Gelar Budaya Wisata Dawuhan
Gelar Budaya Wisata Dawuhan – Halo, Gaesss! Rasa-rasanya lama syekali aku tidak mengabarkan pariwisata di daerahku, Banjarnegara. Mungkin karena aku terlalu sering piknik ke luar daerah atau ikut famtrip, gitu. Jadi, jarang menuliskan pariwisata Banjarnegara. ~uhui…ini sombong banget~ 😆
Eeits…meski tidak mengabarkan lewat blog ini, bukan berarti aku tidak update pariwisata atau event-event di sini, lho. Sebenarnya aku selalu mengagendakan dan hadir pada acara-acara yang diselenggarakan oleh pengelola obyek wisata di sini, hanya saja aku tidak langsung menuliskannya. 😀 Saat event Gelar Budaya Wisata Dawuhan, misalnya. Sebuah event yang mengenalkan, dan mengangkat potensi desa ini digelar pada bulan Maret lalu.
Gelar Budaya Wisata Dawuhan merupakan event perdana yang diselenggarakan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tirta Panaraban, dan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kab. Banjarnegara. Event ini tidak masuk dalam kalender event Dinparbud setempat. Namun, dengan adanya dana aspirasi (bantuan dana dari komisi bla-bla bla untuk penyelenggaraan event pariwisata ini datang sebelum pemilu), Wisata Dawuhan masuk dalam daftar pariwisata yang masih membutuhkan dana aspirasi tersebut karena tergolong destinasi wisata yang masih dalam tahap rintisan.
Pada tahun 2017, aku bersama teman-teman Blogger Banyumasan pernah singgah di Desa ini untuk menjajal River Tubing di Sungai Panaraban dan mecicipi kuliner tradisional khas Dawuhan. Sayang sekali saat itu kami tidak dapat eksplorasi karena kami tidak menginap di sini. Jadi, aku tidak tahu potensi apa saja yang ada Desa Dawuhan.
Beruntungnya, aku dapat menghadiri Gelar Budaya Wisata Dawuhan, aku pun menjadi sedikit tahu potensi apa saja yang ada di desa Dawuhan. Sebelum ngomongib potensi desa, aku mau sharing gelar budayanya dulu, ya.
Gelar Budaya diikuti oleh masyarakat Dawuhan dari berbagai elemen yang jumlahnya lebih dari 1000 orang. Acara ini diawali dengan Kirab Budaya yang dimulai dari Balai Desa Dawuhan menuju obyek Wisata Dawuhan. Kirab yang diikuti oleh Perangkat Desa, Lembaga Desa, dan Masyarakat ini belum ada yang spesial. Hampir semua yang ikut kirab rata-rata berpakaian adat jawa biasa dan menurutku kurang adanya karakter budaya setempat. Namanya budaya, ya, tiap desa biasanya memiliki cerita atau sejarah yang dapat diangkat menjadi tema atau bahkan tokoh.
Berada pada barisan paling depan, terdapat dua gunungan yang dipikul oleh para pemuda berpakaian lengan pendek warna hitam. Kemudian diikuti barisan Perangkat Desa yang di belakangnya yaitu para penari Gambyong, penari Kuda Lumping, dan rombongan thek-thek. Lalu di barisan paling belakang yaitu para emak-emak menyunggi tenong yang berisi berbagai macam jajanan pasar berbahan dasar singkong yang merupakan produk unggulan Desa Dawuhan.
Grebek Gunungan Potensi Desa
Satu yang menyita perhatian dan unik yaitu gunungan yang berisi tempe. Kenapa ada gunungan tempe? Karena tempe menjadi salah satu produk unggulan Desa Dawuhan. Menurut Supriyanto, Ketua Panita Gelar Budaya produksi tempe mencapai 5000 buah tiap harinya. Meski hanya dua Dusun yang memproduksi tempe, Dusun Dawuhan I dan Dawuhan II, namun permintaan konsumen selalu terpenuhi.
Tempe yang diproduksinya pun tidak hanya tempe kedelai, ada tempe dages yang diproduksi secara unik yaitu menggunakan pelepah pisang dan juga bambu sepanjan 1.5 meter. Tempe dages juga ternyata banyak peminatnya di sana.
Camat Wanayasa, Yogo Pramono yang hadir dalam event tersebut memimpin acara grebeg gunungan. Dengan menghitung mundur dari angka lima hingga satu, grebeg Gunungan pun dimulai dan ramai sekali sampai tak bersisa.
Pasar Kuna (Pasar Tradisional)
Sementara masyarakat dan wisatawan sedang asyik berebut gunungan, para emak-emak yang menyunggi tenong sibuk menata tenong yang berisi dagangan. Ya, tenong yang di dalamnya berisi beragam olahan jajanan khas yang berbahan dasar singkong dijual di Pasar Kuna. Sebuah pasar bertema tradisional yang mengangkat produk unggulan ini langsung ramai diserbu para pembeli.
Jajanan tradisional non msg, pengawet, dan juga pewarna ini dijual dengan harga mulai dari Rp 500. Ada gethuk, combro, lapis, cenil, dan masih banyak jajanan lainnya. Wadah yang digunakan untuk membungkus jajan juga eco friendly yaitu menggunakan daun pisang.
Penampilan Kesenian Thek-thek
Gelar Budaya tidak hanya menyuguhkan produk unggulan atau potensi lokal, kesenian thek-thek juga turut meramaikan event yang digelar dari pagi hingga petang. Ketika alat musik thek-thek mulai dibunyikan, pengunjung terus bertambah dan Pasar Kuna pun makin ramai. Terlihat banyak transaksi di sana. Alhamdulillaah…
Obyek Wisata Dawuhan
Fakta paling mengagetkan yaitu ketika dalam sambutan Ketua Panitia, Pak Supriyanto mengatakan bahwa Desa Dawuhan merupakan desa termiskin di Kecamatan Wanayasa. Melihat suasana dan lingkungan desa yang nampaknya tumbuh subur, aku tidak percaya. Melalui event Gelar Budaya, Pak Supri mewakili seluruh masyarakat menyampaikan tekadnya untuk bangkit dari keterpurukan dan berharap pariwisata Dawuhan bisa maju sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Selain river tubing Sungai Panaraban, Pak Supri juga megenalkan obyek wisata baru berupa kolam renang alami non kaporit yang mana airnya bersumber dari belik atau air kali yang sangat jernih. Di sekitar kolam renang juga terdapat gazebo, area bermain, warung-warung yang dapat digunakan untuk ngopi-ngopi, tempat-tempat untuk swa foto dan tersedia juga lokasi khusus untuk outbound.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa Dawuhan, Sakim sangat mengapresiasi Geralan Budaya ini. Dia sangat senang dan optimis dengan pengembangan pariwisata Dawuhan khususnya potensi unggulan desa taitu trmpe dan gethuk. Potensi unggulan ini telah dibuat paket wisata minat khusus. Wisatawan yang memilih paket wisata ini nantinya akan menginap di rumah waga atau homestay dan dapat belajar bagaimana cara membuat gethuk dan juga tempe.
Pemerintah Desa bersama Pokdarwis telah serius membuat paket Wisata Dawuhan. Didukung dengan akses jalan menuju Desa Dawuhan yang sudah cukup bagus, rasanya sudah menambah nila jual wisata. Hanya saja, kendaraan yang menuju Wanayasa, khususnya Desa Dawuhan belum begitu banyak dan hanya ada pada jam tertentu saja.
Ada baiknya Wisata Dawuhan dibuat paketa wisata bekelanjutan dengan wisata yang satu arah dengan Kecamatan Wanayasa. Wisata Dieng, misalnya. Tersedia banyak transportasi menuju Dieng baik transportasi umum maupun rental mobil. Ketersediaan rental mobil lebih banyak, seperti halnya Wisata Jakarta dengan rental Jakarta yang saat ini makin mudah untuk menyewanya hanya dan bisa disewa via online.
Jasa transportasi khususnya sewa mobil dalam dunia pariwisata sangat penting. Apalagi untuk generasi millennials yang saat ini lebih memilih untuk serba praktis, tidak ribet saat hendak traveling. Persiapan mulai dari transportasi sampai dengan penginapan sebagian besar dipesan melalui online. Bukan begitu, gen Millennials? 😉