Berpikir Dua Kali untuk Telephone: Kira-kira Ada Apa, ya?

Berpikir Dua Kali untuk Telephone – Dalam keadaan apa, teman-teman harus berpikir dua kali untuk telephone? Pulsa terbatas bisa menjadi salah satu alasan atau yang punya pendapat lain bisa banget share di sini, lho. 😉

Nilai mata uang sejumlah Rp 1.000 yang ada pada saku sungguh berbeda dengan seribu rupiah dalam bentuk pulsa. Saya bisa memberikan seribu rupiah dengan suka cita kepada tukang parkir, atau untuk siapa saja yang membutuhkan. Namun, tidak dengan dengan pulsa senilai seribu rupiah. Ini termasuk penuh pertimbangan, atau pelit, ya. 😆

Irit dan pelit itu beda tipis. Menurut adik saya, kita bisa mengenali orang tersebut irit atau pelit dari caranya berbicara dan gerakan tangannya.

Dalam kondisi sedang membicarakan financial, pertimbangan yang ia utarakan saat itu juga, bisa menjadi cerminan sosok irit atau pelit. Demikian dengan gerakan tangan. Apakah memberi respon cepat, atau tidak sama sekali. Asyik banget…jadi ngomongin irit vs pelit. 😆

Nah, jika berpikir dua kali untuk telephone, bisa jadi orang tersebut memang sedang mengirit pulsa atau memang inginnya hanya ditelephone. Sering saya menjumpai orang yang hati-hati banget dengan pulsa (baca: pelit). Tentang mailbox, misalnya.

Tak jarang saya mendengar orang mengeluh karena mailbox. Suara seorang perempuan yang meminta untuk menekan nomor terentu sebagai tanda telah menghubungi nomor yang dituju.

“Arrgh…gegara nomor kamu ngga aktif, kan jadi kena mailbox. Jangan mengaktifkan mailbox, dong!” Hihihi…gelileo! Saya ngga paham berapa rupiah tarif mailbox. Mungkin lebih dari Rp 5.000 jika memberi pesannya cukup lama. Tapi, jika hanya sebentar saja, ngga sampai kayaknya, ya. Apalagi kalau hanya disapa suara operator cantik beberapa detik. Mungkin hanya cepek dowang. 😉

Terkadang, adanya mailbox ini menyebabkan teman malas untuk telephone lagi. Berpikir dua kali untuk telephone. Selain mailbox, kisa paling fenomenal pekan ini yaitu tentang beda operator selular.

Teman-teman tahu tentang tarif telephone dari operator biru ke operator merah? Bukan tarif sesama operator selular yang biasanya murah. Tapi, ini berseberangan.

Gemas itu…saat membutuhkan bantuan orang lain dengan segera, di tempat yang tidak dekat, harus menghubungi via nomor telephone, tapi ulet banget menggunakan pesan singkat. Ya…kalau yang dihubungi punya pulsa, kemudian balas pesan singkat kita, ya. Kalau pas ngga punya pulsa, kan, yang menunggu balasan snewen banget.

“Ya Tuhan…sedang gugup gini masih sempat SMSan? Please telephone saja, ya?” Seorang perempuan yang berdiri di samping saya nampak gemas dengan lelakinya yang masih sibuk SMSan. Saya ngga mencoba menguping, lho. Serius, saya saat itu sedang menunggu adik yang beli martabak. 😀

“Haah…dia pakai operator kuning. Boros!” Jiahahaha…seketika saya merinding dan pingin koprol di depan mereka. Berpikir dua kali, atau malah berkali-kali untuk telephone ke lain operator. Dalam keadaan mendesak sekalipun. :mrgreen: Ini, sih, hanya terjadi di sekitar saya saja. Ngga mungkin lah, ya, ada di sekitar teman-teman. 😉