Mengejar Sunrise di Sikunir, Dieng
Mengejar Sunrise di Sikunir, Saya bersama Mba Alaika Abdullah, Mba Ririe Khayan dan Jeng Una Wibawa mempercayakan kepada alarm untuk membangunkan kami. Suara alarm berbunyi silih berganti dari handphone mba Rie dan mba Al. Suara alarm yang paling WOW adalah miliknya mba Rie, entah berapa lagu yang kudengar dari alarm itu. Alarm yang disetel mulai dari pukul 03.00 WIB pun belum berhasil membuat kami bangun. Mba Al yang bangun pertama kali, membangunkan kami bertiga untuk segera bergegas sebelum matahari terbit.
Kami berangkat dari penginapan kurang lebih pukul 03.30 WIB. Kami diantar mas sopir untuk menuju bukit sikunir. Sebenarnya jarak dari penginapan ke sikunir tidak jauh, tetapi karena mas sopir belum paham jalan, kami sempat kesasar. Lho, guidenya gimana sih? Maaf, guidenya (Saya) belum pernah sampai bukit sikunir jadi belum tau jalan. Jalan menuju sikunir sudah lumayan bagus. Jika Anda menggunakan mobil, saat mulai masuk kawasan sikunir harus hati-hati, karena jalannya hanya bisa dilewati satu mobil.
Banyak wisatawan yang mendatangi bukit sikunir. Ada yang memilih untuk membuat tenda disekitar telaga cebong, ada juga yang memilih untuk menginap di homestay milik warga. Pengunjung hanya diperbolehkan membuat tenda di bawah bukit, karena di bukit sikunir tidak boleh digunakan untuk camping. Telaga cebong yang terletak dibawah bukit sikunir telihat sangat indah, apalagi kalau dilihat dari atas. Ingin rasanya njebur di telaga cebong yang bersih itu, tapi aku takut.
Jika kita mempunyai keinginan yang baik, maka kita harus berusaha sekuat mungkin untuk medapatkannya. Lihatlah, cuplikan di atas. Mereka adalah pengunjung dari penjuru dunia yang mempunyai keinginan untuk mengejar sunrise di sikunir. Untuk sampai ke bukit sikunir, saya berhenti sampai 3x. Sangat miris untuk bocah seumuran saya, mendaki saja sampai berhenti 3x dan nafasnya tidak beraturan gitu. SAya kalah sama Mba Al dan Mba Rie. Kalau Una si jangan ditanya, dia paling jago dalam hal mendaki. Saya sampai heran, dengan semangatnya Una itu lho. Kalau pakai interval , sepertinya jarak saya dan una saat mendaki bisa 1 kilo-an. Owalaaaaaaaah. . .
Terbayar sudah ngos-ngosan ini saat melihat sunrise di sikunir. Meskipun saat naik tidak bareng dengan mereka, saya masih bisa mengejar sunrise di sikunir walaupun tidak berhasil 100% si. Saat saya sampai bukit, ternyata sudah banyak pengunjung di sana. Yaaaaaa, serasa mimpi saja bisa sampai bukit sikunir. Apalagi pernah pesimis mau ambil jalan pulang. Haaah? Segitu dowang nyali loeeee? 😛
Pukul 05.00 WIB, di bukit sikunir sudah mulai cerah ceria. Pemandangan langit biru bagus banget. Berusaha naik keatas batu membuat hati deg-degan, takut jatuh karena bawahnya langsung jurang. Lihatlah Dora Una, dengan berbekal kamera dan peta yang ada di dalam tas kuning, dia berhasil naik ke atas batu. Sebernarnya dia takut lhoooo. . .
Sedari awal melihat Mas Bule yang datang dari Prancis, Mba yang memakai jilbab ungu sangat tertarik untuk berfoto ria bersama mereka. Dengan bantuan Mba Al yang mencoba berkomunikasi, akhirnya foto bareng sama mas-mas bule pun terlaksana. Mas Bule yang tengah itu lho, yang menjadi sasaran Mba Rie.
Pendakian untuk mengejar Sunrise di Sikunir telah selesai. Karena sudah siang dan masih ada beberapa objek wisata yang belum dikunjungi, kami pun turun dari bukit dengan hati riang. Kalau masalah turun, saya bisa lari atau mabur. Tapi berbeda dengan Una, dia kalau turun gak bisa banter, katanya sih kakainya ngiluuuuu.