Dari Belanja Sampai Ke Molagit

Membuat daftar belanja umumnya dilakukan oleh kaum hawa, khusunya setiap tanggal muda atau awal bulan. Mengapa setiap awal bulan? Karena pada awal bulan lah biasanya para wanita (baca: emak-emak) mendapatkan rejeki khusus. Meski pembuatan daftar belanja didominasi oleh kaum hawa, tetapi ada beberapa kaum adam yang (juga) membuat daftar belanja layaknya kaum hawa. Aku perhatikan, para wanita lebih sering membuat daftar rincian belanja beserta nominalnya. Contohnya:

No

Nama Barang

Jumlah Barang

Total Harga

1

Parfum

1

500

2

Beras

10 kg

1.000

3

Minyak Goreng

10 pcs

750

4

Brambang

2 kg

350

Jumlah

2.550

Kira-kira seperti itu lah gambaran rincian daftar belanja yang sering aku lihat, khususnya rincian yang dibuat Ibu Peri (baca: mamah). Daftar rincian belanja memang sebaiknya ditulis sebelum kita melakukan action untuk mengelilingi tempat perbelanjaan. Semua itu tentunya mempunyai tujuan, yaitu supaya saat belanja bisa fokus dengan apa yang akan kita beli sekaligus untuk jaga-jaga agar uang untuk belanja tidak minus.

Mulai action nih. :megaphone: Awal bulan ini, aku mendapat tugas untuk menemani belanja Ibu Peri. Biasanya kalau belanja untuk keperluan dapur, Ibu Peri ditemani oleh adik. Selain bisa dimintai tolong untuk bawa-bawa, kalau dengan adik tuh katanya lebih ngirit, karena tidak terlalu banyak permintaan. :silau:

Menemani Ibu Peri belanja sungguh menyenangkan dan me me me lainnya. :entahlah: Kami sengaja berangkat pagi dari rumah, berharap pasar belum terlalu ramai. Pukul 06.30 WIB kami meluncur dari rumah ditemani oleh fitty. Berdesak-desakkan di pasar, senggol-senggolan dengan abang yang jualan pindang, sampai barang-barang yang dibawa jatuh pun aku tinggal. #eh. :silau: Ya, pasar yang aku kunjungi memang bukan pasar kaget tetapi suasan sudah ramai. Sangking ramainya, saat itu barang yang aku bawa ada yang jatoh. Mungkin kalau yang jatoh parfum sih tidak terlalu susah untuk mengambilnya. Tetapi yang jatuh adalah brambang, Temans. :nangis: Dengan muka memelas, aku pun mulai mengambil brambang-brambang yang jatuh dan kembali mengumpulkannya.

Brambang
Musim brambang, tapi koq mahal :pusing:

Coba lihat kembali daftar rincian belanja di atas. Ada brambang, kan?  :nih!: Katanya sih bulan ini pas banget brambangnya habis, jadi mumpung ke pasar sekalian membelinya. Dari tadi mondar-mandir di pasar, banyak terlihat jajan, warung makan, warung mie dan bakso yang berjejer di pinggir jalan. Setelah selesai berbelanja, akhirnya kami sarapan plus makan siang dulu sebelum pulang. Maklum, dari pagi kami belum makan. :love:

Bakso Super
Super Pedes Level 10 :omg:

Sebenarnya dari awal masuk pasar dan melihat warung bakso, selera makan aku langsung meninggi dan ingin sekali makan bakso tenis dan pedes level 10, tapi takut dimarahi Ibu Peri. Lha wong belum kerja koq minta makan. :silau:

Setelah selesai makan, kami pun segera pulang. Saat perjalanan hampir sampai rumah, mamah dengan tiba-tiba minta turun di depan apotek persis. Sedikit aneh saja, karena mamah sedang tidak sakit dan alhamdulillah semua keluarga dirumah sehat wal afiat. Sesuai permintaan, aku turunkan mamah di depan apotek persis. Apotek lumayan sepi, jadi tidak antri. Aku tidak tahu obat apa yang dibeli oleh mamah, karena langsung dibungkus plastik cilik minthis oleh mba apoteker. Bukannya cuek sih, tetapi saat itu aku memang tidak menanyakan yang dibeli itu obat atau vitamin. Sesampainya di rumah, masih dengan suasana capek, mamah memberikan obat yang ada di plastik hijau itu kepadaku.

Lho, iki obat apa si, mah? Ka diwehna nyong. [Lho ini obat apa, mah? Koq dikasihkan ke aku]. Tanyaku.

Iki molagit. Ko kan mau nembe maem bakso, akeh saos karo sambel. Dadine aku wedi, mbokan mengko ko wetenge lara. Molagite nggo jaga-jaga tok. [Ini Molagit, tadi kan kamu baru saja makan bakso dengan banyak saos dan sambal? Takutnya nanti sakit perut. Molagitnya untuk jaga-jaga saja].

Aku hanya bengong dan bilang “oooooo”, sembari menganggukkan kepala. Aku tidak berpikir sampai ke molagit, padahal aku yang makan pedes-pedes. Aku tidak bermaksud untuk cari gara-gara sih, tapi karena hobiku saja yang sukanya makan pedas.  :sttt: Perhatian mamah benar-benar cethar membahana, benar-benar diluar dugaanku kalau obat yang dibelinya adalah obat untukku.

Molagit
Molagit tidak menggigit

Saat aku cek, ternyata mamah beli dua lempeng molagit lho, padahal sebenarnya satu saja sudah cukup, karena satu lempeng isinya 10 butir. Setelah diselidik, ternyata molagit yang satu lempeng itu ternyata mau dikasihkan ke Tante NuNu.  :ting: Ya, Tante NuNu juga terkdang suka sakit perut kalau baru makan sedikit pedes. Mungkin perut atau lambungnya lebih sensi dari aku kali ya? Kalau aku sih pantes-pantes saja, karena aku memang hobi makan pedes sampai level 10.

Dari Belanja Sampai Ke Molagit. Meski molagit tidak semanis madu, tetapi Dari Belanja Sampai Ke Molagit benar-benar menyisakan kenangan yang teramat manis nan swit swit buatku. :lovekiss:

NB. Cilik Minthis: Kecil Sekali

“Kenangan Manis untuk Giveaway Manis-Manis”