Insto Dry Eyes Andalan di Front Office: Mata Segar, Pelayanan Lancar

Insto Dry Eyes

Insto Dry Eyes Andalan di Front Office – Pekerjaan sebagai petugas front office bukan hanya soal menyapa dengan senyum atau menyelesaikan proses administrasi. Setiap hari, saya duduk di balik meja pelayanan yang menjadi wajah pertama yang ditemui masyarakat. Mereka datang membawa urusan dan cerita masing-masing, dengan harapan ketika meninggalkan meja pelayanan akan mendapatkan solusi untuk setiap permasalahannya.

Kurang lebih delapan jam saya habiskan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ada banyak layanan yang saya berikan baik dengan bantuan komputer maupun dengan cara berkomunikasi langsung.

Menatap layar komputer untuk memberikan layanan seperti: pendaftaran perkara secara online, penyerahan produk, hingga memproses data tentu membutuhkan ketelitian. Begitu juga ketika memberikan informasi atau menjawab pertanyaan, saya harus fokus dan mata tidak boleh redup.

Lebih dari itu, bekerja di depan “layar” dituntut untuk selalu ramah, tanggap dan menerapkan slogan 5 S: Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun. Senyum, sapaan, dan kontak mata menjadi paket lengkap dalam pelayanan prima. Tapi di balik senyum ramah itu, ada satu bagian tubuh yang terus bekerja tanpa henti, yaitu mata.

Pada artikel kali ini, saya akan berbagi cerita tentang setiap senyum di balik meja front office menyimpan cerita perjuangan mata yang terus bekerja, sampai Insto Dry Eyes pun menjadi andalan ketika mata mulai lelah.

Di Balik Pelayanan Prima, Ada Mata yang Bekerja Tanpa Henti

Front office bukan hanya tentang menyapa dengan ramah, tapi juga tentang menjaga fokus, kesabaran, dan kenyamanan. Mata segar adalah kunci utama.” -Idah Ceris

Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang Menjadi Garda Terdepan Pelayanan.

Setiap Selasa pagi, seluruh pegawai di bidang Kepaniteraan dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) melaksanakan kegiatan rutin yaitu briefing. Kegiatan ini biasanya dipimpin oleh Panitera atau Panitera Muda. Selain sebagai sarana evaluasi, dalam briefing pimpinan tidak pernah lupa untuk selalu mengingatkan bahwa bagian PTSP adalah garda terdepan pelayanan. Maka dari itu, saya dan teman-teman lainnya wajib untuk terus memberikan layanan dengan maksimal.

Mulai pukul 08.00 WIB, Satpam membuka pintu masuk PTSP. Artinya, jam pelayanan akan segera dimulai dan antrean pun mulai terbentuk.

PTSP di tempat saya bekerja terbagi menjadi beberapa loket sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsi masing-masing. Saya dan empat teman lainnya fokus melayani pendaftaran perkara, penyerahan produk, dan memberikan informasi sesuai kebutuhan masyarakat. Kemudian, ada juga loket kasir dan loket konsultasi atau informasi lanjutan. Total ada enam loket yang siap “bertempur” dari pagi hingga sore hari.

Satu per satu antrean mulai dipanggil petugas loket. Dari sini, interaksi antara petugas loket dan masyarakat mulai terbangun. Ya, di sinilah tempat di mana semua urusan akan diurai dan setiap harapan masyarakat pun digantungkan.

Semua masyarakat yang datang ke loket membawa masalah yang sangat beragam, khususnya masalah rumah tangga. Ya, saya bekerja di Pengadilan Agama, sebuah badan peradilan di Indonesia yang bertugas menangani perkara perdata orang-orang yang beragama Islam.

Banyak yang bilang, PTSP adalah panggung pelayanan hati. 😀 Saya percaya bahwa pelayanan ini bukan hanya soal sistem satu pintu, tapi soal hati yang terbuka dan mata yang fokus untuk melayani siapa pun yang datang. Karena setiap hari, saya tidak hanya berhadapan dengan administrasi yang harus diselesaikan tepat waktu, tapi juga berhadapan dengan wajah-wajah penuh harap.

Mereka datang dengan persoalan hukum, dokumen, atau kebingungan tentang prosedur berperkara. Di sinilah saya hadir untuk memberi arah, menjelaskan dengan sabar, dan meyakinkan bahwa setiap orang layak mendapat pelayanan terbaik.

Di Balik Pelayanan Prima, Ada Mata yang Bekerja Tanpa Henti.

Saya pernah dihadapkan dengan layanan informasi yang mana orang tersebut terlihat sangat cemas. Seorang Ibu muda datang bersama anak perempuannya yang masih seusia anak Sekolah Dasar.

Dia terlihat bingung dan tatapan matanya kosong. Jari tangannya terus digerakkan seperti tremor. Tanpa menunggu lama, saya mulai membuka percakapan dengan menanyakan identitas supaya lebih akrab dan lebih hangat saat menyapanya. Saat saya minta kartu identitasnya, dia memberikan Buku Nikah. “Okei, tidak apa-apa.” batin saya.

“Dengan Ibu Alma, ya. Apakah ada yang bisa saya bantu, Bu?” Saya mulai menyapanya dengan suara pelan dengan pandangan fokus. Bu Alma mulai menatap saya meskipun belum bersuara.

“Keperluannya apa, Bu?”

“Bu Alma bisa berkomunikasi dengan saya?” Saya menatapnya dalam-dalam sembari meyakinkan beliau kalau Pengadilan Agama adalah tempat yang aman.

Tidak lama kemudian, anak  perempuan yang berada di sampingnya diminta untuk duduk di kursi antrean. Pelan-pelan, kami pun mulai berkomunikasi. Saya mendengar dengan seksama permasalahan rumah tangga yang sedang dialami oleh Bu Alma. Tidak hanya mendengar, kami juga beradu mata.

Komunikasi kami terjalin kurang lebih tiga puluh menit. Artinya, pelayanan di loket tidak melulu dibantu dengan sistem komputerisasi. Komunikasi nonverbal seperti tatapan fokus sama pentingnya dengan kecepatan layanan yang saat ini sudah didukung dengan teknologi mutakhir. Mata betul-betul bekerja tanpa henti.

Insto Dry Eyes

Di hari yang sama, saya juga memberikan layanan pendaftaran perkara dan pengambilan produk. Tahun ini, pendaftaran perkara di Pengadilan Agama sudah dilakukan secara online melalui aplikasi e-Court Mahkaham Agung. Layanan ini bisa diselesaikan kurang lebih tiga puluh menit untuk satu perkara atau per orang.

Pada layanan ini, ada beberapa tahapan yang harus dilalui; mulai dari pembuatan akun pengguna, pengajuan permohonan perkara, pembayaran perkara menggunakan Virtual Account (VA), dan langkah terakhir yaitu pendaftaran. Perkiraan layanan pendaftaran rata-rata 15 perkara per hari. Belum ditambah dengan antrean lainnya. 🙂

Sistem digital yang membantu pekerjaan memang memudahkan banyak hal, tapi di sisi lain, diam-diam membuat mata lelah. Lelah di sini adalah lelah yang tidak dirasa. Pelayanan tidak bisa berhenti begitu saja karena mata kering. Harus bisa bertahan karena ada tanggung jawab di dalamnya. Tetapi ketika tubuh tidak bisa diajak kompromi, bagaimana solusinya?

Insto Dry Eyes Andalan Front Office: Mata Segar, Pelayanan Lancar.

Masalah pada mata kadang bikin kepala sampai pusing. Menatap layar dalam waktu lama juga menyebabkan kita jarang berkedip secara sadar. Inilah yang membuat air mata cepat menguap sehingga menyebabkan lapisan minyak di air mata menjadi tipis dan mata menjadi kering. Jika dibiarkan, bisa menyebabkan iritasi, mata merah, bahkan gangguan penglihatan sementara, seperti kabur saat sedang fokus.

Awalnya, saya mengira ini hal biasa. Tapi lama-lama, mata mulai memberi sinyal. Rasanya kering, perih, gatal, dan berat. Kadang pandangan saya jadi buram, dan kepala pun ikut terasa nyeri. Saya pernah mengira mungkin karena kurang tidur atau kelelahan biasa. Tapi setelah mencari tahu ternyata adalah gejala mata lelah akibat screen time berlebihan.

Kalau sudah seperti ini, barulah tersadar kalau tubuh sedang memberi sinyal, #MataKeringJanganSepelein. Tanpa pikir lama, saya biasanya langsung memalingkan pandangan dari layar komputer, menutup mata sejenak, dan tetesin Insto Dry Eyes.

Saya punya solusi praktis yang bisa diandalkan untuk kembali menyegarkan mata yaitu Insto Dry Eyes. Tetes mata ini sangat membantu mengurangi gejala mata kering dan membuat mata terasa lebih segar di tengah padatnya aktivitas di pelayanan.

Mata ini rasanya diberi waktu untuk “bernapas”. Mata segar, Pelayanan Lancar. Bisa jadi andalan, bukan. 😉

Insto Dry Eyes Andalan Front Office

FYI, INSTO Dry Eyes kini telah hadir dengan kemasan baru, Insto Dry Eyes New Packaging dengan isi bersih 7,5 mL. Kemasan baru ini tentu meningkatkan kenyamanan dan kemudahan bagi para penggunanya karena kemasan botol plastik transparan ini terlihat lebih modern, praktis, dan tentunya higienis. Desain ergonomisnya memudahkan untuk dibawa dan digunakan kapan saja, terutama bagi para pekerja aktif yang harus menjaga kesehatan mata di tengah aktivitas padat.

Meski tampil dengan kemasan baru, Insto Dry Eyes tetap mempertahankan formulasi efektifnya dalam meredakan gejala mata kering. Tiap mL larutan isotonik steril mengandung Hydroxypropyl methycellulose 3,0 mg. Kandungan ini yang bekerja cepat mengatasi iritasi pada mata, menyegarkan, dan menenangkan mata lelah.

“Mata yang sehat bukan hanya tentang melihat, tapi juga tentang hadir sepenuhnya untuk masyarakat.”

Mata Menyapa, Hati yang Melayani: Insto Dry Eyes Menjaga Keduanya.

Saya tahu bahwa yang masyarakat lihat di pelayanan bukan hanya sekadar wajah ramah, tapi juga mata yang hadir sepenuhnya. Mata yang seolah-olah menyapa, “hidup”, mata yang tidak terlihat merah karena iritasi, mata yang tidak lagi kering atau perih di tengah tekanan banyaknya antrean.

Saya juga sadar kalau pekerjaan saya ini tidak bisa lepas dari layar komputer. Teknologi memang sangat membantu mempercepat pelayanan dan membuat proses lebih efisien. Tapi di sisi lain, tubuh manusia, termasuk mata punya batasan. Maka dari itu, saya mulai berdamai dengan kondisi ini. Bukan dengan menghindari pekerjaan, tapi dengan memberi jeda pada tubuh agar bisa kembali segar.

Banyak teori yang menyarankan untuk menerapkan aturan 20-20-20, yaitu setiap 20 menit menatap layar, saya mengalihkan pandangan ke benda sejauh 20 kaki selama 20 detik. Kedengarannya sepele, tapi sangat membantu untuk kesehatan mata. Apalagi bagi saya yang punya mata minus. Harapannya dengan menerapakan teori tersebut, minus pada tidak bertambah terus-terusan.

Menjaga mata tetap segar dan nyaman adalah bentuk tanggung jawab, bukan hanya pada pekerjaan, tetapi juga kepada diri sendiri. Hanya 20 detik lepas dari pandangan layar tapi bisa memberikan dampak positif untuk mata ini. Rasanya memang seperti memberi “istirahat instan” untuk mata yang tidak pernah lelah bekerja.

Yuk, beri jeda sejenak dan rawat mata kita dengan #InstoDryEyes. Karena mata yang terjaga bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga soal menyampaikan ketulusan hati saat melayani.

You Might Also Like

Leave a Reply