Ulasan Buku: Cerita Di Balik Noda
Alhamdulillaah, akhirnya Buku Cerita Di Balik Noda sudah selesai saya baca. Geli juga sih sebenarnya, membaca satu buku saja, lamanya lima hari. Tidak bermaksud malas, tetapi pekerjaan sedang tidak bisa diajak kompromi.#Pekerjaan disalahke 😆
Judul Buku |
: |
Cerita di Balik Nod. 42 kisah inspirasi jiwa |
Penulis |
: |
Fira Basuki |
Editor |
: |
Candra Gautama |
Perancang Sampul |
: |
LOWE Indonesia |
Penata Letak |
: |
Dadang Kusmana |
Tebal |
: |
xii + 235 halaman |
ISBN |
: |
978-979-91-0525-7 |
Penerbit |
: |
Kepustakaan Populer Gramedia |
Harga |
: |
Rp 40.000,- |
Sudah pasti senang, ketika saya bisa menamatkan satu buku karya Fira Basuki ini. Dengan menamatkan buku ini, berarti saya bisa membuat ulasan buku cerita di balik noda. Fira Basuki adalah seorang penulis kelahiran Surabaya, 7 Juni 1972. Dia sudah menerbitkan puluhan buku best sellers. Tak heran, jika karyanya menjadi best sellers, karena dari kecil dia sudah hobi menulis. Ditambah lagi, dia adalah lulusan sarjana journalism dari Pittsburg State University dan di-lanjutkan jenjang master public relationsdi Wichita State University, Amerika Serikat. Keren ah, iri. Setelah mengetahui secuil tentang penulis buku ini, sekarang langsung saja masuk pada isi dari Buku.
Selalu ada hikmah di dalam sepercik “noda”. Kata yang saya kutip di halaman pengantar Cerita Di Balik Noda memang bernar. Dalam buku ini, Fira Basuki membuat empat cerpen dengan judul Bos Galak, Foto, Sarung Ayah dan Pohon Kenangan. Sedangkan sisanya adalah karya para Ibu-ibu, yang diambil dari kontes yang diadakan oleh Rinso Indonesia melalui Facebook. Sebanyak 42 cerpen karya Fira Basuki dan Kawan-kawan di Buku Cerita Di Balik Noda, adalah sebagai berikut:
1. Bos Galak |
15. Pohon Kenangan |
29. Master Piece |
2. Hidup Baru Danu |
16. Kado Ulang Tahun |
30. Penangkap Ikan Cupang |
3. Di Antara Sampah |
17. Tak Jadi |
31. Surat Untuk Bunda |
4. Foto |
18. Like Father Like Son |
32. Agi Tidak Pelit |
5. Dua Malaikat |
19. Rayhan’s Pet Siciety |
33. Baju Kreatif |
6. Celengan |
20. Koki Cilik |
34. Demi Sekantong Beras |
7. Tulisan di Kain Seprei |
21. 100 Hari Menanti |
35. Dibalik Musibah |
8. Nasi Bungkus Cinta |
22. Baju Boneka |
36. Garuda di Dada Kiriku |
9. Seribu Cinta |
23. Batik Kreasi Ivan |
37. Lipstik Bunda |
10.Untuk Papa |
24. Boneka Beruang Zidan |
38. Mobil-mobilan Si Panjul |
11.Sarung Ayah |
25. Harta Sebenarnya |
39. Sebelum Menyesal |
12. Perban Nenek |
26. Imlek Buat Lela |
40. Sepatu Si Kembar |
13.Siluman Tikus |
27. Kaki (Harus) Kotor |
41. Si Kaya dan Si Miskin |
14.Untuk Bu Guru |
28. Kucing dan Rezeki |
42. Teman Sejati |
Karya ibu-ibu Indonesia dalam buku ini sangat luar biasa. Kreatifitas mereka dalam berkarya melalui tulisan saya akui sangat cethar. Banyak makna yang tersirat dalam cerita pendek di buku ini. Hikmah atau Pelajaran yang saya petik dari sebuah cerita di balik noda, adalah sebagai berikut:
1. Perlunya Komunikasi dan Bersosialisasi.
Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Menurut pemahaman saya, jika komunikasi kita terbatas hanya dengan orang-orang tertentu, maka kemungkinan kita tidak bisa bersosialisasi dengan semua kalangan. Cerita tentang ditinggalkan oleh orang tercinta, membuat mereka hilang semangat. Misal; cerita Hidup Baru Danu. Danu adalah anak yang manja, serba kecukupan dan terbiasa hidup elite. Danu sekarang hidup bersama Bu Dhe-nya setelah ayahnya meninggal. Ibunya harus bekerja di luar kota untuk mencari nafkah.
Danu anaknya pendiam, ia sering melamun dan menangis jika ingat pada sosok ayahnya. Dia susah bersosialisasi, tidak pernah bermain dengan teman-temannya, dan memilih untuk berdiam diri di rumah. Untuk mengubah cara pandangnya, akhirnya Bu Dhe-nya mengajak dia untuk berdiskusi dan mencari titik temu untuk masa depannya. Pindah ke sekolah alam, itulah keputusan . Dan sekaranga dia terlihat ceria, gembira, karena ia merasa menemukan hidup yang baru, dimana dia bisa bersosialisasi dengan baik, bermain di sekolah alam yang penuh dengan kegiatan luar, seperti; berkebun.
2. Indahnya saling membantu dan berbagi.
Saling membantu dan berbagi memang sangat indah jika dilakukan dengan penuh ikhlas. Seperti cerita Celengan. Tidak menyangka anak usia 7 Tahun ini, hatinya sudah terketuk untuk membantu dan berbagi. Deva namanya, dia masih duduk di Sekolah Dasar. Dia mempunyai celengan ayam yang hampir setiap hari diisi. Setelah membantu Ibu dan Kakeknya yang mempunyai usaha di warung, biasanya dia mendapatkan upah. Upah yang didapat langsung ia masukkan ke dalam celengan ayam. Dia berniat, jika celengan sudah cukup penuh, ia mau membeli sepeda lipat untuk pergi ke sekolah. Namun, niat itu tiba-tiba ia batalkan, karena warung kakek di bobol orang yang tidai punya hati. Seisi warung diambil oleh pembobol dan tentunya kakek sedih dengan kejadian tersebut. Deva, anak yang baik, ringan tangan dan murah hati, akhirnya turut membantu kakek. Tampaknya ia tidak mau melihat kakeknya larut dalam kesedihan.
Tanpa sengaja Deva telah mengingatkan pembaca untuk saling membantu dan berbagi dengan sesama. Bukankah jika kita saling menolog dan terus berbagi, Alloh akan memudahkan dan menambah rezeki kita?
3. Bangga terhadap kreatifitas anak.
Sebuah kreasi tidak harus mewah dan megah. Seseorang yang imajinasinya berjalan, tentu tidak bisa berdiam diri, selalu mencari dan terus menggali ide. Kemudian, ia akan membuat sesuatu tampak berbeda. Contohnya Batik Kreasi Ivan. Ivan adalah anak kecil yang baru berumur 4 tahun. Dia mepunyai satu adik laki-laki, yaitu Bima. Ayah Ivan berkerja di kuli bangunan, namun sekarang beristirahat di rumah, karena baru cidera karena kecelakaan. Ibunya sekarang menjadi tulang punggung keluarga dengan penghasilan yang tidak seberapa. Ibu Rini namanya, ia dengan tekad bulat meminjam uang koperasi desa untuk membiayai hidup keluarganya.
Seperti yang sudah saya katakan, ivan adalah anak yang penuh dengan ide. Ia bersama teman-teman membuat satu kreatifitas yang mempunyai arti. Membuat batik dengan lembaran daun. Ternyata ide tersebut dipakai oleh tetangganya, yang kemudian diikutkan dalam ajang festival Pekan Batik Nasional. Keberuntungan tertuju pada keluarga Ivan, karena kreasinya yang dipakai oleh tetangga mendapatkan juara. Hasilnya pun diserahkan kepada keluarga Ivan.
Harus bangga terhadap kreatifitas anak, bukan? Sekalipun mereka tidak menghasilkan apa, tetapi sebagai orang yang lebih dewasa, kita sudah seharusnya bangga terhadap segala macam kreatifitas anak, termasuk corat-coret dinding dan sprei. Bukankah corat-coret merupakan bentuk kreatifitas dan juga belajar?
4. Perlunya Berfikir Positif.
Banyak manfaat ketika kita mampu berfikir positif. Ketika membaca beberapa cerpen yang saya beri label “Perlunya Berpikir Positif” ini, tanpa disadari air mata saya jatuh. Cerpen berjudul Sarung Ayah, misalnya.
Hani ditinggal mati suaminya Hendro. Hani memiliki satu anak berumur 7 Tahun, Dewi namanya. Setelah ditinggal oleh suaminya, Hani benar-benar down. Ia hanya memikirkan dirinya, padahal Dewi masih butuh perhatiannya. Ia bisa seharian berada di kamar, tanpa memperhatikan aktivitas keseharian anaknya. Sangking tidak tahannya, Dewi pun akhirnya menangi sekeras-kerasnya. Ia menagis dan berselimutkan sarung almarhun ayah. Terus, bagaimana reaksi Ibunya?
Sudah seharusnya kita berpikir positif. Apapun yang terjadi, keluarga tetaplah keluarga, suami tetaplah suami dan anak tetaplah anak. Mereka selalu membutuhkan kasih sayang. Seburuk apapun sifat keluarga, tidak ada salahnya kita tetap berada disamping mereka dalam keadaan apapun. Mecoba untuk terus menemani dan teruslah berfikir positif untuk kehidupan kedepannya.
5. Perlunya Perhatian Untuk Keluarga.
Mobil-mobilan Si Panjul, membuat saya kagum pada sosok seorang Kakak yang sangat perhatian dengan adiknya. Rina, namanya. Diusia yang masih dini, 12 tahun, dia sudah memberikan contoh yang baik pada adiknya. Panjul, nama adiknya. Panjul masih kecil, berusia 5 tahun.
Jika melihat mainan milik teman, Panjul pasti menginginkannya. Rina sadar, kalau ia tidak mampu membeli, karena ekonominya dibawah . Melihat permanian terbaru, mobil-mobilan milik temannya, Panjul menangis dan ingin segera mendapatkan mainan serupa. Karena Rina adalah tipe Kakak yang perhatian dan penyayang, Rina berusaha semaksimal mungkin untuk bisa memiliki mobil-mobilan. Kira-kira, apa yang akan di lakukan oleh Rina untuk Adiknya, ya?
Meski dari keluarga yang kurang mampu, perhatian sangatlah perlu. Dan tidak seharusnya pasrah begitu saja, tetapi tetap berusaha untuk mendapatkan sesuatu untuk sebuah keinginan.
6. Lebih Dari Persahabatan
Pernah ada seorang teman saya berkata “Saya lebih nyaman berkeluh kesah dengan sahabat, ketimbang dengan keluarga”. Itu pun di alami oleh Adi, dalam cerpen Demi Sekantong Beras. Adi adalah tipe anak yang tidak mau menengadahkan tangan, sekalipun ia butuh. Adi masih duduk di kelas 4. Ia terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Sepulang kerja ia pergi ke kebun untuk mencari Rebung untuk tambahan biaya. Dia memang pekerja keras.
Dia kurang beruntung pada hari itu, tugasnya membeli beras ternyata apes seketika. Beras yang sudah dibeli jatuh berceceran di kubangan lumpur, karena dia kesandung batu. Radya melihatnya. Radya adalah sahabat baik Adi. Radya dengan sergap langsung membantunya berdiri.Ternyata beras yang sudah masuk kubangan lumpur sudah tidak bisa diambil lagi karena kotor.
Radya mencoba memberikan sedikit uang kepada Adi, tapi Adi menolaknya, tentunya dengan alasan yang masuk akal. Kira-kira, apakah Adi mampu mengganti beras yang sudah berceceran itu?
Adi dan Radya, lebih dari sahabat, Mereka saling membantu satu sama lain, tanpa mengeluh dan tetap bersemangat.
7. Pentingnya Peran Seorang Ibu.
Pentingnya Peran seorang ibu, tergambar pada cerita Sepatu Si Kembar. Mempunyai anak kembar memang identik dibelikan barang yang kembar. Alasannya sih, supaya tidak ada kecemburuan. 😆 Ibunya adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang mempunyai hobi menulis. Tulisan pertamanya yang dikirim berhasil dimuat di koran, jadi sang Ibu mendapatkan honor yang lumayan. Honor hasil menulis, ia gunakan untuk membeli sepasang sepatu untuk anaknya yang kembar. Saat memberikan sepatu, si kembar ekspresinya datar saja. Malah membandingkan dengan sepatu yang dikasih Ayahnya.
Sore hari, mereka sedang bermain bersama teman-temannya, Sepatu mereka jatuh ke selokan. mereka harus mengambilnya sendiri tanpa bantuan mamanya. Dan hasilnya, mereka belepotan lumpur. Tapi, ada hikmah dibalik blepotannya ini, Ibunya merasa lega. Berarti mereka suka dengan sepatunya.
“Saya akui saya sensitif. Mungkin karena itu saya menjadi seorang penulis”. Dikutip dari cerpen Sepatu Si Kembar. Ah, jadi geli baca pengakuan yang ini. 😆
Masih banyak cerita inspirasi jiwa lainnya yang terdapat dalam Buku Cerita Di Balik Noda. Jika saya ceritakan semuanya, berarti namanya bukan review, kan? :P. Meski review, tapi ini koq banyak sekali ya? 😆 Untuk menghemat memori, saya cukup membuat tujuh poin.
Saya memang bukan seorang penulis yang pintar. Saya masih terus belajar menulis. Tapi, tidak ada salahnya jika saya mengutarakan sebuah rasa, kan? Entah mengapa, saat membaca beberapa cerpen di atas ada satu rasa yang bernama “kurang pas”, baik dari salah ketik (hal. 25), salah menyebut nama, (hal.59) dan ejaan. Ada rasa yang kurang lagi dalam penyuguhannya. Ketika saya membaca cerita Siluman Tikus. Membaca judulnya koq rada geli gitu, terus kira-kira apa hubungannya dengan Berani Kotor itu Baik? Saya terus membaca dan mencoba memahami perkata. Dan ternyata ada hubungannya dengan berani kotor, hanya saja, judulnya terlebih dahulu membius saya. 😆
Untuk membuat sebuah judul memang sangat susah (menurut saya), karena saya pribadi sering mengalaminya. Terlebih, terciptanya buku ini awal mulanya dari sebuah kontes, di mana sangat beraneka macam ide tulisan dan cata berbahasa dari para Ibu-ibu. Sangat wajar, apabila ada perbedaan dalam penyampaian maksud. Seorang editor juga pasti sudah berusaha seteliti mungkin dalam mengerjakan tugasnya, tapi apalah daya, kesempurnaan hanyalah milikNya.
Saya sebagai pembaca Buku Cerita Di Balik Noda, hanya bisa menyampaikan ulasan, pendapat, saran dan kritik yang (semoga) bersifat membangun. Saya menyadari, meskipun saya sudah menyampaikan sebuah kritik di atas, *bisa dibilang sebuah kritik, kan? Saya belum tentu bisa menulis seperti Ibu-ibu yang penuh dengan ide dan kreatifitas itu. Dengan penuh semangat, mereka mencerikatan kisah keluarga yang benar-benar memberikan inspirasi bagi jiwa seluruh pembaca. Semgoa dengan hadirnya buku cerita di balik noda, bisa mengubah cara pandang para ibu terkait tingkah laku anak yang selalu ingin bermain dengan noda.
Ulasan Buku Cerita Di Balik Noda ini saya tulis untuk mengikuti kontes blog Review Buku Cerita Di Balik Noda, yang di selenggarakan oleh Rinso Indonesia bersama Kumpulan Emak-emak Blogger.