Perhatian!
Postingan hanya memberi informasi tentang akses, atau jalur pendakian dowang!
Merasa tenang ketika seorang teman memberi kabar bahwa ia akan menjemput saya di SPBU Kalierang, Wonosobo. Ia mengabari kalau dirinya sudah siap menuju Kalierang. Sementara saya masih di dalam BUS, perjalanan dari Banjarnegara menuju Wonosobo.
Kali ini kami ke Dieng (lagi) berniat menelusuri jalur pendakian Gunung Pangonan lewat Museum Kailsa. Trekking kali ini semacam survey, supaya nantinya ada gambaran sebelum menetapkan untuk ngeDome.
Kamu pasti sudah hafal jalan menuju Dieng kan, ya? Tak perlu saya tulis lagi. Nanti bosan! Hihihi -Skip perjalanan Wonosobo-Dieng. π
Tibalah kami di tempat parkiran Kompleks Candi Dieng, Banjarnegara. Melihat banyak BUS besar, dan juga motor trail yang berderet di parkiran, sukses menyurutkan niat kami untuk turun menapaki anak tangga menuju kompleks Candi Dieng.
Tanpa pikir panjang, kami melanjutkan niat untuk menelusuri jalur pendakian Gunung Pangonan lewat Museum Kailasa. Trekking ke Gunung Pangonan bisa menjadi pilihan alternatif ketika sudah sampai kompleks Candi Dieng.
Kami sampai kompleks candi pukul 09.30 WIB. Belum terlalu siang untuk mendaki ke Gunung Pangonan. Apalagi trekking ke Gunung tersebut βkatanyaβ tidak memerlukan waktu lama. βHanya membutuhkan 30 menit saja!β Ujar Bapak Parkir. βAaah…kalau saya cukup 15 menit sudah sampai puncak Pangonanβ. Ucap seorang Mas Parkir yang merupakan partner dari Bapak Parkir. Aduh…jadi susah mau percaya sama siapa.

Gardu Pandang Museum Kailasa. . .
Coba kamu perhatikan foto di atas. Kami mulai berjalan dari parkiran Kompleks Candi Dieng menuju Museum Kailasa. Lanjut naik ke gardu pandang, gazebo paling pojok atas sebelah kanan. Gazebo ke lima, gazebo terakhir sebagai titik awal trekking menuju Gunung Pangonan dimulai.
Berjalan kurang lebih satu meter dari gazebo tadi, kamu bisa melangkah, menyeberang, melompat, atau apalah istilah kamu. Intinya tidak memilih jalan lurus. Setelah itu, kamu teruskan perjalanan melewati jalan setapak sampai kamu menemui jalan raya berbatu alias tidak beraspal.

Pipa besar!
Meski belum beraspal, tapi bebatuan tertata rapih. Kamu harus memilih arah kiri, sampai menjumpai anak tangga yang berada di atas pipa besar milik Geo Dipa Energi Dieng.
Tetap semangat, dan terus berjalan sampai kamu menjumpai ladang sayur milik warga. Banyak tanaman kentang, wortel, purwaceng, dan juga buah carica.

Panen kentang euy!
Kalau sudah menjumpai ladang sayuran ini, kamu harus memilih arah kanan untuk mulai mendaki, mencapai puncak Gunung Pangonan.
Di sepanjang perjalanan, hanya terdapat satu jalan setapak. Teman saya menyebutnya jalan Babi. Hyaa…berarti yang lewat jalan tersebut is–cantik!
Tidak adanya jalan cabang ini cukup meminimalisir salah jalur, atau kesasar. π Ada baiknya kamu membawa masker. Debu fi Gunung ini cukup tebal. Berbeda dengan Gunung Prau, dimana tanahnya sudah menyatu.
Jalan pendakian ke Gungung Pangonan lewat Museum Kailasa cukup landai. Saya jadi ingat pas pertama kali ke Bukit Sikunir. Tanjakannya 11-12 dengan Bukit tersebut.
Sebentuk harapan, dan pertanda baik jika ditengah perjalanan kamu menjumpai pohon Pringgodani. Banyak pohon bambu kecil dimana daunnya bikin gatel kalau nyentuh kulit. Kurang lebih lima belas menit dari goa Pringgodani ini, kamu bisa belok kanan mengikuti anak panah kecil untuk menikmati pemandangan apik berupa Telaga Merdada. Sebentuk Telaga ini bisa kamu nikmati dari bukit Pangonan, tepatnya sebelah kanan Candi Wisanggeni.

Penampakan Telaga Merdada. Sampah detected!
Ya, di bukit ini memang terdapat Candi yang belum lama ditemukan oleh warga Dieng Kulon. Masuk kawasan Candi, pemandangan Telaga Merdada yang tenang akan tampak jelas. Tapi, kamu jangan dulu merasa puas dengan pemandangan tersebut. Sebab, masih ada puncak Gunung Pangonan!

Sedikit pemandangan Gunung Pangonan!
Langkahkan kaki kamu, atau berlari sekencang mungkin! Kurang lebih sepuluh menit dari lokasi Candi Wisanggeni, kamu akan menemukan puncak Gungung Pangonan. Puncak gunung yang menyajikan padang savana dimana di tengahnya banyak terdapat tanaman Cemeti, dan juga Purwaceng.
Selamat datang di Gunung Pangonan, atau Telaga Sumurup!!!
Informasi tambahan terkait dengan jalur pendakian. Terdapat tiga jalur pendaikian menuju Gunung Pangonan. Adalah sebagai berikut:
- Pertama, kamu bisa lewat Museum Kailasa, dan kendaraan bisa diparkirkan di kompleks Candi Dieng. Insya Allah aman.
- Ke dua, lewat Kawah Sikidang, dan kendaraan diparkirkan di kompleks Kawah. Namun, akses melalui kawah ini βkatanyaβ cukup terjal. Lebih aman menggunakan tansportasi Jeep untuk menuju puncak Gunung. Ah….tapi enggak asyik kalau naik Jeep. Jalur ini lebih nyaman buat turun, ketimbang naik.
- Ke tiga, lewat Telaga Merdada, dan kendaraan diparkirkan di Terminal Merdada. Tapi, katanya kurang aman. Jalur ini jarang banget digunakan untuk mendaki. Tapi, kalau sudah di Telaga Merdada, ya mending lewat jalur ini.
Kalau menurut pengalaman saya, pendakian ke Gunung Pangonan lebih aman lewat Museum Kailasa, kemudian turunnya lewat Kawah Sikidang jika ingin mendapat suasana yang berbeda.
Usai sudah penelusuran jalur pendakian Gunung Pangonan lewat Museum Kailasa. Kami di atas puncak tidak lama. Terpenting, sudah tahu dan paham jalur, atau medannya. Lain waktu, insya Allah saya akan ke Gunung Pangonan lagi. Ingin sekali camping di sana. Mendirikan dome ditengah-tengah savana, atau Telaga Sumurup yang kini sudah kering.
Semoga diberi kesehatan, dan kesempatan! Ada yang mau join? Akhir bulan ini, mungkin?
sayang gak ketemu babi babi unyu..xixixi
Yuhuui. ..
kalo unyu-unyu mah bukan babi, tapi baby
Uya juga unyu. . .
Duh serunya, jalan jalan kali ini! Mau ikutan ah, wisata ke Jawa Tengah sampai ke Jawa Timur dsktnya
Selamat berwisata, Mba. π
kemarin teman saya ada juga yg mau ke gunung prau..
disana kena dampak erupsi gunung slamet gak?
Erupsi sepertinya ke utara dan barat gunung slamet, Pak.
hosh,,,hosh,,,capek juga ya, Mak *sambil pegangin perut* π
Lapar ya, Mba? π
Waah seru ya Dah …. π
Begitulah, Mba Niar. π
mbemm ga ajak ajak aku lagi π
Main saja ke mari, Mas anggi.
jadi bertanya-tanya sendiri,
kapan daku berkesempatan jengjeng kesana?
π
Semoga ada kesempatan ya, Kak.
sangaaat menarik dah..
dan enak sekali klo bisa ngecamp π wah wah..
penasaran, tp mau ke prau dlu, soalnya blm pernah, hehe..
Ya sana ke Prau. Hahaha
seneng kalau masih muda ya.. ekspedisi kemanapun dijabanin hihi…
Selagi ada kesehatan dan waktu, Mba Ti.
Di desa dongeng petaninya juga lagi panen kentang nih
Mba Elly panen kentang juga?
Kak Idaaah jelong-jelong terus nih kayanya! Mendaki gunung >.< Suka pengen tapii banyak tapinya hehe
Tapinya kenapa, Ran?
pulangnya bisa beli kentang ya hehe….wah,teaganya warna ijo ya mbk???
Bisa. Tapi di Pasar. Hehehe Abu-abu. ..
Tempat wisata yang indah selayaknya dipromosikan dan dijaga kelestarian dan kebersihannya ya Nduk
Kapan ya saya bisa nengok famili di Wonosbo dan Banjarnegara?
Terima kasih reportasenya
Salam hangat dari Surabaya
Semoga ada waktu dan kesempatan ya, Pakde. Bisa mampir Banjar. π
wah asik juga ya jadi backpacker sis π ikutan donk
Cukup menikmati. π
Gunung Pangonan ini malah saya belum pernah, beneran. paling kalo kesana ya Gunung Prau, Sindoro, Sumbing, gitu aja. tapi eniwei, museumnya yang bernama Kailasa pun saya belum pernah, kasihan nggak ya saya?
Agak-agak kasihan, sih, Pak. π
oh iya, saya klik yang sikunir di atas itu, lalu tampak Mbak Ririe dan Mbak Una disana.
Adaa Mba Alaika juga lho, Pak.
Pengeeen… tapii… *gak yakin kuat akibat faktor U.. hehe…
Coba dulu ayo, Mba. . .
wah keinget dan kebayang kenangan KKN lagi Dah.. hihi
Mesti komennya gitu deh, Mas. Hahaha
kayaknya seruuu ya dah….cakeep pemandangannya…
Enggak kayaknya lagi, sih, Mba. Hahaha
duh asik nih, jd pengen naik lagi deh
Silakan naik tangga, Kak. π
Keren bingits ya mbak idah. . .
Begitulah, Mas. . . π
Untuk urusan treking, ibu nebeng non Mbanjar saja, lah pemandangan cantiknya baru ngikut….
Keelokan Dieng tak ada habisnya ya.
Salam
Cantiknya di Salatiga, Bu. Hahaha
dieng?
duluuu 2002 kalo ga salah.
naek motor roda 2 dari jogja
huiii….
Asyooi euuy. . .
Lah jere akhir bulan arep melu meng kediri…
Sepertinya enggak jadi e.
Suasana wonosobo koq kaya jawa barat ya? Bergunung gitu.. baru tahu saya nih…
Ya kan memang dataran tinggi Dieng. . . π