Menumbuhkan Sifat Disiplin Kerja

Sekarang sudah masuk bulan Juli. Tak terasa sudah enam bulan ini saya menjalani rutinitas kerja di tempat kerja yang bisa dibilang tempat kerja baru. Enam bulan masih tergolong baru kan, ya?

Kilas balik satu tahun yang lalu. Dimana tiap hari Senin-Jum’at, saya selalu berinteraksi dengan anak didik. Berangkat dari rumah pukul 06.30 WIB, bekerja paruh waktu untuk dunia pendidikan.

Asyik memang, tiap hari bisa berdiskusi, mendengar celotehan mereka bersama teman sebangkunya alias ribut sendiri. Mendengar argumen mereka yang terkadang membuat saya kagum dengan pemikirannya atau melihat wajah bosan mereka ketika sedang berada di kelas teori. Banyak sekali tingkah mereka yang tak akan terus terkenang.

Namun, kini saya tidak lagi mendengar celotehan seperti yang saya sebut di atas. Karena, ditempat kerja yang sekarang, objeknya sudah berbeda. Saya yang awalnya berdampingan dengan anak didik, sekarang berdampingan benda mati.

Bahasanya kenapa benda mati, ya? Hahaha. Benda mati yang saya maksud yaitu terkait dengan perangkat keras dan lunak, yang tiap hari digunakan untuk menunjang aktivitas kerja para pegawai di kantor.

Ketika diterima di tempat kerja baru, sudah barang pasti akan menjumpai hal-hal yang baru juga. Seperti; tugas pokok, lingkungan kerja, tata tertib dan atau peraturan-peraturan baru. Dan sebagai pekerja baru, pun harus belajar beradaptasi dengan kesemuanya itu.

Sejauh saya bekerja pada lingkup pemerintahan, disiplin adalah salah satu sifat terus disampaikan dan ditekankan kepada para pegawai. Tentunya, tanpa ada maksud mengabaikan sifat lain yang menunjang keberhasilan kerja.

Terus menumbuhkan sifat disiplin kerja merupakan salah satu sifat (dalam dunia kerja) yang harus diterapkan, dijalani oleh seluruh pekerja atau pegawai. Terlebih bagi mereka yang bekerja dilingkungan tata pemerintahan Indonesia. Entah status mereka sebagai Pegawai Negeri maupun Pegawai Honorer. Harus menjunjung tinggi disiplin kerja. Mengapa demikian?

Tak lain, karena sebelum bekerja pada sebuah instansi pemerintah, mereka telah berjanji akan melaksanakan apa yang telah menjadi tanggung jawabnya. Akan patuh kepada peraturan tata tertib yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis. Taat atau patuh kepada peraturan kerja inilah yang disebut dengan disiplin kerja.

Disiplin tak kalah pentingnya dengan prinsip-prinsip kerja lainnya. Artinya penerapan sifat disiplin pada setiap pegawai juga ikut andil mempengaruhi hasil kerja. Melalui disiplin yang tinggi pula, produktivitas kerja pegawai dapat ditingkatkan. Lalu, bagaimana penerapan disiplin kerja versi saya?

Pertama adalah terkait dengan jam kerja. Masing-masing instansi di lingkungan pemerintahan Indonesia memiliki peraturan tersendiri terkait jam kerja. Ada yang masuk pukul 07.00 WIB, ada juga yang masuk pukul 07.30 WIB. Jam kerja ini sesuai dengan ketentuan dan peraturan dari pemerintah pusat. Pada lingkungan kerja saya sendiri, jam masuk pukul 07.30 WIB dan jam pulang pukul 16.00 WIB.

Terkait jam kerja, ada satu hal yang paling tidak saya suka. Adalah sampai tempat kerja dalam keadaan ngos-ngosan dikarenakan datang mepet atau malah melebihi batas maksimal jam masuk kerja.

Bisa dirasakan, ketika sedang dalam perjalanan seperti apa? Sampai tempat parkir seperti apa? Ketika absensi seperti apa? Kemudian, masuk ruangan melihat teman-teman kerja yang sudah duduk tenang di kursi masing-masing. Imbasnya, konsentrasi terhadap pekerjaan pun akan mengalami pengurangan.

Oleh karenanya, ada baiknya saya, kita semua, terus menumbuhkan disiplin waktu. Yakinlah, bahwa berangkat lebih awal dari jam masuk akan membuat hati tenang dan bekerja pun lebih aman dan nyaman.

Namun, terbalik dengan jam pulang kerja. Seluruh pegawai ada baiknya pulang kerja tepat waktu. Terkecuali, ada tugas perintah lembur, barulah pegawai bisa pulang akhir sesuai perintah. Hal ini mempunyai tujuan untuk meminimalisir prasangka buruk dari teman lain dan juga fitnah.

Kedua, terkait dengan tugas pokok. Dimana pun kita semua bekerja pasti mendapat job description. Dan tugas-tugas yang tertulis pada job desc menjadi tanggung jawab yang harus dikerjakan.

Setiap orang memiliki teknik tersendiri untuk menyelesaikan pekerjaanya sesuai dengan pola pikirnya. Terpenting tidak keluar dari sistem. Saya sendiri menerapkan sistem pembagian waktu dan juga target kerja.

Saya membuat daftar tugas pokok saya dalam selembar kertas, lengkap dengan jam kerja. Sama persis dengan jadwal pelajaran sekolah. Dengan jadwal kerja yang terperinci, waktu yang saya miliki pun lebih berarti, menjadi lebih efektif dan tersetruktur dalam melakukan segala pekerjaan yang menjadi tugas pokok.

Selain itu, saya juga membuat target kerja, supaya ada rasa greget dan juga mendapat kepuasan bathin dalam bekerja. Ini memang harus ada kesadaran diri.

Kita semua tahu, bahwa pemerintah Indonesia sudah sangat berbaik hati menganggarkan pengeluaran untuk gaji dan bonus bagi para pegawai pemerintahan entah berapapun nominalnya. Yaa. . . meski itu semua kewajiban pemerintah. Tapi, seluruh pegawai harus sadar diri dan rajin bersyukur.

Tidak ada lagi alasan bagi mereka untuk mangkir kerja. Karena, sudah seharusnya mereka bersungguh-sungguh dalam bekerja dan memberi sumbangsih yang nyata untuk Indonesia.

Jam Kerja dan Tugas Pokok adalah dua dari sekian banyak cerminan disiplin kerja yang harus diperhatikan. Perilaku disiplin kerja pegawai pada dasarnya tidak hanya terbatas pada aturan perilaku pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal ini berhubungan juga dengan nilai dan norma perilaku tertib dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya.

Oleh karenanya, perilaku disiplin pegawai tidak hanya tercermin dalam melaksanakan pekerjaan kedinasan semata, melainkan implementasinya dapat dilihat dari sikap keteladanannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam dunia kerja, baru sampai tahap ini saya ada untuk Indonesia tercinta. Dan, Insya Allah saya akan terus berusaha untuk menumbuhkan sifat disiplin kerja, menjadi pribadi yang jujur, berdaya guna dan sadar akan tanggung jawab dalam menjalankan tugas.

Artikel  ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan: Aku dan Indonesia.