Mie Syalala, Pedas yang Menantang
Mie Syalala. Nama yang cukup unik. Seakan mengajak pengunjung untuk menikmati mie sembari bergoyang. Syalalalala, dubidu, lalala, yelalalala. *kumat* Tapi goyang lidah tentunya, ya. Bukan Goyang dumang. 😛
Tagline “Biar Pedas Tetap Woles” miliknya, nampak tidak bisa dipraktikkan. Yaa…bagaimana bisa dalam keadaan pedas se pedas-pedasnya, penikmat mie syalala bisa tetap woles atau selow. Yang ada malah terus bermain napas lewat mulut.
Mie Syalala belum lama buka cabang di Banjarnegara. Ini adalah cabang ke tiga setelah buka outlet di Kebumen dan Wonosobo. Saya tahu keberadaan Mie ini dari sepupu saya, Ara. Anak GWL yang kini hampir lulus SD.
Namanya tempat makan baru, pasti banyak yang menyerbu. Entah sekadar mengobati penasaran, atau memang pada dasarnya doyan banget sama yang namanya MIE. Kalau saya, sih, dua-duanya. Penasaran, sekaligus doyan. 😆 Meski sekarang ngga doyan-doyan banget kayak dulu.
“Silakan masuk, Sist. Langsung saja pilih tempat duduknya. Mau lesehan apa di kursi. Masih banyak yang kosong.” Seorang pelayan laki-laki dengan suara lembutnya mempersilakan tiap pengunjung untuk memilih tempat duduk. Termasuk kami. Saya yang sore itu datang bersama kembaran saya, Dina, memilih duduk di kursi. Meja nomor 19, pojok belakang.
Tempatnya ngga cukup luas, tapi bisa menampung banyak pengunjung karena penataanya rapih dengan kursi mungil tanpa senderan. Untuk lesehan saja bisa menampung kurang lebih 25 orang. Sedangkan tempat duduk kursi, kurang lebih terdapat delapan meja. Coba dikalikan saja dengan empat kursi. Cukup banyak, kan? 🙂
Tak lama kami duduk, seorang pelayan datang memberi daftar menu. Yaa…namanya baru pertama kali singgah, kami memilih menunya lama. Sudah tahu menu favoritnya adalah Mie Level. Tapi, tetap saja harus memilih. Karena, ada banyak varian dan juga paket hemat mie syalala.
Kurang lebih lima menit, kami sudah mendapat pilihan menu. Saya memesan Jus Mangga dan Mie Sosis Cocktail Level 3 dimana pada menu sudah nampak delicious. Sedangkan Dina memilih Paket 5 level 1 dengan isi Mie Sosis, Sosis Blackpaper, French Fries, dan Es Teh. Sebagai penggembira, Siomay pun kami hadirkan di meja sebagai camilan sekaligus tombo pedes. 😆
Menunggu menu, sembari internetan dengan jaringan WiFi mie syalala menjadikan tiga puluh menit yang sudah kami lalui tidak terasa. Pesanan jus dan es teh datang lebih awal. Dilanjut dengan kedatangan dua porsi mie syalala pesanan kami.
“Ambil semua, ngga, ya?” Saya ragu akan mencampurkan semua sambel yang ada di atas mie. Ragu akan mengaduknya. Hahaha Ternyata, nyali saya yang katanya doyan pedas pun tiba-tiba merinding saat melihat mie yang sudah diguyur sambal dari cabai setan. Ya, menurut Dina, olahan sambalnya dari cabai setan yang banyak tumbuh di dataran tinggi Dieng.
Pelan-pelan saya menyisihkan setengah porsi mie yang ternyata mei-nya dari kasta I**dom*e. *kasta?* Sudah jelas banget, dan tercium dari aromanya. Menggunakan bantuan sumpit, saya langsung mengambil cukup banyak mie, dan ternyata level 3 bikin detak jantung tambah kencang! Serius banget ini mie level 3 yang menurut saya sudah level 8. Ngga kebayang kalau ambil level 5 ke atas. 😀
Dina yang menikmati mie level 1 saja gobyos. Dasar dianya penakut cabai juga, sih. Harusnya tanpa level. 😆 Untung ada lavel pada masing-masing pesanan mie, ya. Andai pelayan salah memberikan, bisa pingsan Dina.
Mie Syalala serius bikin lidah bergoyang. Tanpa terasa, keringat mengalir dengan derasnya. Jidat, leher, seketika berkeringat. Apalagi kinerja kipas angin di ruang kurang maksimal. Hosh hosh!
Meski mie-nya dari kasta yang sudah saya sebut, Mie Syalala emang jagoan pedas, dan enak dilidah. Sosisnya pun demikian. Apalagi sosis blackpapernya, tuh. Bikin pingin nambah lagi. 😛
By the way, harga satu porsi mie syalala belum include dengan sambalnya, lho, Maksudnya, tiap pengunjung masih harus membayar sambal yang pedasnya berdasarkan level engan harga Rp 500 per level. Jadi, kalau pesan level 3, ya tinggal dikalikan saja. 😛 Mihil tidak mie-nya? 😛
Semoga Mie Syalala Banjarnegara terus ramai pengunjung, dan tambah banyak yang beli. Dan pada akhirnya nanti akan memperluas tempat atau ganti tema semi outdoor biar banyak angin masuk. Siir-siliiir. . .
Mie Syalala
Wonosobo: Jl. Veteran No. 68.
Kebumen: Timur Alun-alun Karanganyar.
Banjarnegara: Jl. S. Parman Nom 197. Jam buka: 09.00 WIB-22.00 WIB.
cumilebay.com
Apapun yg berbau cabe pedes pasti rame di serbu, meskipun ujung2 nya cuman indomie
Hahaha…banyak yang suka pedas ya, Mas. 😀
Jarwadi MJ
kenapa kebanyakan masakan mie ala indonesia dibikin pedas? 🙁
Gimana kalau kamu bikin warung mie yang ngga pedas, Mas? 😀
arif rahman
Ooo… kata “syalala” ternyata di ambil dari nama warungnya. Kirain tadi benaran nama mie terbaru. Itu pedasnya sampai level berapa.
Sepuluuuh iiih. .. 😀
Alid Abdul
Itu beneran disiram begitu? Duh hari gini masih jualan yang “belum termasuk” dijual terpisah itu sekarang uda nggak trend haha.
Btw itu nomor levelnya pake kertas apa mika? Kotor dong
Trendnya apa, Mas? 😀 Kertas dilaminating. Wkwkw
Anggi Alfonso
sepertinya aku harus maen ke banjarnegara agar bisa cobain mie syalala..
pedes ga doyan sih…tapi biasanya aku suka tantangan pedes..
klo ke banjar boleh dong di ajak mba
Main sini, Mas. 😀
Alris
Kayaknya manteb kalo makan mie ini diwaktu hujan. Pedas menggairahkan…
Nunggu hujan, ya. 😀
momtraveler
Termasuk murah lo segitu meskipun harus bayar lg buat sambelnya
Beda isi dompet, Kak. 😀
susanti dewi
namanya memang unik, mie syalalala 🙂
Penasaran sejarah tentang namanya, ngga? 😀
kettyhusnia
syalala pedasnya ya…patut dicoba nih. di pwkto belum ada euy
Semoga buka cabangnya sampai Purwokerto, ya. 😀
rina
sebagai pecinta mie, aku langsung ngeces liat ini :))
Ini tisunya, Mbak. 😀
Lusi
Ya ampun cabenya kayak show sendiri gitu yaaaa banyak bangeeet
Menari-nari, Mbak. 😀
Niar Ningrum (@niar_cilukbaa)
Kalau rasanya pedes sudah ada juga yaa mbak idah yang lepel lepel an, kemeringet yaa mbak 😀
Gobyooosh! 😀 😀
Jam Jadwal Sholat Digital
mba siti ulas dong ttg produk kita berupa jam digital jadwal waktu sholat untuk masjid, produk ukm asli wong rakit 🙁
Waaah…kreatif, ya. Barusan saya ke Webnya, tapi kok di Jakarta domisilinya, ya. 😀
Jogja Ready
Atiati perut mules, jangan pedes2 ya. 🙂
Sekali saja ini, Kak. 😀
HM Zwan
hiyyyaaa itu cabenyahhh makglodak bangetttt,itu termasuk murah mbk,kemarin aja baru lihat reportase warung beginian juga di jakarta,level paling pedes 100 cabe xixixixixix
Kalau mie gorengnya dowang sih murah. 😀 😀
budiono
di surabaya ada mie sejenis ini namanya mie akhirat. sama juga kalo mau nambah level harus nambah biaya lagi. makin pedes makin mahal 🙂
eniwe, salam kenal nggih 🙂
Ya ampuun, udah sampai akhirat saja. 😀 Salam kenal kembali dari Idah, ya.
Virmansyah
aduh mbak, itu sambelnya bikin ngilu, 😀 banyak bener…
Itu masih level 3. 😀
Zizy Damanik
Aku gak berani terima tantangan kalau ini. Gak kuat pedas soalnya wkwkwkw…
Hihihi..baru tahu kalau ngga suka pedas. 😀 😀
Ila Rizky
mie level tiga rasa level 8 ya. ga kebayang rasa pedesnya kayak apa, mba 😀
Suka pedas ngga, Ila? 😀
Tian Lustiana
Kalau makanan pedas selalu mencetarkan hati 😀
Mata dan telinga juga, Mbak. 😀
Icoel
eh kemarin di Jakarta juga ada, tapi namanya : Mie Jontor, alasannya juga karena pedessss
aku sama Anaz nongkrong di depotnya di Tebet, tapi lom ngincipin karena udah kenyang, jadi cuma minum jus, yang makan cuma Indri
Habis makan, bibir langsung jontor, ya. 😀
Gylang Tanzila
Nyerah banget sama yang namanya pedes2,
Ngga perlu nyerah. Orang ngga diapa2akan kok, Om. Hahaha 😀
Arifah Abdul Majid (@arifah_feibiii)
Ind”mie?? Ah, enggak deh, hihi.. Aku pilih siomay ajah 😀
elkilani kurnia
Mie syalalala…. namany kok lucu yaaaaa…
Ptrdevita
Ehh btw mie indomienya yang rasa apa ya wkwk