasi konten, ketika sampai di kedai atau resto, selain fasilitas di atas, fasilitas WiFi pasti sangat dinanti. Sayangnya di De Papringan belum menyediakan jaringan WiFi. Mungkin ke depannya kalik, ya. Karena ternyata resto ini belum lama berdiri.
Baca lagi tentang Pie Dawet Ayu, Banjarnegara.
Eh, di mana lokasi De Papringan?
Tidak sampai lima menit dari tempat kerja, lokasi De Papringan sangat mudah dijangkau dari jalan raya. Cari saja di google maps dengan kata kunci De Papringan atau kalau kamu sudah paham jalan di Banjarnegara, silakan menuju Jl. Selomanik, ya. De Papringan sangat mudah dicari karena berada di pinggir jalan raya.
Guys, apakah kamu pernah mencoba mie ayam hot plate? Boleh dong, rekomendasi mie ayam hot plate terendeus di kotamu. ^_*
Note: Mohon maaf, saat ini De Papringan sudah tutup. Artikel ini ditulis sebagai momen.
Lokasi De Papringan, Banjarnegara.