Kehamilan Kedua dan Hal-hal yang Saya Persiapkan

Kehamilan Kedua dan Hal-hal yang Saya Persiapkan – Rencana untuk lepas KB pada awal tahun 2019 saya lewati begitu saja. Alasan paling utama saat itu sepele banget, yaitu karena malas untuk kembali tiduran dan ngangkang untuk lepas KB. Hahaha. Buk Ibuk pasti paham, KB apa yang saya pakai. Hayooo….! 😀

Saking nyamannya memakai KB IUD (iyaaa…saya pakai KB IUD) dan alhamdulillah tidak pernah ada permasalahan selama saya memakainya yaitu kira-kira empat tahun, membuat saya terlena. Ya gimana, kalau sudah merasa nyaman, tuh, susah mau lepas. 😀

Sampai pada suatu malam, setelah mendongeng untuk Kecemut, saya kembali menanyakan kepadanya, “kamu masih pingin ade atau ngga?” Saya bertanya demikian karena saya merasa udah siap dan ngga malas lagi untuk melepas KB. Ya…itung-itung sekalian test antusias, gitu. Ahamdulillaah ekspresi dia, tuh, nyenengin banget. Sangat ekspresif, dan itu menambah kekuatan bagi saya untuk kembali tiduran di ruang KB. Hahaha.

Pengaruh Covid-19

Ngga terlalu molor dari rencana, yaitu pada bulan April saya lepas KB, kemudian bulan September 2019 saya hamil. Akhirnya, setelah berproses selama lima bulan, test pack menunjukan garis dua tapi malah bingung 😉

Kehamilan Kedua dan Hal-hal yang Saya Persiapkan.

Hihihi. Bingung rasanya ketika melihat garis dua pada test pack. Ehhh…hamil bukannya bahagia malah bingung, ya. Yuhui…bahagia itu pasti, bingung itu pilihan. Hahaha. Yups, pada kehamilan kedua saya masih sering bingung karena ada dua hal penting yang harus saya persiapkan terlepas dari biaya. Adalah Kesiapan Mental dan Kesehatan Janin.

Kesiapan Mental.

Pada kehamilan kedua, kami merasa sudah cukup maksimal menyiapkan mental, baik mental Kecemut maupun mental kami sebagai orang tua, khususnya saya sebagai Ibuk yang akan mendapat banyak pengaduan dari banyak pihak. 😀

Saya kerap memberi pengertian dan juga gambaran kepada Kecemut ketika adiknya lahir. Alhamdulillaah dia paham secara teori karena selain saya dan suami, dia juga sudah ngebet banget punya adik. Jadi, persiapan mentalnyapun saya anggap selesai dan berlanjut pada persiapan mental saya sebagai Ibuk dengan dua anak. 😀

Belajar dari pengalaman Ibu-Ibuk yang sudah punya anak lebih dari satu, seorang Ibu wajib menyiapkan mentalnya saat hamil dan setelah melahirkan untuk kebahagiaan anak-anaknya secara utuh. Begitu, katanya. 😀 Aku pun berusaha untuk mempersiapkannya termasuk menyiapkan stok kesabaran. Mental saya persiapkan sejak dini, sejak saya hamil, dengan harapan saya akan lebih sabar dalam mengurus anak-anak terutama Kecemut.

Tentang detail kesiapan mental, insya allah akan saya tulis terpisah di blog CERIS Family, ya.

Kesehatan Ibu dan Janin.

Ada dua nyawa dalam satu tubuh. Oleh karenanya, saya menggabungkan kesehatan ibu dan janin menjadi satu kesatuan karena ada beberapa hal (terkait kesehatan) yang saling bergantung. Pertumbuhan janin, misalnya. Janin dapat tumbuh dengan baik salah satunya dari faktor makanan, apa yamg dikonsumsi oleh Ibuk.

Belajar dari pengalaman hamil anak pertama yang mana tekanan darah saya lebih sering rendah. Ini karena saya memang punya riwayat darah rendah, keturunan dari Bapak. Padahal saat sedang hamil, tekanan darah harus normal.

Bukannya mending darah rendah ketimbang darah tinggi ketika sedang hamil?

No! Memang, tekanan darah tinggi saat hamil lebih menyeramkan. Namun, ibu hamil ngga boleh mengesampingkan tekanan darah rendah karena bisa berpotensi pada penyakit Anemia Defisiensi Vitamin B12 dan Folat.

Apa itu penyakit Anemia Defisiensi Vitamin B12 dan Folat?

Dilansir dari laman Halodoc, Anemia defisiensi vitamin B12 atau folat (vitamin B9) adalah kondisi yang berkembang ketika tubuh kekurangan vitamin B12 atau folat. Keadaan ini yang menyebabkan tubuh menghasilkan sel darah merah yang tidak berfungsi dengan baik. Anemia jenis ini akan terjadi, jika asupan makanan dengan vitamin B12 atau folat pada tubuh tidak cukup, atau mengalami kesulitan memproses atau menyerap zat-zat tersebut. Padahal kita tahu, Ibu hamil lebih banyak membutuhakan vitamin B12 dan asam folat baik untuk Ibu maupun janinnya.

Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk kesehatan Ibu dan Janin, ngga hanya seputar tekanan darah. Pola makan, kesehatan lingkungan, pola tidur, dll dll. Perihal informasi kesehatan, halodoc menjadi referensi utama karena banyak fitur yang ditawarkan melalui aplikasi mobile dan artikelnya juga jelas, lengkap.

Halodoc merupakan sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani di bidang telekonsultasi kesehatan. Melalui Halodoc, orang dapat berbicara dengan dokter spesialis, membeli obat, serta melakukan pemeriksaan laboratorium. Semua dapat dilakukan melalui smartphone kapan saja, dimana saja selama 24 jam. Menyiapkan segala macam untuk kesehatan ibu dan janin saya lakukan lebih awal. Tapi karena masih ada wabah corona saat itu, konsultasi dengan dokter kandungan pun terbatas. Termasuk usg.

Btw, buk Ibuk boleh lah sharing pengalaman pada kehamilan kedua. Apa saja yang dipersiapkan, nih?

Baju Baru untuk Lebaran, Yes or No?

Gengs, apakah kalian masih ingat sensasi berburu baju lebaran semasa kecil? Biasanya ramadan hari ke 15 atau pertengahan ramadan, orang tua sudah mulai merencanakan untuk belanja kebutuhan lebaran; ada kue lebaran, bingkisan-bingkisan untuk saudara, termasuk baju lebaran untuk anak-anaknya.

Bagi orang tua, membelikan baju lebaran untuk anak-anak menjadi salah satu hal yang sangat diusahakan atau menjadi prioritas. Dan kenapa membeli baju baru saat lebaran ini seolah-olah menjadi tradisi, ya? Kurang greget rasanya jika lebaran tanpa baju baru, khususnya buat anak-anak. Adakah yang tahu? 😀

Orang tua merencanakan, anak juga tidak mau kalah ikut membuat daftar belanja untuk keperluan lebaran. Ada yang pingin beli baju lebaran dengan model sama dengan artis-artis cilik yang kerap tayang di televisi atau ikut-ikutan beli model baju yang sedang trend saat itu. Dan sebagai anak desa, kadang merasa bahagia bangett ketika baju lebarannya mirip dengan artis. Lucu-lucu gemas! 😀

Baju Baru untuk Lebaran, Yes or No?

Masih lekat dalam ingatan. Pagi itu, kira-kira pukul 07.00 WIB, Ibu mengajak saya dan adik untuk ke pasar. Saat itu, kami masih duduk di bangku SD. Tahu akan diajak ke pasar, kami bahagia banget lah. Apalagi hampir menuju lebaran, ya pastinya ada harapan untuk dibelikan baju baru untuk lebaran, dong.

Nostalgia dulu…

“Kita nanti naik angkutan umum, ya. Tapi ingat, kalian harus tetap puasa, tidak boleh mokah!” Ibu mewanti-wanti sebelum kami berangkat ke pasar kota.

Maklum, kebiasaan kami kalau ke pasar pasti ngebakso. Tapi, sih, kami tetap menganggukan kepala supaya tudak banyak ceramah a la mamah dedeh. Yaaa…meski nantinya setelah muterin pasar buat cari ini itu ternyata lemas, pasti Ibu kagak tega melihat kami kepanasan dan merengek lapar.

BAKSOOO BAKSOOO…Hahaha.

Buk, nanti aku dibelikan 3 baju, yaaa. Buat hari pertama lebaran, buat silaturahim ke guru-guru, dan buat piknik.” Saya langsung melayangkan permintaan kepada Ibu mumpung masih di rumah. Siapa tahu masih bisa nambah uang. Yaaa…namanya juga usaha. 😀

Yups…saat lebaran tiba, ada tradisi salam-salaman keliling kampung, gitu. Ini pasti pakai baju muslimah banget. Lalu, lebaran hari ke tiga atau ke empat, setelah selesai silaturahim ke saudara-saudara, biasanya ada agenda berkunjung ke rumah guru-guru sekolah. Naaah, agenda akhir dan masih dalam suasana lebaran, biasanya ada kegiatan piknik, gitu. Sebelum back to school, gitu. Makanya, beli bajunya, tuh, ngga mau kalau cuma satu. 😀

Ada kebahagiaan tersendiri ketika memilih baju baru yang akan dikenakan untuk lebaran. Lihat-lihat, pegang-pegang, ternyata cocok. Terus pas liat harganga ternyata mahal banget. Yasudah, anak solehah tidak perlu merengek-rengek. Tinggal cari lagi sampai cocok dengan isi dompet Ibuk. 😀

Membelikan Baju Baru untuk Lebaran.

Sedari kecil, saya, atau mungkin kita, sudah dibiasakan untuk membeli baju lebaran. Ketika dewasa dan sudah berkeluarga pun, pada akhirnya beli baju lebaran mau tidak mau masuk dalam daftar belanja kebutuhan lebaran. Betul apa betul?

Beberapa orang tua berpendapat, terpenting anak-anak bisa dibeliin baju lebaran. Orang tua bisa belakangan. Ini pikiran orang tua zaman dulu, nih. Beda dengan orang tua masa kini yang malah justeru berusaha sejuat tenaga menyisihkan uang untuk membeli baju lebaran satu set atau couple buat keluarga kecilnya. Betul apa betul? Ini kira-kira biar apa, cobaaa? 😆

Saya pribadi termasuk orang tua yang berusaha menyisihkan uang untuk membeli baju lebaran barang satu biji. Hari berikutnya, tidak apalah mengenakan baju lama dengan catatan masih layak pakai dan kelihatan baru. Baju lebaran tahun lalu, misalnya. 😀 Jangan terlalu bersusah payah atau malah memaksakan untuk beli baju baru dengan jumlah banyak, ya. Dikhawatirkan dapat menimbulkan gejala tekanan darah tinggi jika tidak sesuai dengan ekspektasi. 😀

Buat Daftar Belanja Kebutuhan Lebaran!

Seperti yang sudah saya tulis di atas, membeli baju baru untuk lebaran, tuh, tidak wajib. Karena seperti kita tahu, banyak kebutuhan menjelang lebaran. Ada baiknya sebelum mulai membelanjakan uangnya, membuat  daftar rencana kebutuhan supaya tidak tekor di kemudian hari.

Nah, setelah membuat daftar rencana belanja, jangan lupa sesuaikan dengan anggaran yang ada. Kalian dapat memilih dan memilah kebutuhan lebaran berdasarkan skala prioritas. Supaya yang direncanakan bisa didapat, kalian harus berpatok pada budget. Apalagi pada masa-masa seperti sekarang ini, adanya wabah virus corona sangat berdampak pada perekonomian masyarakat. Bagaimana caranya segala kebutuhan lebaran terpenuhi tanpa mebebankan keuangan? Ini PR banget.

Jadi, membeli baju baru untuk lebaran, yes or no? Kembalikan lagi pada kebutuhan dan skala prioritas, ya.

Tips Supaya Anak Betah di Rumah

Tips Supaya Anak Betah di Rumah – Saya salut sama anak rumahan yang nampak bahagia, ngga pernah menunjukan rasa galau apalagi mengeluh dengan kegiatan-kegiatannya selama di rumah. Kepo banget, kira-kira dia punya jimat apa, kok, bisa betah di rumah, ya? Hahaha.

Eeeh…emang sekarang ada, gitu, anak rumahan? Ada, dong. Tentu mereka adalah anak-anak yang emang lebih nyaman berkegiatan di dalam rumah ketimbang di luar rumah. Lebih memilih rumah sebagai tempat untuk belajar, sharing, dan mendapat pengetahuan baru.

Saat masih duduk di bangku MTs, saya punya teman (adik kelas) yang sama sekali ngga suka main apalagi keluyuran sampai tak kenal waktu. Saya tanya-tanya, dong,  karena penasaran. 😀 Ternyata emang sedari kecil dia jarang main, jarang keluar rumah, padahal saya tahu persis bahwa orang tuanya, tuh, tergolong orang tua yang bijak dan ngga ribet. Bukan tipikal orang tua yang suka marah-marah seperti Ibuk Wita. 😆

me time di rumah

Tips Supaya Anak Betah di Rumah.

Btw, jumlah anak rumahan sekarang mendadak banyak, lho. Namun mereka bukan anak rumahan beneran. Maksud saya, mereka banyak berdiam diri di rumah karena saat ini memang disarankan untuk tetap #DiRumahSaja karena sedang ada wabah virus corona. Atas adanya pandemi ini, orang tua pun ikut berusaha dan menyiapkan segala cara supaya anak-anak khususnya pada betah di rumah. Nah, berikut 4 cara agar keluarga betah di rumah.

1. Menyiapkan Materi Sesuai Hobi atau Minat.

Berdiam diri di rumah tanpa ada kreasi, tuh, seperti mati kutu. Bengong, melamun, makan, tidur, nonton tv, malas mandi, mungkin aktivitas tersebut akan berulang-ulang tiap harinya. Rutinitas yang kurang sehat buat keluarga. Makanya, sebagai orang tua musti menyiapkan bahan atau materi yang dapat membuat anak-anak makin betah di rumah. Ada baiknya apa-apa yang akan disiapkan, tuh, disesuaikan dengan hobi atau minat anak supaya mereka ada semangat untuk berkreasi dan menjadi pembelajar.

4 Cara Agar Tetap Betah di Rumah

Anak-anak suka mewarnai? Siapkan saja materi dan bahan-bahannya. Anak-anak suka bikin kue? Bantu siapkan juga bahan dan peralatannya. Anak-anak sedang ingin bermain apa? Coba tanyakan langsung supaya mainan yang dibeli sesuai dengan keinginannya.

2. Menyiapkan  Bacaan.

Di zaman serba digital, kadang anak-anak cenderung lebih tertarik dan betah belajar menggunakan media gadget. Orang tua pun mau tidak mau harus memahami hal ini. Banyak bahan bacaan favorit yang dapat diunduh melalui internet, seperti e-book  atau bahkan aplikasi.

Bagaimana jika anak tidak atau belum suka membaca? Orang tua bisa membacakannya layaknya sedang membacakan dongeng. Jika masih usia dini, banyak tertariknya. Kalau sudah sekolah menengah atau kuliah, beda lagi, dong. Mereka bisa dibelikan novel atau buku bacaan lain yang kiranya menarik buat mereka.

3. Membuat Kegiatan Asyik Bersama Keluarga.

Ini PR paling menantang buat para orang tua karena membuat kegiatan asyik bersama keluarga membutuhkan kekompakan, harus salkng bersinergi supaya anak-anak tidak bosan. Kegiatan berkebun, misalnya. Seluruh personil harus terlibat dalam kegiatan mengasyikkan ini sehingga ada semangat. Bagi tugas itu penting karena seringan apapun tugas yang diberikan kepada anak-anak, mereka akan belajar menyelesaikannya.

4. Menyiapkan Resep Menu Makanan Baru.

Setelah melakukan banyak kegiatan di rumah, asupan bagi tubuh itu penting supaya badan tetap sehat dan tetap semangat dalam beraktivitas.

Menyiapkan resep menu makanan baru menjadi penting karena selama masa-masa pandemi ini ternyata banyak ngemilnya. 😀 Makanan baru yang saya maksud yaitu makanan yang fresh, bukan makanan sisa. Tapi ya syukur-syukur tiap hari bisa menyiapkan dan menjajal resep makanan baru supaya ada variasi, gitu. Ngga monoton. Duhh…cilok teruusss. 😆

MENU BUKA PUASA

Dalam menyiapkan atau membuat makanan, jangan lupa libatkan anak-anak. Yaaa…siapa tahu anak berminat untuk ikut membuatnya. Atau, kalau ngga mereka dimintai tolong untuk membantu kegiatan yang ringan-ringan. Mengupas atau potong-potong, misalnya.

Mendadak menjadi anak rumahan itu no problem. Karena memang banyak kegiatan bermanfaat yang dapat dilakukan di rumah bersama keluarga maupun teman. Terlebih disaat masa-masa sulit seperti ini, ya. Betul-betul harus bisa improve dan menciptakan hal-hal baru agar tetap betah di rumah.