Berbicara dan Berekspresilah Sewajarnya
Berbicara dan Bereksprsilah sewajarnya, inilah yang seharusnya kami lakukan ketika malihat atau menjumpai hal yang kurang berkenan atau kurang disukai. Lihatlah, didepan rumah masih ada lahan kosong, daripada terlihat tandus dan kering, Papa Dul mencoba menanam beberapa sayur terong dan beberapa sayuran lain. Penanamannya lebih dominan pada sayur terong, mengapa sayur terong yang lebih dominan ditanam? Karena sayur terong menjadi sayur favorit papa dul.
Sepertinya Papa Dul tidak ada bosannya makan dengan lauk sayur terong, dari masakan sayur terong murni, balado, sambal, digoreng, disop, dicampur dengan ati ayam dan kreasi lainnya yang mana ada terongnya. :nih!: Bahkan jika setiap hari Mamah masak sayur terongpun papa dul baik-baik saja dan tambah lahap makan.
Berbeda dengan saya dan adik yang belum suka dengan sayur terong. Sebenarnya tidak bermaksud untuk milih-milih dengan makanan, tetapi memang belum doyan. :entahlah: Kalau saya memang belum doyan dengan sayur yang satu ini, tetapi kalau adik saya memang makannya milih-milih, jadi pantes saja kalau dia kurus dan tumbuhnya ke atas.
Jika sudah tidak suka, dikreasi sebagus dan terlihat nikmat sekalipun kami enggan memakannya. Jika ada sayur terong dimeja makan saja, selera makan langsung turun. Tidak bermaksud untuk diet, tapi rasanya mual kalau lihat sayur terong. Mungkin ini terkesan berlibihan, tapi inilah kami, kami yang belum doyan sayur terong. Jika sayur tersebut bisa berbicara, mungkin akan menegur dan protes kepada kami. :hmm2:
Sayur terong hampir setiap minggu ada di meja makan, satu minggu dua kali bahkan sampai empat kali. Mamah sudah tahu, kalau anak-anaknya tidak doyan sayur terong dan biasanya mamah masak dua sayur kalau pas lagi jatahnya masak sayur terong. Mamah juga berpesan, kalau ingin masak yang lain, masaklah sendiri buat mie atau sop. :lovekiss: Memang terlihat repot jika harus memenuhi keinginan masing-masing, untung mamah doyan semua jenis sayuran, jadi tidak tambah repot. Sebenarnya mamah sudah mengambil jalan tengah supaya masaknya hanya satu, tetapi jalan tengah itu tidak berhasil. :nih!:
Inilah jalan tengah yang sudah mamah ambil, memasak terong dengan dicampur tahu putih atau tahu yang lainnya. Pertama saya lirik sayur tersebut dan saya hanya bilang, kenapa tahu putihnya gak dimasak sendiri aja, Mah? Pasti lebih enak. Iya, apalagi ditambah orak-arik telor, pasti tambah enak!
Adik saya mencoba menambahkan pendapat dengan suara yang sedikit lantang. Saat itu mamah hanya diam dan memanggil papa dul untuk makan bersama. Saya dengan sang adik pergi ke dapur untuk membuat mie instant, nyari-nyari mie instant di almari ada, tetapi telor tidak ada. Akhirnya kami berdua memutuskan keluar rumah untuk beli mie ayam dekat rumah. Kami gak berpikiran untuk dimakan di warung mie, karena ingin makan bersama-sama dirumah. Kami bungkus mie ayam dan kami bawa pulang, sesampainya di rumah mereka sudah selesai makan.
Apa yang terjadi setelah mereka selesai makan? Mamah dan Papa Dul duduk bersama dan melihat kami berdua makan, kami makan dengan lahapnya karena kami memang lapar sekali.
Setelah selesai makan, kami dipanggil Papa Dul. Tidak tahu kenapa, waktu itu wajah beliau terlihat sangat ganteng tapi menakutkan. Ternyata dan ternyata, kami harus mendengar ceramah dari beliau.
Berbicara dan Bereksprsilah sewajarnya dengan sayur terong yang sudah ada di meja makan. Betapa sakit hati dan kecewanya mamahmu, ketika dimeja makan sudah ada sayur terong dan kalian pergi keluar untuk membeli makan. Membeli makan mie ayam? Apa tidak bisa buat mie sendiri? Membuat mie sendiri dan di meja makan sudah ada ayam kan sama saja, jadina mie ayam. Masa setiap mamah mask terong kalian harus jajan diluar. Itu namanya tidak bisa menghemat, cobalah menerima apa yang sudah ada. Kalian tidak suka sayur terong, karena kalian belum pernah mencobanya. Cobalah, sesekali mencicipi kuahnya dan kemudian mencoba mencicipi sayurnya. Kalian itu tidak punya alergi sayur terong, jadi kapanpun kalian bisa doyan kalau mau mencicipinya. Terkucuali kalian punya alergi terong, lha mamah baru pikir-pikir untuk tidak memasak terong. Kalau seperti ini terus kasian mamah. Sebenarnya mamah sedih dengan sikap kalian yang seperti ini, walaupun mamah diam dan mencoba untuk menerima. Kalian sudah sama-sama besar, dan ketika sudah hidup berrumah tangga, suatu saat pasti akan mengalami hal seperti ini. Jika besok mamah gak masak, jangan salahkan ya. Ini semua karena kalian kan? Mintalah maaf sama mamah sekarang juga dan jangan diulangi lagi. Kira-kira seperti itulah pesan dari Papa Dul. :lovekiss:
Kami berdua hanya bisa bilang “enggih-enggih” saja, karena kami memang salah. Kenapa gak masak mie sendiri saja, tanpa telorpun namanya masih mie, kan? :semangat!: Tapi untuk sayur terong itu, kami benar-benar belum bisa mencicipinya, Mah? Sayur terong itu ender-ender gitu. :tutupmulut: Maafkan anak-anakmu yang usil ini, Mah? Semoga besok-besok atau kelak kalau sudah berrumah tangga, kami berusaha untuk menikmati sayur terong.
Mulai sekarang, ekspresi kami sudah biasa ketika melihat sayur terong yang di atas meja makan. Tanpa komentar dan tanpa basa-basi, secara otomatis kami masak apa saja yang kami bisa. Masak mie #sering, masak sop #biasa, masak buncis #kadang-kadang, pokoknya masak apa saja yang kami bisa. Kalau mamah sedang tidak ada pekerjaan, biasanya malah membantu kami. Memang mempunyai hikmah tersendiri untuk setiap kejadian, khususnya kejadian ini. Lebih bisa menghargai jasa atau hasil tangan orang lain, jadi bisa masak, jadi tambah akrab, tambah disayang Papa Dul dan tentunya tambah ilmu. :semangat!: Berbicara dan Berekspresi sewajarnya juga baik diterapkan pada kehidupan bermasyarakat. Berbicaralah sewajarnya, supaya mendapatkan tanggapan yang wajar pula oleh orang lain. Berekspresilah sewajarnya, supaya tidak menyinggung persaan orang lain, mengagetkan orang lain, bahkan tidak dicap gumunan oleh orang lain. :semangat!:
“Tulisan ini diikutsertakan pada Monilando’s First Giveaway “