Ketika Weton Berbicara
[dropcap]S[/dropcap]udah tahu kan, apa itu weton? Kalau saya mengartikan weton itu sama dengan hari lahir. Sebagai contoh, Jum’at Manis, Selasa Wage, Selsa Pon dan lain sebagainya. Sepertinya weton ini hanya berlaku dan hanya ada pada jawanisme atau orang-orang yang menganut adat jawa. Aaah, susah juga kalu diterjemahkan. 😆
Hidup di Jawa khususnya di desa yang masih menganut jawanisme, weton ini sangat diyakini oleh mereka yang selalu hidup dalam adat istiadat jawa. Penerapan dan pemakaian untuk weton sendiri macam-macam.
Jika weton diterapkan dalam pembuatan rumah, pindahan, itu masih tergolong bisa diatasi. Tetapi kalau sudah menyangkut dengan kehidupan yang akan datang dengan si calon, maka weton sangatlah berpengaruh. Kamu tidak boleh nikah sama si calon, karena “alsan mengingat, menimbang, menutuskan” kamu hidupnya tidak akan bahagia. Itulah kata orang jawa tentang sebab dan akibat karena weton.
Ketika weton berbicara, apakah anda menyambutnya dengan baik? :entahlah: Ketika weton berbicara, tentunya banyak ekspresi yang diperlihatkan. Bisa ekspresi yang tidak wajar karena susah menerima, bisa juga ekspresi yang wajar karena bahagia. Ekspresi tidak wajar diperlihatkan manakala weton yang sudah dirumuskan tidak sesuai dengan harapan dan ekspresi yang wajar diperlihatkan manakala weeon yang sudah dirumuskan sesuai dengan harapan.
Alhamdulillah, akhirnya besok aku jadi melamar si calon. Besok adalah hari yang paling bersejarah dan paling aku nanti-nanti. Sudah 4 tahun kami menjalin ikatan dan menurutku dia adalah gadis yang sempurna, anaknya baik, sopan, cantik, dewasa dan sholikhah. Teman saya (cowok) sebut saja rahman, mulai membuka cerita bahagianya. Ekspresi saya tentunya bahagia, saat mendengar Rahman berbicara seperti tadi, apalagi saya disuruh ikut menemani.
Hari H lamaran tiba, keluarga rahman pun berkunjung ke rumah si calon, sebut saja anggrek. Keluarga anggrek menyambut kedatangan keluarga rahman dengan penuh senyum bahagia. Perundingan lamar-melamar dimulai, yang sering saya dengar hanya kata-kata “sudah bener-bener mantep?.”, “siap lahir batin” dan “menerima apa adanya”. Tiga kalimat yang menjadi kolaborasi pada saat lamaran tersebut diucapkan secara berulangulang dan berujung tidak enak. Setelah dari awal Rahman dan Anggrek secara kompak menganggukkan kepala tanda “iya”, tiba-tiba weton berbicara. :entahlah:
Penyampaian tentang weton memang sangat enak didengar, karena memang masuk akal dan nyata perumusannya. Tetapi ketika weton berbicara, kedua anak manusia tiba-tiba sedih dan terlihat tidak kuasa untuk mendengarnya. Setelah weton mereka dipertemukan dengan rumus dan mereka memutuskan untuk tetap menikah, maka masa depan mereka tidak akan lebih baik dari hari ini.
Ketika weton berbicara, haruskah menyalahkan adat dan jawanisme? Untuk sebagian orang yang mempercayai weton, mungkin akan mengambil jalan pintas yaitu lebih baik memutuskan anggrek dan rahman untuk tidak menikah, tanpa melihat konologi 4 tahun yang telah berlalu. Weton yang ada pada jawanisme ini bukan berarti tidak percaya dengan adanya garis kehidupan dari yang Maha Kuasa. Menurut sebagaian sesepuh, weton jawanisme merupakan salah satu “hal” yang ikut andil untuk kehidupan selanjutnya.
Ketika weton berbicara, bisa saja apa yang sudah diputuskan oleh orang tua khususnya sesepuh tetap ditentang. Keputusan mutlak tetap ada pada siapa saja yang akan menjalankan hajat. Sekedar memberi saran, untuk keluarga yang masih memegang “weton-wetonan“, mending mulai dari sekarang segera ditanya untuk weton masing-masing calonnya. Tidak ada hal yang sia-sia jika sudah kita kerjakan dengan ikhlas, tetapi semua itu hanya untuk mengantisipasi saja. :senyum:
Bagaimana dengan daerah teman-teman semua? Masihkah mempercayai weton?