Kota Tua Jakarta dengan Kawasan Wisatanya yang Menarik
Sebelum tahu tentang Kota Tua Jakarta, aku terlebih dahulu dikenalkan dengan sosok pangeran yang berhasil mengusir bangsa Portugis dari pelabuhan perdagangan Sunda Kelapa. Adalah Pangeran Fatahillah.
Guru mata pelajaran IPS semasa MTs, Bu Kustantinah, beliaulah yang mengenalkan. Tidak, kami tidak berkenalan langsung dengan pangeran yang gagah berjambang itu, ya. Yaa…lu kira gue hidup sebelum Doraemon, gitu. 😀
Melalui sebentuk buku materi pegangan guru dan juga siswa, ada satu pembahasan yang menceritakan tentang Pengeran Fatahillah. Beruntung, pada salah satu halaman terdapat foto berukuran seperempat folio yang menampilkan wajah Pangeran Fatahillah. Cukup ada gambaran dan tidak menghayal terlalu dalam. 😀
Di buku tersebut, pembahasan tentang sosoknya tidak begitu detail. Aku cukup tahu, bahwa Pangeran Fatahillah adalah pemimpin tertinggi gabungan pasukan tiga kesultanan yaitu Demak, Cirebon dan Banten. Selanjutnya, ada Sunda Kelapa, Batavia dan Kota Tua Jakarta yang kini telah dimanfaatkan sebagai kawasan wisata juga menggerakan bolpoinku untuk sekadar mencatat harapan.
“Kota Tua Jakarta, besok aku ke sana.”
Iya, besok yang kumaksud itu entah kapan, waktu itu. Qiqiqi. Kalau ngebayangin zaman cupu-cupu gemas, bikin ketawa sendiri. Asli. Ya…seperti saat menulis postingan ini.
Dulu, aku membayangkan Kota Tua Jakarta tuh sereeeem. Namanya kota tua, pasti identik dengan bangunan kuno, tidak banyak penghuni, sepi, angker, pokoknya bayangan yang sama sekali tidak indah. Semisal tiba-tiba ramai suara hentakan kaki, mungkin Pangeran Fatahillah beserta prajuritnya sedang nostalgia. 😆 Khayalan macam apa ini, ya. 😛
Namun, bayangan itu sirna seketika saat aku sudah mulai sedikit lihai memainkan Google dan Portal Wisata. *okegoogle* *marimainkan* Bersama Sitti, Blogger di www.sittirasuna.com yang kini mulai sibuk nyari pasangan ganteng berkacamata, kami jalan-jalan ke kawasan wisata kota tua. Sebentuk kawasan yang sarat akan nilai sejarah.
Tempat pertama yang kami singgahi adalah Cafe Batavia.
“Acara si Mister bertempat di Cafe Batavia. Aku belum pernah ke sana. Dengar-dengar sih bagus. Penasaran dalamnya.”
Si anak kota saja penasaran, tuh. Kembang desa pun ikut-ikutan penasaran lah, ya. Yaudah, menghadiri undangan sembari menikmati Cafe Batavia yang nyentrik artistik. Cafe ini nampak sederhana dari luar. Namun saat masuk Cafe, tuh, tiba-tiba adem ngelihat desain interior yang elegan.
Full bar yang berada di lantai dasar cukup ramai pengunjung. Ya, banyak orang di dalam, tapi suasana hening. Aku sih maklum, yang ngobrol kan orang dewasa, tidak perlu teriak-teriak yang penting pesan tersampaikan. 😉 Tapi suasana akan beda saat weekend karena ditemani alunan musik dari band lokal. Berlama-lama di Cafe Batavia tidak akan bosan, ya. Apalagi, didukung dengan pencahayaan lampu yang tidak terlalu terang, bikin saturday night di cafe ini makin nyaman.
Ini di Toilet, lho. . .Nah, kalau di lantai dua, biasa dipakai buat acara, gitu. Kami terlalu narsis di sini. Tidak hanya kami, sih. Teman-teman lain yang ikut acara si Mister juga tak kalah narsis. Dari lorong timur yang viewnya kota tua banget, pemandangan kota tua dari atas yang oke banget, sampai dengan Toilet unik yang bikin kami keranjingan pepotoan di mari. Yaaa gimana lagi, tempatnya asyik, menarik, rapih, bersih pula.
Lalu, gimana dengan makanan Cafe Batavia?
Karena kedatangan kami dengan sebentuk undangan, makanan pun prasmanan, dong. Agak menyesal karena tidak mencicipi menu khas Cafe Batavia. Eh..Yah…Ayaah, ini kode buat kamu, ya. Kembali ke Kota Tua lagiiih!
Selesai acara si Mister, kami mulai keliling kawasan Kota Tua Jakarta. Tentunya pelataran Museum Fatahillah menjadi tempat pertama yang kami tuju.
Waaaini….Pelataran Museum Fatahillah!
Lapangan Fatahillah yang penuh sejarah ini sepertinya ramai dengan orang yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Apalagi kalau weekend. Hampir tidak ada interaksi dengan pengunjung lain karena -mugkin- ada yang lebih mengasyikan. Yaitu gadget. Tidak beda dengan kami yang juga sibuk dengan kamera. 😀
Di depan Museum Fatahillah atau Museum Kesejarahan Jakarta, banyak obyek yang menarik untuk difoto. Selain itu, obyeknya bisa juga dijadikan background yang Kota Tua banget! Lihatlah sepeda di atas. Kota Tua banget, kan? Sayangnya kami tidak mencoba untuk sewa sepeda, nih. Soalnya, malas mengayuh. Maunya mbonceng semua. 😀
Berjalan di sekitar museum ini ternyata membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Aku terlalu asyik melihat apa saja yang ada di pelataran museum sampai tidak sempat masuk museumnya kaena waktu berkunjung yang terbatas. 😛 Ehm…ini kode lagi lho, Yah. Kecemut pasti mau kalau diajak masuk ke Museum Fatahillah. Nanti, kita ngajak Sitti lagi buat nemenin jalan. 😀
Yang seperti ini juga menarik…
Jalan-jalan di Kota Tua Jakarta tidak hanya sampai di Cafe Batavia dan Kompleks Museum Fatahillah saja. Kami melanjutkan perjalanan menuju Jembatan Kota Intan yang lokasinya masih di Kota Tua Jakarta. Btw, malam hari di jembatan ini asyik juga, lho. Kapan-kapan kuposting foto-fotonya di insstagramku, ya. 😀