Yuk, Numpak Sepur Kluthuk Jaladara
Adanya agenda Numpak Sepur Kluthuk bernama Jaladaramenjadi salah satu penyemangat bagi saya untuk menghadiri acara ABFI di Solo. Apalagi setelah membaca jadwal selama empat hari di Solo, tambah semangat. Pasalnya, selain seminar, sebagian kegiatan berhubungan dengan wisata solo dan beberapa event kota Solo yang akan digelar pada saat itu. Seperti Mangkunegaran Performing Art. Kalian tau kan, kalau Solo salah satu kota yang kaya akan budaya!!
Hari terakhir ABFI, pagi hari seluruh peserta ABFI berwisata keliling kota menggunakan Sepur Klutuk Jaladara. Nah, karena malamnya saya tidak ikut wisata keliling menggunakan Bus Tingkat Werkudara, saya pun mewajibkan diri untuk menikmati Sepur Kluthuk. Alarm sudah saya sett. Harus bangun pagi, takut ditinggal teman-teman. Ketika alarm berbunyi keras, tangan meraihnya, kemudian matikan matikan matikan! Masih ngantuk, tarik selimut. Sudah bisa ditebak, saya dan Sitti bangunnya kesiangan. Hahaha. Bersyukur, karena pas sampai lobi hotel teman-teman belum berangkat.
Setelah sarapan, seluruh peserta langsung naik bus menuju Jl. Slamet Riyadi. Bus menurunkan kami di Gladag. Gladag tuh semacamTamKulnya Banjarnegara atau Malioboronya Jogja. Pagi hari Gladag ramai, banyak orang berjualan cemilan, kudapan khas Solo. Saya tidak sempat icip-icip jajan di sini, karena takut ketinggalan sepur. Hihiuuu.
Selain Car Free Day, di Jl. Slamet Riyadi ramai denganbeberapa acara yang diselenggarakan oleh warga Solo. Diantaranya pertunjukan kesenian dari salah satu SMP. Aah. . .senangnya melihat anak muda yang pandai bermain alat musik tradisional khas Jawa Tengah ini. Suara Saron, Kenong dan Kendang menambah suasana pagi lebih romantis. Hihiuuu. Yuk simak pengalaman saya naik sepur kluthuk.
Saya jalan kaki dari Gladag menuju Jl. Slamet Riyadi bersama Sitti dan Mas Jarwadi. Benar-benar jalan penuh semangat, karena sudah tidak sabar ingin naik sepur kluthuk. Setelah sampai, saya melihat sepur sedang melaju pelan. Sangking semangatnya, saya langsung mendekati petugas yang ada didekat sepur dan bertanya, “Pak, bisa naik sekarang tidak, ya?”. Padahal sepurnya sudah jalan. Hihihiu. Bapaknya baik banget, mengijinkan kami naik. Saat itu saya mengenakan dress. Mas Jarwadi naik duluan, kemudian Sitti lompat, lalu baru saya lompat dan berhasil naik sepur kluthuk. Rasanya tuh wow banget pas lompat, penuh sensasi, takut gak sampai karena pakai dress gitu. Adegan ini tidak boleh ditiru tanpa saya dampingi.
Legaaa rasanya berhasil naik sepur kluthuk. Adeem, silir-silir karena semua jendela dan pintu terbuka. Lihatlah gerbongnya, mirip ESTO yang saya ceritakan kemarin, kan? Sepur Kluthuk Jaladara memiliki dua gerbong. Saya duduk di gerbong pertama, CR 16. Gerbongnya tampak kuat, terbuat dari kayu jati, termasuk tempat duduknya. Tempat duduk gerbong CR 16 saling berhadapan. Sedangkang pada gerbong satunya, saling membelakangi. Kalau atap gerbong diberi lapisan aluminium agar lebih aman saat hujan.
Sepur Kluthuk Jaladara mulai dimanfaatkan sebagai kereta wisata sejak tanggal 27 September 2009. Sepur yang menggunakan loko seri C 1218 pada umumnya beroperasi pada hari libur saja atau weekend. Namun, jika kalian ke Solo diluar hari libur, kalian bisa menghubungi petugas ke nomor 0271-7096111. Semoga siap melayani, asal kalian mau menyewanya. Harga sewa se[pur kluthuk kisaran Rp 3.250.000, dengan kapasitas maksimal 80 penumpang. Lumayan mahal jika kalian menikmatinya sendirian. Hihiuuw. Jadi, kalau ada niat untuk sewa sepur kluthuk, kalian musti bawa rombongan. Supaya bayarnya bisa lebih murah.
Rute Sepur Kluthuk Jaladara atau yang memiliki nama lain Steam Loco dimulai dari Stasiun Purwosari menuju Stasiun Sangkrah (Solo Kota), kemudian kembali lagi ke St. Purwosari. Berapa saat singgah di Kampung Batik Laweyan, Gladag, Loji Gandrung. Kalau kami naiknya dari Solo Kota, insiden lompat tadi sih. Setelah clingak-clinguk, saya merasa salah kamar. Rombongan saya mana, ya? Dan ternyata iya, kami bertiga salah kamar. Ini masih jatahnya kloter pertama dan seharusnya saya naiknya nanti, kloter ke dua. Jadinya dobel nih. Asiiik banget, gratis pula. Haphaphap!
Mengapa biayanya mahal? Karena untuk sekali jalan saja sepur kluthuk membutuhkan sekitar lima meter kubik bahan bakar kayu jati, supaya lebih irit, awet. Belum untuk membayar masinis beserta asistennya. Pantaslah mahal, ya. Untung saya dapat yang gratis, ya. Tinggal lompat, terus ikut keliling deh. Hihiuuw.
Keunikan Sepur Kluthuk Jaladara menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata kota Solo. Numpak Sepur Kluthuk Jaladara dengan lokomotif buatan Maschinenbau Chemitz Jerman pada tahun 1896 memberi kesan tersendiri bagi saya. Saya merasa takjub dan senang bisa naik sepur ini. Sepanjang jalan, dari Solo Kota menuju St. Purwosari ada rasa bangga, senang, kagum dan takjub ketika berada di gerbong CR 16. Mengapa?
Pertama. Merasa senang karena saya mendapat kesempatan naik sepur ini tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun. Tak lain karena keikutsertaan saya pada acara ABFI.
Kedua. Merasa kagum dengan ide pemerintah kota Solo. Mereka mampu memanfaatkan rel yang telah ada. Rel ini benar-benar sejajar dengan jalan raya. Tepatnya mulai Jl. Slamet Riyadi yang termasuk jalan tengah kota. Selain itu, kagum karena mereka bisa mendatangkan sepur dengan seri C 1218. Kalian tau, kan? Saat ini masih tersisa tiga lokomotif dari jenis C12 dari 43 buah yang pernah ada di Indonesia. Satu kereta tersimpan di museum transportasi TMII, Satu tersimpan di museum Ambarawa dan satu lagi digunakan sebagai kereta wisata Jaladara. Pemerintah Kota Solo hebat, bukan?
Ketiga. Merasa bangga melihat semangat peserta ABFI. Terlebih melihat sambutan hangat warga Solo, takjub. Ya, selama menikmati perjalanan, mulai dari anak kecil sampai orang tua, mereka melambaikan tangan kepada kami. Seakan mereka ikut merasakan apa yang kami rasakan, yaitu bahagia. Lambaian tangan itu entah ditujukan kepada kami, atau kepada Sepur itu sendiri. Hihihi. Yang pasti, saya bahagia melihat senyum dan lambaian tangan dari mereka.
Tak terasa sudah 45 menit kami keliling menikmati wisata kereta Jaladara. Setelah bersantai sambil berfoto-foto di dalam sepur, kami pun sampai di St. Purwosari. Tandanya, kami harus turun. Dan karena melihat Sepurnya berhenti lumayan lama, saya pun berfoto-foto lagi dengan si gagah yang sering mengeluarkan bunyi tet tet teeeeeeeeeeet ini.
Sedikit informasi nih. Setelah membaca di website resmi Tentang Solo, saya mendapat informasi tentang harga tiket untuk menikmati kereta wisata Jaladara. Bahwa harga tiket berdasarkan KTP. Bagi yang ber-KTP Solo Rp. 50.000 dan KTP non-Solo Rp. 100.000,- per orang. Dan tiket dibeli di stasiun Purwosari. Atau langsung menghubungi petugas, dengan nomor telephone yang sudah saya sebut di atas.
Yuuuk, numpak sepur kluthuk. . .Kurang lebih seperti itulah pengalaman saya numpak Sepur Kluthuk Jaladara. Setelah sesi foto-foto selesai, kami menunggu jemputan untuk menuju ke Keraton Surakarta Hadiningrat. Next post. . .
Referensi:
- http://tentangsolo.web.id/transportasi
- http://surakarta.go.id/konten/sepur-klutuk-jaladara
keke naima
pake kayu jati? Gak bs diganti kayu lain, ya. Kayu jati kan mahal hehe
Katanya sih biar awet dan irit, Mba Myr. ^_*
Muhamad Soleh Semangat Belajar
Pake Kayu Albasia aja
Emang bisa ya, Mas Muhamad? ^_*
Niar Ningrum
yuk numpak sepur jaladara maneh yukkk 😀
Kapan ya, Niar. Pingin railbusnya e.^_*
yuniarinukti
Idih Idah sampe detail gitu nulis tempat duduk gerbongnya. Aku duduk gerbong berapa ya? Gak jelas sih suka pindah-pindah. Asal ada kamera, langsung pindah duduk wkwk
Sadar kamera judule ya, Mba Yun. Hahahw ^_*
yuniarinukti
Kayaknya kalian berdua nih suka telatan ya. Pembukaan di Loji Gandrung telat, naik sepur jaladara telat jugak!
eh numpak sepure gak telat yo, malah ndhisiki wkwk
Koq tau siih. Ngintiip ya, Mba Yuni. Hihiw. Terlalu hasrat, kemudian lompat. 😆 ^_*
bunda aisykha
kyknya asyik tuh,,kayu jati jd bahan bakar? waaahh,,kalo pas weekend tiket keretanya brapa mak idah,,
Tergantung ada berapa orang, Mba Tita. Setahu saya sih rombongan gitu, biar lebih murah. Hehehew ^_*
Lidya
jadi inget jaman SD pernah berlatih gamelan di sekolah, kayanya sekolah2 sekarang jarang ya yang ngajarin
Kalau di Sekolah Aa ada gak, Mba Lid? ^_*
blogs of hariyanto
ternyata bahan bakarnya dari kayu jati ya…pantesan mahal..tapi kok tiket utk yg tinggal di solo dibedakan dgn yg dari luar solo..padahal kita satu bangsa dan satu negara loh..
selamat berlomba ya..semoga menjadi yg terbaik 🙂
Emang di Masakasar tidak ada diskriminasi harga berdasarkan KTP ya, Pak HAriyanto? Hehehe. Aamiin, makasih doanya. ^_*
bebe
Huaaa… aku selalu kangen deh sama jalan kereta di pinggiran jalan besar di Solo.. ga tau kenapa suka aja liatnya..
Itu gerbong keretanya lucu juga ya bentuknya. Tapi memang harus pakai kayu jati yaa? tiba2 berasa sayang gitu hahaha.. 😀
prih
Numpak semur kluthuk, lungguhe nganti ngontak-ngantuk…..enake sambil makan gethuk
Gethuk Magelang ya, Bu. ^_*
Indah Nuria Savitri
aaaaah, aku ketinggalan ngg naik iniiih hiiks hiiks,,,seruuu ya maaaak…sayang waktu itu kita ngg sempet ngobrooool hehehe…kayaknya aku ada fotonya deeeh :D…
MC kan sibooook. Hahahaha ^_*
Indi
wah, seru ya, unik banget 🙂 tapi kasian juga pohon2 harus ditebang buat bahan bakarnya. sekali2 tapi boleh deh dicoba, hehehe 😀
Ada solusi gak? Supaya gak kasihan tuh pohon. Hahha ^_*
sari widiarti
iku inguk – inguk opo Mbak *halah bahasanya* 😀
tampan ya mereka, DSLRnyaaaaaa XD
Naksir ya, Mba? Hahaha ^_*
Indra Kusuma Sejati
Itu roda sepurnya kluthuk Jaladaranya kenapa Mba ? Bocor ya ? ko di lihatin sampai kaya gitu ?….
Salam,
Kalau bocor, nanti dimarahi Pak PResiden dong. 😛 ^_*
Ifan
melu mbak meluu.. hehe,,
Ngantri kloter tiga, ya. 😀 ^_*
rodamemn
wah, belum pernah naik itu…blm sempet..semoga nanti suatu saat bsa naik itu ama keluarga kecilku…lucu juga seru ya di Solo 🙂
Aseeeek. Nanti ajak2 saya jug aya, Mba. Hahaha ^_*
Hanif Mahaldi
Beberapa kali kesana dan lihat… eh, pas lagi jalan, seru kayaknya ya. Pengen naik, tapi gak ngerti dulu itu kereta ngetemnya dimana. Kirain kayak bus bisa berhenti dimana aja. hehe.
Di Stasiun Purwosari, Mas. Kalau mau naik santai saja, ya. Jangan lompat. Hahaham ^_*
Vica
kl kesana mau coba aaah… rumah eyangku di Sangkrah, jadi deket nih ke stasiunnya 🙂
Dekeeet bangget. Eyangnya diajak naik juga. 😀 ^_*
Hanna HM Zwan
aarrkkkkk mupeng naik ini,,,,,seru banget kayaknya mbk
Asiik pokoknya, Mba. Sepoi2. .. ^_*
rawins
aku mah apes mulu
tiap ke solo ga pernah ngepasin sepurnya jalan
jadinya ya balik ke prameks maning…
Nyarter bae, Mas. 3 Juta. Hahaha^_*
Mas Jier
Wah jadi pengen nih naik sepur kluthuk jaladara. Saya malah belum pernah naik, padahal deket dari rumah saya di Magelang.
Main ke Solo, Mas Jier. TErus naik sepur deh. 🙂 ^_*
Artie
sayang kayu jatinya..
Tapi membuat wisatawan bahagia, gimana tuh? 😀 ^_*
Hyu
wah udah lama gak ke solo jadi kangen sama solo.. hehe
Buruan ke Solo, Mas Hyu. 😀 ^_*
Chandra Iman
saya belum pernah naik sepur ini, #langsungkesolo
Pas ABFI gak ikut naik po, Mas Chandra? ^_*
Akhmad Muhaimin Azzet
Mantaps banget ini, Mbak Idah, ahaaa… ada Kakaakin dan Mbak Una 🙂
Mantaps apanya, Pak Azzet? Hohohooh ^_*
Ope
beda sama “sepur-sepur” modern ya 😀
Beda bangeet. Jalannya saja lambat koq, Ope. Hehehe ^_*
mei wulandari
Aaaaaaa kota Solo mengingatkanku semasa kuliah dulu, kangen pengin jalan2 ke Slamet Riyadi , gladalk, solo grand mall, dan masih banyak lagi
eh btw aku malah belum pernah naik sepur kluthuk jaladara lhooo… seru ya pasti
Cieeeee, kenangan sama siapa, Jeng Meeei. Hahahaha ^_*
Lembar Kehidupan Wieka
jadi kepingin ke solo untuk mencoba sepur jaladara 🙂
Dolan ke Solo, terus naik sepur dan nyobain kuliner. Mantaap, Lembar Kehidupan. ^_*
giewahyudi
Sering ke Solo sih tapi dulu belum ada sepur kluthuk ini.. Nanti deh kalau ke Solo dicobain..
Hayooo, janji mau nyobain lho, ya. Hahahaha ^_*
Hary Tidung
Baca blog ini kok jadi betah ya….
Tulisannya enak dibaca…
Diusahain mampir terus … (kalo boleh)
salam kenal
Terima Kasih sudah berkunjung. Dan salam kenal kembali, ya. ^_*
Aneka Tas Lucu
seru banget yah, sering liat kalo mau mudik ke wonogiri
Udah pernah numpak, dong? ^_*
sutopo
wowhh..
keren jalaan jalan terus iki mbak e..
manteb2..
salam kenal mbak
sutopo blogger jogja
Hai wong nJogja. Salam kenal kembali, ya. 😀