Menggali Kearifan Spiritual di Wisata Religi Tuban
Wisata Religi Tuban – Sapaan Pak Edi, guide dari Bimo Tour melalui microphone cukup mengagetkan kami. Bagaimana tidak, masih dini hari beliau menyalakannya dengan suara yang cukup keras. Terdengar jelas sampai salon bagian belakang. Terlebih, ketika semua lampu Bus dinyalakan. Seakan kami adalah ninja malam yang tertangkap basah oleh tuan rumah karena terangnya lampu di dalam Bus.
Perlahan, satu per satu dari kami mulai beraksi. Tak sedikit dari mereka langsung menyingkirkan selimut tipis yang telah disediakan oleh agen tour. Tidak banyak pula dari bebedapa teman mengacuhkan suara tersebut, tetap menikmati tidurnya. Salah satunya itu saya! 😛
Perjalanan yang dilakukan pada malam hari terasa lebih cepat dibanding siang hari. Berangkat dari tempat kerja pukul 16.30 WIB, tahu-tahu sudah sampai kota Tuban. Tentunya karena disepanjang perjalanan saya tidur teruuuuuus. 😆
Kami sampai Tuban kurang lebih pukul 03.45 WIB. Sesuai prediksi awal, sampai Tuban tepat saat adzan subuh berkumandang. Sekira tujuh jam perjalanan.
Bus Bimo maju mundur cantik di area terminal Sunan Bonang atau Syaikh Maulana Makhdum Ibrahim untuk parkir. Saya menyebutnya terminal Sunan Bonang. Sebab, terminal tersebut cukup dekat dengan Makam Sunan Bonang.
Entah apa nama yang tepat untuk terminal tersebut. Beberapa kali saya bertanya kepada Ibu yang berjualan di warung, mereka tidak tahu nama terminalnya. Mereka hanya menyebut Sunan Bonang saja. Apakah teman-teman ada yang tahu?
“Becak, Pak, Bu”
“Becaknya, Mbak, Mas”
Melangkah turun dari Bus langsung disapa oleh Abang becak yang banyaknya bejibun. Mungkin jumlahnya ratusan! Abang Becak terus mendekati kami untuk menawarkan jasa. Ya ampun, kami hanya akan shalat di masjid yang masih dalam tahap renovasi, masjid yang lokasinya tidak jauh dari terminal. Hanya beberapa meter saja. Tidak lebih dari dua ratus meter.
Setelah tahu kami akan shalat di masjid terdekat, mereka tidak lagi mengejar-ngejar kami. Tapi, usai shalat berjama’ah, mereka kembali menyapa kami. Jemput bola! Ya…menjemput kami di masjid tersebut! Hebat banget usaha mereka.
Saya berbincang sejenak dengan Abang Becak sembari menunggu teman-teman keluar dari masjid. Dan ternyata, mereka menawarkan jasanya untuk mengantarkan kami ke Masjid Agung Tuban, yang katanya lokasinya cukup jauh jika jalan kaki dari masjid tempat kami shalat. Kurang lebih 2 km.
Ini kenapa salat subuhnya tidak di Masjid Agung Tuban saja, sih, Pak Edi. Ndilalah ya saya enggak peka radarnya. Huwaaaa…kuciwa dikiit!
Leave a Reply