Puncak Gunung Prau dan Savananya
Puncak Gunung Prau dan Savananya membuat decak kagum para pendaki, khususnya saya. Malam tahun baru Muharram, saya bersama lima teman melakukan Pendakian Gunung Prau lewat Patakbanteng.
Sadar, sesadar-sadarnya, bahwa puncak gunung memang tak cocok untuk istirahat dan atau tidur. Yaiyalah, kalau mau istirahat ya di rumah saja sana. Hohohow.
Subuh subuh subuh. . . teman-teman cowok membangunkan kami untuk beribadah. Pagi itu rasanya seger banget.
Gak ingat jalan nanjak, dan rasa ngilu karena mendaki tuh seperti apa. Saat itu, yang ada hanya ingin menikmati keindahan alam ciptaanNya.
Ketika mau subuhan, terlihat jelas penampakan gunung dan bukit yang indah. Subhanallah. Gak ngira saya bisa menikmati pemandangan nan cantik secara dekat.
Lepas padang sebelah kanan, terlihat Gunung Sindoro-Sumbing. Saya suka banget pas lihat kabut-kabut didekat Gunung, meski kata teman-teman mengganggu pemandangan Gunung. Lalu, sebelah selatan terdapat savana atau bukit teletubies luas banget. Hihihiw. Kebetulan saya ngeCamp pas ditengah puncak, jadi view savananya kurang maksimal. Tadinya, kami berencana mendirikan dome di bagian atas, tapi pas kami sampai puncak, ternyata sudah penuh.
Pingin domenya yang mucuk. . .Pas pagi, pukul 05.00 WIB cuaca kurang mendukung, agak mendung. Tapi tidak menyurutkan semangat kami dan para pendaki lainnya untuk hunting foto. Pendaki yang muncak di Gunung Prau tidak seheboh para pendaki di Sikunir. Di sini para pendaki lebih leluasa untuk ambil foto dari arah mana pun. Berbeda dengan di Sikunir, dimana para pendaki pada berdesak-desakkan ketika hunting sunrise. Tentu saja karena puncak Gunung Prau lebih luar ketimbang Sikunir.
Sungguh pemandangan yang mahal, BroSist! Kaki ngilu telah terbayar oleh udara segar dan pemandangan cantik Gunung Prau. Sampai gak kepikiran nanti pulangnya akan seperti apa. Dan apakah masih sanggup meraba jalan lagi. Hahahaw.
Untuk mendapat view yang bagus, kamu bisa menuju ke arah selatan. Di situ banyak orang pada berburu landscapenya Sindoro-Sumbing. Begitu juga dengan view bukit teletubies. Bukit Teletubies makin cantik ketika matahari mulai tampak. Sambil membayangkan lala dan pooh ada dibelakang bukit.
Kamu jangan terlalu terpaku dengan pemandangan Gunung dan Savana lho, ya. Karena disekitarnya terdapat pemandangan bunga-bunga kecil yang seger, cantik menik-menik.
Sarapan di Puncak Gunung Prau
Untuk menjaga stamina tetap oke dan terhindar dari rasa lunglai, kami sarapan dulu sebelum turun gunung. Sesuai kesepakatan, para cowok membawa mie goyeng dan roti. Lalu, yang cewek membawa cemilan. Mas Soleh ngrebus mie, sedangkan yang lainnya masih foto-foto tuh. Durhaka banget, ya. Hahahaw. Saya sampai dome sudah ada mie goyyeng gitu. Langsung lahap saja!
Kami turun dari Gunung Prau kira-kira pukul 07.00 WIB. Tak lupa kami foto bersama di depan batas daerah Kab. Kendal dan Kab. Wonosobo. Pas turun, kami baru sadar, ternyata jalan yang kami lewati semalam tuh benar-benar nyenengin. 😛 Gunung ini memiliki kawasan hutan yang masih asri. Terbukti, pepohonan rindang masih terjaga. Menurut saya, akar-akar pohon besar yang ada tuh membantu kelancaran pendakian. Ya, saat naik saya sering kali menemukan akar pohon besar. Akar saya pegang, lalu saya baru naik step by step.
Rasanya nikmat banget pas turun gunung. Lebih cepat ketimbang naiknya. Yaiyalah, keliatan banget malasnya! Hahaha. Turun gunung makin gak terasa capek, ketika melihat pemandangan sekitar bukit. Disuguhi pemandangan ladang yang indah, bisa melihat pemukiman warga nan rapih dari atas dan bisa melihat Telaga Warna juga. Sempurna banget rasanya!
Sedikit tambahan tentang transportasi umum menuju Patakbanteng. Untuk menuju Patakbanteng, kamu bisa naik mini bus ke Patakbanteng. Bisa naik dari Terminal Mendolo Wonosobo atau mini bus jurusan Dieng. Cukup membayar Rp 10.000,- kamu bisa turun Patakbanteng. Kalau menggunakan motor, dari kota Wonosobo tinggal mengikuti jalan besar saja. Kurang lebih menghabiskan 3 liter bensin untuk PP.
Tak ada rasa menyesal dalam pendakian pertama saya. Justeru saya ingin mencoba mendaki lagi. Tapi kemana, ya? Hahahaw. Terpenting sehat jasmani dan rohani dulu, masalah mau kemana, nanti bisa dirundingkan dengan teman-teman kursusan. Gak nyangka kalau mereka mau menjadi teman perjalanan saya!.
Pesan:
Kalau akan mendaki, pastikan kamu sehat lahir dan batin. Bahagia lahir dan batin. Dan jangan menyisakan sampah di Gunung! Bawalah tas kresek untuk membuang sampah kamu dan sukur-sukur bisa memungut sampah yang kamu lihat disekitar.
Perlengkapan Pendakian Dieng Indonesia:
Sebelah kanan Hotel Gunung Mas, Dieng Kulon. 085 335 009 717.
Pos Pendakian Patak Banteng:
Jl. Dieng Km.24 Desa Patak Banteng, Kec. Kejajar, Kab. Wonosobo. 085 228 283 428.
kang topjer
jadi pengen naik lg neh, seru juga ceritanya mbak idah
Kapan terahir naik, Mas Kopi Anget? ^_*
Lidya
wah seruuuu Idah, aku pingin kesana tapi gimana sama anak2 ya 🙂
Anak2nya di gendong. . . 😀 ^_*
isnuansa
Aaaaak, naik gunung… Saya belom pernah mendaki sampai puncak. Kalau gendong anak sekitar 15 kilo, kira2 kuat nggak ya sampai puncak, hahahaha…
Kuat ajah, Mba. Mipil berhenti gitu. . Hahaha ^_*
Wong Cilik
Asyiknya naik gunung rame-rame …
Rame! ^_*
Budi Majid
waduh sudah lama juga saya tidak pulang kampung dan masuk hutan, jadi teringat masi kecil dulu uey 🙂
Pas kecil suka ke hutan gitu? ^_*
ndop
Ngakak baca komennya mbak isnuansa
Btw, dirimu tomboe sekali ya, cewek yg kuat. Lihat tuh, yg mendaki khan rata rata cowok haha.
Btw ternyata postinganmu bersambung to yang kemarin ituh.
Mendaki gunung itu banyak hikmahnya ya, dibalik kesusahan akan datang kebahagiaan. Habis lempoh sikile mendaki gunung, eh entuk pemandangan indah, udara sejuk, badan sehat, pikiran tenang..
Gue emang kuat, Mas Ndop. Hahaha ^_*
rawins
masih termasuk nyaman lah…
pendaki sekarang perabotannya udah mirip orang pelesiran. ga kaya jaman dulu ransel isinya cuma jas hujan dan roti tawar atau mie instan doang 🙁
Lho, sekarang masih sama koq, Mas. Isinya mie instan dan roti. Weeeeeks ^_*
Chandra Iman
wiii keren! seru tuh pastinya ngedaki gunung, btw saya suka sedih kepada manusia yang buang sampah sembarangan di gunung…
Saya gak buang sampah di sana, Kakaak! ^_*
mechta
wii… asyiik.. jadi pengen ikutan, tapii… *ingat umur, wooi… hehe..
sobatpetualang
wah jadi pengen kesini lagi nih.. tapi klo musim hujan gni gmana ya?
sandra eka
Hali Idah… salam kenal.
Insya Allah Saya ke dieng sekitar tgl 29 Januari 2014. rencananya mengunjungi objek2 wisata yang ada di dieng termasuk puncak gunung prau. boleh nanya-nanya ke idah tentang dieng dan sekitarnya via email kan?…
Hai, Mba Sandra. Waah, senang, ya. Silakan kontak saya via emal atau BBM, ya. ^_*
Ahmad Roqib
Mantabs dah ….. kunjungi balik yah
Terima Kaish sudah berkunjung, Mas Roqib. ^_*
nano
Gunung Prau mantap..saya awal feb 2014 habis dr gunung prau dieng …naik dr patak banteng ….turun via dieng wetan…
Rame2 ya, Mas Nano?. ^_*
anak prahu kendal
keren memang gunung prau ini, pernah juga lewat kenjuran sukorejo kendal, hutannya juga masih asri
Praktiknya dari Kenjuran berapa jam, Mas? 😆
anak prahu kendal
Sekitar 6 jam saja
Yaaps. . .
annosmile
waa belum pernah kemari :((
Kasian bener, Ka. 😀 ^_*
Andana Paringga
nah ini tulisan perjalanan yang mengesankan…next session naik gunung prau ah…kena racun mbak idah… 😀
Asyiik kok trekking. 🙂