Memposting Kuliner Banjarnegara – Melakukan kegiatan sesuai hobi, tuh, asyik banget. Bebas, lepas, seperti tak kenal lelah untuk melakukannya. Berusaha untuk terus update ilmu baru dan melakukan hal-hal yang sekiranya dapat menambah skill. Pokoknya, apapun akan dilakukan supaya hobi terus berjalan. Yaaa…sekalipun harus “bakar uang”. Betul apa betul? 😀
So, what’s your hobby, Dah?
Jajan merupakan salah satu hobi saya. Makanya ngga usah heran kalau makin ke sini, body makin seksi karena betul-betul dirawat dengan suplemen yang cukup. 😀 Duhh…siapa coba yang ngga suka ngemil? Siapa yang ngga doyan minuman seger? Siapa yang ngga pingin nyobain kalau lihat ada jajanan baru dan kelihatan endeus marendeus? SIAPAH? 😆
Hobi jajan, terus punya gawai yang lumayan bisa dimaksimalkan, gatal tangan ini kalau ngga mendokumentasikannya. Bikin konten lah, entah cuma foto atau kalau rajin juga ditambah video. Etapi lebih gatal lagi, kalau hasil dokumentasinya cuma nongkrong di file tanpa diunggah di akun Instagram. Rasanya ngga greget kalau ngga pamer, kurang afdhol. 😀 #congkaaak!
Memposting Kuliner Banjarnegara di Instagram.
Generasi millenial yang masih belia dan produktif seperti saya ini pastilah akrab dengan platform digital marketing. Diantara sekian banyak platform tersebut, saya paling sering menggunakannya yaitu Instagram. Termasuk untuk membagikan hasil dokumentasi jajanan pun di Instagram. Yaa…gimana, karena sebagian besar teman-teman saya lebih banyak aktif di Instagram. Saya pun ikut lumayan aktif di sana berharap ada interaksi dan juga manfaat. Yaa…biar ngga mlongo banget lah. 😀
Geeengs, gue belum punya produk apapun untuk dipromosikan di Instagram. Kebetulan hanya hobi jajan saja. Nah, dari hasil pemburuan jajan, lanjut saya bagikan ke akun instagram khusus jajan yaitu @foodie.banjarnegara. Akun instagram ini saya buat khusus sebagai media promosi jajanan atau kuliner yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Akun ini saya buat pada bulan Juli 2019. Sudah cukup lama, namun aktifnya baru-baru ini. Makanya pengikutnya pun belum sampai 100. Hahaha. Tapi saya ngga berharap banyak perihal pengikut karena konten masih terbatas dan update juga masih jarang. Hanya saja, saya berharap semoga akun ini bermanfaat bagi para penikmat kuliner atau orang-orang yang sedang mencari rekomendasi kuliner Banjarnegara. Dan yang paling penting bermanfaat bagi mereka para pelaku usaha jajan, bisa menambah angka kunjungan pelanggan, gitu.
Btw nih, Foodie Banjarnegara ini bukan akun repost. Saya mencantumkan keterarang tersebut di bio. Kenapa? Tentu karena saya ngga bisa merekomendasikan makanan yang belum pernah saya rekomendasikan. Khawatirnya, sih, jajanan atau makanan yang saya repost ternyata ngga sesuai dengan ekspektasi. 😆 Pengecualian untuk masa-masa pandemi covid-19 seperti sekarang ini. Saya bersama teman-teman yang tergabung di Pendora lagi ada misi membantu para pedagang di Banjarnegara dengan cara memposting jajan yang mereka jual. Soalnya, banyak pedagang yang mengeluhkan hasil penjualannya.
Instagram sangat bermanfaat saat di rumah.
Dari tiga platform digital marketing yang sering saya gunakan (FB, Instagram, WhatsApp), Instagram ini paling membutuhkan jaringan yang kuat. Beruntung, jaringan 4G+ sampai di rumah saya. Setelah rutinitas rumah selesai, saya lebih sering buka aplikasi instagram baik untuk memposting konten-konten kuliner, maupun mencari ide-ide untuk kegiatan di rumah termasuk angle atau sudut pandang foto karena saya masih lemah banget untuk perihal memotret. 😆
4 Potensi Desa Wisata Gumelem, Susukan – Obrolan tentang potensi pariwisata dan ekonomi kreatif memang selalu menarik untuk diikuti. Apalagi buat yang hobi travelingnya tidak sekadar melampiaskan rasa ingin jalan dan jajan saja, tapi juga pemerhati pariwisata. Selain menikmati perjalanan dan juga destinasinya, biasanya mulut suka keceplosan entah itu memuji, mengkritik, atau menjulid obyek wisata yang telah dikunjungi. 😆 Enggak apa-apa keceplosan, kok, asal jangan sering-sering, ya. Khawatir jadi latah. 😛
Ngomongin pariwisata, belum lama ini Bupati Banjarnegara melakukan kegiatan kunjungan kerja ke beberapa destinasi pariwisata di Banjarnegara bersama rombongan dari Dinas Pariwisata setempat. Saya melihat sekilas kegiatannya melalui media online, agak kepo-kepo dikit, lah. 😆 Tempat wisata yang dikunjungi Bupati adalah wisata yang sedang ramai dan juga berpotensi. Ehem…kalau “orang nomor satu” di daerah sampai turun kaki, sudah dipastikan destinasi wisatanya menjadi sorotan. Dan betul banget, banyak pemberitaan beredar di media online yang mengulas hasil kunjungannya. Wadadidaw banget, ya. 😉
Potensi Desa Wisata Gumelem yang terletak di Kecamatan Susukan menjadi salah satu wisata yang disorot karena Bupati menilai bakal menjadi wisata andalan setelah pariwisata Dieng yang masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Membaca beberapa judul artikel yang sudah dipublikasi di beberapa media online, saya pun jadi tertarik untuk menuliskan tentang daya tarik wisata di Kabupaten Banjarnegara bagian barat. 😆
Saya sepakat dengan Pak Bupati kalau pariwisata Susukan, tuh, memang berpotensi untuk menjadi wisata andalan karena banyak sumber daya alam yang dapat menggugah jiwa piknik. Ada wisata religi, wisata alam, ekonomi kreatif, dan event-event yang sangat kental dengan adat budaya di Desa setempat. Bisa dibilang paket lengkap, sih. Apalagi kalau diselisik dari sejarahnya yang mana Gumelem pernah dipimpin oleh seorang Demang pada zaman Kerajaan Mataram. Buat yang suka wisata sejarah, asyik banget pastinya. 😉
Okai, guys! Berikut saya bagikan potensi Desa Wisata Gumelem yang bisa dijadikan referensi ketika kamu berkunjung ke Banyumas, Purbalingga, atau memang ada agenda wisata ke Banjarnegara.
1. Makam kuno Girilangan.
Pertama kali singgah ke makam kuno Girilangan, saya seperti berada di Permakaman Imogiri yang menjadi salah satu objek wisata di Bantul, Yogyakarta. Sekilas pemakaman kuno Girilangan memang mirip sekali dengan makam Imogiri. Nyaris sama jika dilihat dari arsitekturnya yang mana pemakaman tersebut dikelilingi oleh bata merah, bangunan kuno dan pintu dari kayu dengan ukiran atasnya yang khas.
Makam kuno ini merupakan makam Ki Ageng Giring, seorang ulama dan juga pembesar yang berasal dari keluarga kerajaan Mataram yang konon jasadnya hilang pada saat tanah yang digunakan untuk meletakkan keranda jenazahnya itu ambles di sebuah bukit yang pada akhirnya dinamakan Bukit Girilangan.
Medan atau akses jalan menuju makam Ki Ageng Giring masih berupa bebatuan. Namanya di bukit, sudah pasti jalan menanjak dan sesekali ada kelokan. Perihal akses jalan, katanya Bupati akan membantu memperbaiki jalan menuju obyek wisata ini dan obyek wisata lain yang ada di Susukan. Semoga segera realisasi, ya.
2. Batik Tulis Gumelem.
Saya menjadi salah satu dari sekian banyak masyarakat Banjarnegara yang ikut bangga karena Banjarnegara punya sentra batik tulis. Bagaimana tidak, batik Gumelem ini sudah sangat terkenal meski saat ini sudah mulai redup di pasaran. Selain minat masyarakat untuk membeli batik tulis cenderung turun, ternyata para pengrajin batik di Desa Gumelem mengeluh makin susah untuk memasarkan batiknya.
Batik Gumelem sudah ada sejak berdirinya Kademangan Gumelem. Pada saat itu, ada tukang batik yang bertugas membuat kain batik bagi keperluan busana keluarga, kerabat dan sentana dalem Kademangan. Motif batik tulis Gumelem terbagi menjadi dua corak, yaitu Klasik dan Kontemporer.
Ciri khas motif klasik pada batik Gumelem terletak pada corak warna coklat tanah dan hitam yang terkesan berwibawa, seperti motif Kawung, Udan Liris, dan batik khas kraton seperti Sidomukti dan Sidoluhur. Sementara untuk corak kontemporer, para pengrajin batik memilih potensi atau kekhasan Banjarnegara sebagai motifnya, seperti motif dawet ayu, candi, sungai serayu dan masih banyak inspirasi lainnya yang kemudian diangkat menjadi motif batik.
Buat yang suka membatik, beberapa sentra batik di Gumelem menyediakan waktu untuk belajar membatik. Jangan heran jika menemukan pembatik yang sudah lanjut usia, ya.
3. Pemandian Air Panas.
Sebagai salah satu potensi wisata alam, Gumelem mempunyai pemandian air panas dengan nama Dapit atau Daya Pikat Pingit. Air ini bersumber dari mata air alami dari perbukitan Kendeng. Awalnya, air panas ini hanya dimanfaatkan oleh warga setempat untuk menyembuhkan penyakit kulit seperti gatal-gatal karena diyakini ada kandungan belerang. Namun, karena dilihat seperti ada peluang untuk dijadikan obyek wisata, akhirnya pihak desa pun pelan-pelan menata pemandian air panas ini menjadi destinasi wisata.
Tempat wisata yang tidak begitu luas ini cukup banyak didatangi wisatawan. Akses jalan utama menuju pemandian air panas ini tergolong mudah karena sudah beraspal halus. Satu yang menjadi perhatian yaitu setibanya di lokasi wisatawan harus bersabar dan jalan pelan karena aksesnya belum begitu bagus, berupa jalan berundak dengan sebelah kanan atau kiri terdapat pegangan yang berbahan dari bambu tua.
Adanya Desa Wisata di tiap daerah diharapkan mampu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat salah satunya dengan adanya Usaha Kecil Menengah (UKM) atau Ekonomi Kreatif. Begitu juga yang terjadi di Desa Gumelem dengan sentra Gula Merah yang menjadi produk unggulan Kabupaten Banjarnegara. Yups, Desa Gumelem menjadi desa penghasil gula merah tertinggi di Banjarnegara.
Tidak sedikit masyarakat memilih untuk bertani dengan membuat gula merah. Tidak hanya itu, di sini pun terdapat koperasi khusus untuk mewadahi hasil pertanian gula merah. Kalau seperti ini, gula merah bisa menjadi potensi bisnis yang menguntungkan dan bisa diangkat menjadi komoditas.
Selain potensi pariwisata di atas, Desa Gumelem juga rutin menggelar event tahunan yaitu Gumelem Batik Carnival dan ritual adat Sadran Gede yang merupakan pelestarian kegiatan dari zaman Kademangan. Ritual nyadran ini dilakukan seminggu menjelang bulan suci Ramadan. Saya pernah mengikuti acara nyadran gede tahun beberapa tahun lalu. Keramahan dan kekompakan warga begitu terasa. Apalagi saat menyaksikan Ibu-ibu menyunggi tenong dari kompleks pemakaman Ki Ageng Gumelem menuju bukit Girilangan, ikut bahagia melihat semangatnya yang luar biasa.
Ceritanya, dulu Ki Ageng Gumelem mengajak warganya berkumpul untuk kemudian berziarah ke makam leluhur. Kegiatan ini menjadi tradisi menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Ritual Nyadran Gede diawali dengan kirab dari Balai Desa Gumelem menuju makam Girilangan. Kirab ini diikuti oleh para sesepuh pria yang mengenakan baju adat Jawa lengkap dengan senjata tombak. Sementara para Ibu-ibu menyunggi tenong yang berisi makanan untuk nantinya dikepung bersama-sama di makam Ki Ageng Gumelem dan Ki Ageng Giring. Menarik, bukan?
Jangan Lupa Siapkan Paket Data untuk Eksplorasi, ya!
Naah! Tidak kalah penting ketika hendak eksplorasi pariwisata yaitu melakukan pengecekan ketersediaan jaringan internet baik untuk sekadar mencari titik lokasi tepat untuk destinasi wisatanya maupun bekal sharing ke media online. Untuk kebutuhan paket data internet, saya punya informasi baru bahwa Smartfren belum lama ini meluncurkan produk baru yaitu kartu perdana Gokil Max.
Kartu Perdana Gokil Max adalah kartu perdana prabayar yang menawarkan Kuota TerGOKIL yang bisa dipakai di kota kamu. Pada Kartu Perdana Gokil Max terdapat Kuota Lokal yang mana hanya bisa digunakan di lokasi sesuai dengan area atau kota yang sudah ditentukan. Kemudian, ketika hendak pergi ke luar kota, maka Kuota Lokal tidak bisa dipakai lagi. Nah, berikut detail paket Kartu Perdana Gokil Max:
Rp30.000 mendapatkan total kuota 39 GB (Kuota Nasional 3 GB, Kuota Lokal 6 GB, Extra Kuota (01.00-05.00) 30 GB, dan masa berlaku 30 hari);
Rp50.000 mendapatkan total kuota 71 GB (Kuota Nasional 7 GB, Kuota Lokal 14 GB, Extra Kuota 50 GB (01.00-05.00) dan masa berlaku 30 hari);
Rp70.000 mendapatkan total kuota 106 GB (Kuota Nasional 12 GB, Kuota Lokal 24 GB, Extra Kuota 70 GB (01.00-05.00), dan masa berlaku 30 hari).
FYI, di Jawa Tengah kartu perdana Smartfren GOKIL MAX baru bisa dinikmati di 15 kota bagian utara alias pantura, yaitu Batang, Brebes, Kota Pekalongan, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Kota Tegal, Jepara, Kudus, Pati, Rembang, Kendal, Kota Semarang, Semarang, dan Kota Salatiga. Untuk informasi detailwww.smartfren.com/explore/product/gokil-max, ya!
Suasana Ramadan Saat Covid-19– Minggu lalu, tepatnya setelah USG, saya dan suami berniat untuk buka puasa di luar. Yaaa…mumpung sudah di kota, ya. Sesekali dalam ramadan ngga masalah. Haaah…sesekali? Iya, tahu sendiri masyarakat Indonesia saat ini diminta untuk prihatin atas adanya wabah virus corona yang sampai saat ini belum juga reda.
Ramadan tahun sebelumnya, paling tidak seminggu sekali pasti kami buka bersama di luar. Belum lagi ditambah ajakan dan undangan buka bersama dari teman dan kerabat, nambah tuh jatah buka bersama di luar. Lha sekarang? Boro-boro seminggu sekali, ya, kemarin saja masuk rumah makan agak was was, gitu. Mau balik rumah, tapi sudah keburu bedug dan lapar. 😀
Suasana ramadan di area kota saat bedug puasa ternyata tidak seramai dulu. Saya tidak melihat orang-orang pada ngabuburit di sekitaran kota. Paling terlihat beberapa para pesepeda yang sedang istirahat di area alun-alun. Selebihnya, para pedagang sayur dan jajajan, gitu.
Suasana Ramadan di Masa Covid-19.
Masyarakat yang keluar rumah untuk membeli jajan tetap ada. Namun, untuk berbuka di luar rumah, saya lihat tidak banyak. Di warung makan tempat kami berbuka saja, hanya ada tiga keluarga. Sampai kami pulang, tidak bertambah lagi pembelinya.
Antara kasihan dan alhamdulillaah. Yups, kasihan karena warung sudah menyediakan banyak menu, tapi sepi pembeli. Mereka mungkin dilema juga. Jika warung tutup, maka tidak ada pemasukan. Warung tetap buka, yang terjual tidak banyak. Apa iya, mereka tetap bisa bertahan membuka warung sementara penghasilan mungkin pas-pasan atau bahkan tekor? 🙁 Namun di sisi lain, saya senang. Alhamdulillaah. Artinya, masyarakat taat pada peraturan dan himbauan pemerintah.
Ini baru suasana di kota dan buka bersama di luar yang sebenarnya menjadi tradisi atau ajang silaturahim bersama teman-teman. Anak rantau khususnya, ya. Mereka pada mudik kampung pasti ingin bertemu dengan teman lama.
Suasana Ibadah di Tengah Pandemi Covid-19.
Himbauan dari pemerintah umtuk berkegiatan di rumah, tuh, di dalamnya termasuk beribadah di rumah. Kita semua tahu, banyak kegiatan atau amalan ramadan yang diselenggarakan di masjid. Masyarakat berbondong-bondong untuk beribadah bersama-sama mulai dari sholat berjama’ah, taraweh, tadarus, pengajian rutin, dll. Tidak sedikit orang muslim yang menunggu-nunggu kegiatan ini. Hampir semua umat muslim menantinya. Secara, kegiatan tersebut hanya diselenggarakan pada bulan ramadan. Rasanya kangen menjalankan tadarus al-qur’an di masjid.
Puncak bulan ramadan tepatnya satu syawal juga sangat ditunggu-tunggu umat muslim. Bahkan paling ditunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan momen lebaran idulfitri.
Sebelum lebaran tiba, biasanya diselenggarakan takbir keliling pada malam harinya. Di desa saya, anak-anak dan para remaja sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Siang hari sebelum dilaksanakan takbir keliling, mereka sibuk mencari pohon bambu yang berukuran kecil untuk dijadikan obor.
Betapa persiapan takbir keliling ini menjadi salah satu momen yang menggembirakan bagi anak-anak. Sayangnya pada ramadan tahun ini, kegiatan takbir keliling ditiadakan. Pemerintah kembali menghimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan kegiatan yang sifatnya mendatangkan kerumunan. Takbir keliling, sholat idulfitri, silaturahim atau salam-salaman, semua kegiatan pada idulfitri terpaksa ditiadakan guna mencegah penyebaran virus corona.
Meski sudah ada himbauan, ada saja masyarakat yang tetap menjalankan kegiatan idulfitri. Namanya warga +62, ya. 😀 Buat kalian yang masih ngotot buat mengadakan takbir keliling, sholat idulfitri berjamaah, atau silaturahim, semoga tetap mematuhi protokol kesehatan covid-19, ya.
Suasana ramadan tahun ini boleh berbeda, tapi semangat untuk beribadah jangan sampai kendor, ya. 🙂
Kopi Sabin Coffee & Eatery – Kelas Blogging yang diadakan oleh teman-teman GenMile Banjarnegara mengantarkan saya ke salah satu tempat nongkrong yang cukup familiar di Banjarnegara yaitu Kopi Sabin. Adakah di antara kalian yang pernah singgah di sini? 😉
Sebuah Kafe yang berlokasi tak jauh dari tengah kota memang hit banget di Banjarnegara. Tempat nongkrong para kawula muda, gituuu. Apalagi sekarang tempatnya lebih nyaman, adem, lengkap dengan pemandangan sawah yang menjadi ciri khas Kafe tersebut. Makin betah berlama-lama di sana. Namun faktanya, saya baru singgah dua kali ke Kopi Sabin Coffee & Eatery. Harap dimaklumi, working mom makin jarang nongki-nongki, nih. 😆
FYI, Kota tempat saya tinggal, tuh, bukan kota besar yang punya banyak pilihan tempat nongkrong apalagi kafe berkelas. Saya juga kadang bingung merekomendasikan atau memilih kafe, baik untuk nongkrong bareng kawan atau sekadar meet up bersama teman-teman dari luar kota yang kebetulan singgah di Banjarnegara. Namanya juga menjamu, pasti ingin memberikan yang terbaik, kan. 😉
Pertama kali mengunjungi Kopi Sabin, tuh, saat menghadiri acara “ngopi bareng netizen Banjarnegara”. Acara yang diselenggarakan oleh salah satu instansi pemerintahan di Kabupaten Banjarnegara ini tidak begitu formal namun saya kurang menikmati suasana kafe karena terlalu fokus ngobrol, gitu.
Berbeda dengan sebelumnya, pada kunjungan kedua ini saya bersama teman-teman diberi kesempatan untuk ngobrol dengan salah satu pemilik Kopi Sabin yaitu Mbak Ristia. Kenapa bisa ada sesi ngobrol bareng? Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, karena saya mengikuti Kelas Blogging Banjarnegara yang mana pesertanya adalah para Blogger. Tahu sendiri, dong, Blogger datang ke suatu tempat pasti butuh story buat konten. Makanya, kesempatan yang baik ini tidak kami sia-siakan. Pun dengan pihak Kopi Sabin, mereka berbagi cerita mulai dari perjuangan merintis usaha sampai dengan perkembangan usahanya yang mana sekarang sudah mendapat investor. Keprokiin, dong!
Sedikit Tahu Tentang Kopi Sabin Coffee & Eatery
Jarang singgah ke Kopi Sabin bukan berarti saya tidak update tempat nongkrong yang satu ini, lho. Saya masih ingat, dulu pernah mengikuti kegiatan meet up bareng teman-teman Blogger Banjarnegara pada tahun 2017 yang bertempat di Culinary Iwak. Sebuah warung makan yang menyajikan beragam olahan menu ikan ini berlokasi di eks. Pasar Ikan Gemuruh atau seberang pintu masuk perumahan Gemuruh Griya Indah. Nah, di tempat ini lah pertama kali saya mengenal Kopi Sabin. Ya, Kopi Sabin menyatu dengan Culinary Iwak yang mana dalam menjalankan bisnisnya mereka menggunakan gerobak semacam angkringan, gitu.
Lewat pemiliknya yaitu Mas Danu, saya tahu keberadaan Kopi Sabin dan mulai mengenal tentang kopi Banjarnegara karena saat itu beliau memberikan materi tentang perkopian. Di sini suasananya segar karena belakang warung adalah hamparan persawahan. Muncul ide nama Kopi Sabin pun karena terinspirasi dari area persawahan ini. Sabin yang dalam bahasa jawa yang berarti Sawah.
Tempat nongkrong yang diprakarsai oleh tiga orang yaitu Mas Danu, Mbak Ristia dan Mbak Herlina ini, terus berkembang, mengenalkan brand Kopi Sabin dan produk-produk kopi Banjarnegara melalui event-event. Merasa perlu ada perluasan dan memberi kenyamanan kepada pengunjung, pada tahun 2018 Kopi Sabin membuka cabang di Pucang di mana lokasinya tidak jauh dari perempatan Pucang. Di lokasi yang satu ini, saya merasa ruh dari Kopi Sabin hilang, terasa seperti tempat nongkrong pada umumnya karena tidak ada lagi hamparan persawahan yang dapat dinikmati sambil menyeruput segelas kopi dan ngobrol-ngobrol. Ibarat adonan roti, tuh, hasilnya kurang mengembang. 😀
Nah, kabar baiknya, nih, pada tahun 2019, Kopi Sabin pindah lokasi dari Pucang ke Kutabanjarnegara. Pindahnya Kopi Sabin kali ini dibarengi dengan adanya tawaran dari seorang investor untuk menjadikan Kopi Sabin makin besar. Di tempat yang bisa dibilang baru ini, Kopi Sabin kembali menawarkan pemandangan hamparan persawahan lagi, gaesss. Asique dan menarique! Apalagi lokasinya makin dekat dengan kota, kira-kira 500 meter dari jalan raya utama, dan didukung dengan tempat yang makin nyaman. Kalau kalian mau ke sini, ancer-ancernya yaitu gang masuk Klinik Hasta Bakti. Masuk lurus mengikuti jalan sampai mentok, lalu belok kiri. Kopi Sabin berada di sebelah kiri jalan gang. 😆
Konsep Kafe yang Unik. Desain Atapnya, lho!
Kafe yang menawarkan beragam menu kopi ini berdiri di atas bangunan yang unik dari sisi desain atap bangunan. Kenapa saya bilang unik? Tentu karena jarang dijumpai di tempat lain. Desain dengan atap bangunan miring, Kopi Sabin memanfaatkan rooftop untuk para pengunjung pada sisi kanan atas. Di bagian ini terdapat sampai 3 meja yang dapat digunakan pengunjung dengan posisi duduk lesehan.
Bangunan utama bisa dibilang minimalis dengan dinding batu bata merah yang tertata rapih, namun kafe ini tetap menciptakan suasana khasnya Kopi Sabin yang nyaman dan selalu bikin adem alami. Kemudian pada bagian bawah, terdapat empat tempat untuk bersantai para pengunjung. Pertama yaitu bagian dalam gedung yang tentunya area no smooking, kedua yaitu samping kiri gedung yang semilir anginnya bikin betah ngobrol, ketiga yaitu samping kanan gedung semacam joglo, dan yang terakhir yaitu depan gedung persis yang mana tempat ini biasanya baru terisi pada sore hari dan terang. Maklum, ini area luar tanpa atap dan kalau siang hari hot banget. 😀
Halam depan….
Bagian dalam Kafe…
Bagian samping…
Satu yang menurut saya kurang match dalam konsep kafe ini yaitu adanya joglo di sebelah kanan kafe. Saya yakin owner pasti punya alasan kenapa ada bangunan tersebut. Hanya saja dengan melihat desain gedung utama, tuh, nampak ada dua konsep, gitu. Minimalis dan kekunoan (njawa), gitu. Sekilas kalau dilihat jadi membuyarkan konsep minimalis pada konsep kafe ini. Menurut saya, joglo tersebut mending dibuat gazebo dengan konsep yang hampir sama dengan gedung utama. Mungkin tambah oke. 😉
Menu Apa Saja yang Bisa di Pesan Kopi Sabin?
Fokus mengangkat kopi lokal, di sini kalian dapat memesan beragam menu kopi sebagai menu utama. Kopi lokal dari Kalibening yang pernah menjadi juara juga ada di sini. Nah, untuk menu andalan di sini yang tidak dapat kalian nikmati di kafe atau tempat ngopi lain yaitu Kopi Pak Tani. Penasaran dengan cita rasa menu andalannya? Datang lah ke Kopi Sabin! 😀
Salah satu menu makanan…
Selain mempromosikan kopi lokal atau kopi khas Banjarnegara, Kopi Sabin punya produk kopi kemasan dengan merek Bimalukar Coffee. Kalau kalian ingin mencobanya, bisa dibeli di online shop. Cari saja dengan kata kunci merek tersebut. Pasti nemuu! Kalau tidak ketemu, bisa hubungi saya, ya. Hahaha.
Sebagai pilihan menu dan juga teman duduk, Kopi Sabin menawarkan Ayam Geprek, Rice Bowl, Mie, dan aneka menu makanan lainnya. Tak lupa untuk camilannya, Kopi Sabin juga menyediakan camilan khas Banyumasan yaitu mendoan. Ada juga pisang goreng dan aneka camilan lainnya buat nemenin kalian ngobrol. Dan untuk harga, kalian jangan khawatir karena harga segala menu kopi dan makanan di sini ramah kantong. 😉
Fasilitas Apa saja yang disediakan?
“Gue bakal ke sini lagi, soalnya kafe ini …..?“
Selalu ada alasan buat para pengunjung untuk kembali. Salah satunya yaitu dengan adanya fasilitas umum bagi para pengunjung. Tidak hanya sekali atau dua kali mampir, tapi menjadi langganan karena selain nyaman, fasilitas umum mendukung.
Kopi Sabin memiliki halaman parkir yang cukup luas. Tempat parkir pada bagian depan kafe bisa untuk parkir mobil kira-kira sampai 10 mobil. Sementara untuk parkir sepeda motor yang berada di samping kanan bisa untuk parkir sampai 50 motor. Pengunjung tidak akan bingung atau merasa ribet untuk masalah parkir, meski belum ada juru parkir khusus, pihak Kopi Sabin sudah memberi sign board. Jadi tidak perlu khawatir bakal salah tempat parkir. 😉 Hanya saja untuk lantai tempat parkir masih berupa tanah, jadi kalau misal hujan bakal becek, nih. Dan kalau pas musim kemarau, debunya hebat bangett sampai nempel di jok motor. 😀 Mungkin ke depannya dapat dicor semen supaya makin nyaman.
Selanjutnya, fasilitas umum yang biasanya urgent yaitu toilet. Kopi Sabin menyediakan toilet untuk pengunjung sebanyak dua toilet yang berada di samping kanan Kafe, bersebelahan dengan area parkir sepeda motor. Dan buat kalian yang betah banget nongkrong di sini dari Dzuhur sampai Ashar, tidak perlu khawatir tentang ketersediaan Mushola. Meski Kopi Sabin tidak memberikan fasilitas Mushola, namun kurang lebih 5 meter dari Kafe terdapat Masjid milik warga yang bisa kalian manfaatkan untuk ibadah. So, no problem!
Emmmhhh…pingin fasilitas apalagi, nih? Delivery order? Adaaaa, langsung cuss ke nomor +6281215033834. WiFi? Adaaaa juga dan lumayan lancar untuk sekadar chatingan. 😉
Jadi, kapan kalian ke Kopi Sabin? 😉
Kopi Sabin Coffee & Eatery
Jam Buka:
Setiap hari pukul 10:00 – 22:30 WIB
Khusus Jumat pukul 15:00 – 22:30 WIB
DO (Delivery Order)
DO time slot 11:00 – 20:00 WIB
Alamat:
Jl. Mayjend. Panjaitan No.117, Kutabanjarnegara, Banjarnegara.
Gelar Budaya Wisata Dawuhan – Halo, Gaesss! Rasa-rasanya lama syekali aku tidak mengabarkan pariwisata di daerahku, Banjarnegara. Mungkin karena aku terlalu sering piknik ke luar daerah atau ikut famtrip, gitu. Jadi, jarang menuliskan pariwisata Banjarnegara. ~uhui…ini sombong banget~ 😆
Eeits…meski tidak mengabarkan lewat blog ini, bukan berarti aku tidak update pariwisata atau event-event di sini, lho. Sebenarnya aku selalu mengagendakan dan hadir pada acara-acara yang diselenggarakan oleh pengelola obyek wisata di sini, hanya saja aku tidak langsung menuliskannya. 😀 Saat event Gelar Budaya Wisata Dawuhan, misalnya. Sebuah event yang mengenalkan, dan mengangkat potensi desa ini digelar pada bulan Maret lalu.
Gelar Budaya Wisata Dawuhan merupakan event perdana yang diselenggarakan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tirta Panaraban, dan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kab. Banjarnegara. Event ini tidak masuk dalam kalender event Dinparbud setempat. Namun, dengan adanya dana aspirasi (bantuan dana dari komisi bla-bla bla untuk penyelenggaraan event pariwisata ini datang sebelum pemilu), Wisata Dawuhan masuk dalam daftar pariwisata yang masih membutuhkan dana aspirasi tersebut karena tergolong destinasi wisata yang masih dalam tahap rintisan.
Pada tahun 2017, aku bersama teman-teman Blogger Banyumasan pernah singgah di Desa ini untuk menjajal River Tubing di Sungai Panaraban dan mecicipi kuliner tradisional khas Dawuhan. Sayang sekali saat itu kami tidak dapat eksplorasi karena kami tidak menginap di sini. Jadi, aku tidak tahu potensi apa saja yang ada Desa Dawuhan.
Beruntungnya, aku dapat menghadiri Gelar Budaya Wisata Dawuhan, aku pun menjadi sedikit tahu potensi apa saja yang ada di desa Dawuhan. Sebelum ngomongib potensi desa, aku mau sharing gelar budayanya dulu, ya.
Gelar Budaya diikuti oleh masyarakat Dawuhan dari berbagai elemen yang jumlahnya lebih dari 1000 orang. Acara ini diawali dengan Kirab Budaya yang dimulai dari Balai Desa Dawuhan menuju obyek Wisata Dawuhan. Kirab yang diikuti oleh Perangkat Desa, Lembaga Desa, dan Masyarakat ini belum ada yang spesial. Hampir semua yang ikut kirab rata-rata berpakaian adat jawa biasa dan menurutku kurang adanya karakter budaya setempat. Namanya budaya, ya, tiap desa biasanya memiliki cerita atau sejarah yang dapat diangkat menjadi tema atau bahkan tokoh.
Berada pada barisan paling depan, terdapat dua gunungan yang dipikul oleh para pemuda berpakaian lengan pendek warna hitam. Kemudian diikuti barisan Perangkat Desa yang di belakangnya yaitu para penari Gambyong, penari Kuda Lumping, dan rombongan thek-thek. Lalu di barisan paling belakang yaitu para emak-emak menyunggi tenong yang berisi berbagai macam jajanan pasar berbahan dasar singkong yang merupakan produk unggulan Desa Dawuhan.
Grebek Gunungan Potensi Desa
Satu yang menyita perhatian dan unik yaitu gunungan yang berisi tempe. Kenapa ada gunungan tempe? Karena tempe menjadi salah satu produk unggulan Desa Dawuhan. Menurut Supriyanto, Ketua Panita Gelar Budaya produksi tempe mencapai 5000 buah tiap harinya. Meski hanya dua Dusun yang memproduksi tempe, Dusun Dawuhan I dan Dawuhan II, namun permintaan konsumen selalu terpenuhi.
Tempe yang diproduksinya pun tidak hanya tempe kedelai, ada tempe dages yang diproduksi secara unik yaitu menggunakan pelepah pisang dan juga bambu sepanjan 1.5 meter. Tempe dages juga ternyata banyak peminatnya di sana.
Camat Wanayasa, Yogo Pramono yang hadir dalam event tersebut memimpin acara grebeg gunungan. Dengan menghitung mundur dari angka lima hingga satu, grebeg Gunungan pun dimulai dan ramai sekali sampai tak bersisa.
Pasar Kuna (Pasar Tradisional)
Sementara masyarakat dan wisatawan sedang asyik berebut gunungan, para emak-emak yang menyunggi tenong sibuk menata tenong yang berisi dagangan. Ya, tenong yang di dalamnya berisi beragam olahan jajanan khas yang berbahan dasar singkong dijual di Pasar Kuna. Sebuah pasar bertema tradisional yang mengangkat produk unggulan ini langsung ramai diserbu para pembeli.
Jajanan tradisional non msg, pengawet, dan juga pewarna ini dijual dengan harga mulai dari Rp 500. Ada gethuk, combro, lapis, cenil, dan masih banyak jajanan lainnya. Wadah yang digunakan untuk membungkus jajan juga eco friendly yaitu menggunakan daun pisang.
Penampilan Kesenian Thek-thek
Gelar Budaya tidak hanya menyuguhkan produk unggulan atau potensi lokal, kesenian thek-thek juga turut meramaikan event yang digelar dari pagi hingga petang. Ketika alat musik thek-thek mulai dibunyikan, pengunjung terus bertambah dan Pasar Kuna pun makin ramai. Terlihat banyak transaksi di sana. Alhamdulillaah…
Obyek Wisata Dawuhan
Fakta paling mengagetkan yaitu ketika dalam sambutan Ketua Panitia, Pak Supriyanto mengatakan bahwa Desa Dawuhan merupakan desa termiskin di Kecamatan Wanayasa. Melihat suasana dan lingkungan desa yang nampaknya tumbuh subur, aku tidak percaya. Melalui event Gelar Budaya, Pak Supri mewakili seluruh masyarakat menyampaikan tekadnya untuk bangkit dari keterpurukan dan berharap pariwisata Dawuhan bisa maju sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Selain river tubing Sungai Panaraban, Pak Supri juga megenalkan obyek wisata baru berupa kolam renang alami non kaporit yang mana airnya bersumber dari belik atau air kali yang sangat jernih. Di sekitar kolam renang juga terdapat gazebo, area bermain, warung-warung yang dapat digunakan untuk ngopi-ngopi, tempat-tempat untuk swa foto dan tersedia juga lokasi khusus untuk outbound.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Desa Dawuhan, Sakim sangat mengapresiasi Geralan Budaya ini. Dia sangat senang dan optimis dengan pengembangan pariwisata Dawuhan khususnya potensi unggulan desa taitu trmpe dan gethuk. Potensi unggulan ini telah dibuat paket wisata minat khusus. Wisatawan yang memilih paket wisata ini nantinya akan menginap di rumah waga atau homestay dan dapat belajar bagaimana cara membuat gethuk dan juga tempe.
Pemerintah Desa bersama Pokdarwis telah serius membuat paket Wisata Dawuhan. Didukung dengan akses jalan menuju Desa Dawuhan yang sudah cukup bagus, rasanya sudah menambah nila jual wisata. Hanya saja, kendaraan yang menuju Wanayasa, khususnya Desa Dawuhan belum begitu banyak dan hanya ada pada jam tertentu saja.
Ada baiknya Wisata Dawuhan dibuat paketa wisata bekelanjutan dengan wisata yang satu arah dengan Kecamatan Wanayasa. Wisata Dieng, misalnya. Tersedia banyak transportasi menuju Dieng baik transportasi umum maupun rental mobil. Ketersediaan rental mobil lebih banyak, seperti halnya Wisata Jakarta dengan rental Jakarta yang saat ini makin mudah untuk menyewanya hanya dan bisa disewa via online.
Jasa transportasi khususnya sewa mobil dalam dunia pariwisata sangat penting. Apalagi untuk generasi millennials yang saat ini lebih memilih untuk serba praktis, tidak ribet saat hendak traveling. Persiapan mulai dari transportasi sampai dengan penginapan sebagian besar dipesan melalui online. Bukan begitu, gen Millennials? 😉
Pertengahan bulan Januari 2019, bersama Icus dan Adib, aku ikut mendaftar menjadi calon Relawan Demokrasi (Relasi) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Banjarnegara. Pendaftaran ini dibuka oleh KPU Kabupaten Banjarnegara dalam rangka untuk meningkatkan partisipasi pemilih Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2019 yang akan digelar pada 17 April 2019 mendatang.
Keputusan yang aku ambil ini agakanya melenceng dari separuh jiwa karena dari dulu aku sama sekali tidak tertarik dengan dunia politik. Malah bisa dibilang anti politik. Maklumin ANAK MUDA yang satu ini, ya. 😆
Anti terhadap apapun yang berbau politik seperti sudah mendarah daging. Apalagi sebelumnya aku sudah aktif di dunia pariwisata dan juga menjadi relawan pariwisata. Ditambah lagi akhir tahun lalu, aku kembali memutuskan untuk menjadi bagian dari Netizen MPR RI yang mana aktif di media sosial untuk turut menyosialisasikan empat pilar MPR RI, generasi anti hoax dan lebih bijak dalam bermedia sosial.
Nah, sebelum diterkam banyak massa, aku perlu banget memberitahukan perihal Relasi supaya teman-teman yang follow akun sosial media punyaku tidak berpikiran macam-macam. 😆
Jadi gini, yang perlu dipahami yaitu Relasi ini tidak ikut berpolitik dan tidak ikut tergabung menjadi tim sukses salah satu pasangan calon. Maksudnya, siapapun yang tergabung dalam Relasi bersifat netral dan sekai lagi bukan bagian dari tim sukses. Ini musti diingat, ya. Please! Dan Relasi ini adalah produk dari KPU yang tersebar di tiap Kabupaten atau Kota dan bertugas untuk memberi pendidikan tentang pemilu.
Bersenang semangat menjadi Relasi…
Tujuan dibentuknya Relasi yaitu untuk membantu KPU menyosialisasikan penyelenggaraan pemilu atau apapun yang terkait dengan pelaksanaan pemilu 2019, seperti tata kelola, tahapan, dll dll. Nah, supaya lebih fokus dan tepat sasaran, Relasi ini dibagi menjadi 11 basis yaitu basis keluarga, pemilih pemula, pemilih muda, perempuan, penyandang disabilitas, berkebutuhan khusus, kaum marjinal, komunitas, keagamaan, warga internet atau netizen, dan satunya aku belum hafal. 😀
Sebelum 11 basis terjun ke lapangan untuk melakukan sosialisasi, anggota relasi yang berjumlah 55 terlebih dahulu dilantik dan kemudian diberi surat tugas untuk melaksanakan sosialisasi. Para relasi juga mengikuti Bimbingan Teknis sebagai bekal awal sebelum melakukan pemetaan untuk menentukan sasaran sosialisasi. Setelahnya, aku yang memilih dan masuk sebagai Relasi Basis Warganet mulai bingung harus mulai dari mana untuk bersosialisai tentang pemilu. Hahaha.
Kenapa bingung? Tahu sendiri, kan, Warganet atau Netizen kan pergerakannya lebih ke digital. Melakukan sosialisasi melalui Internet dan 95% memanfaatkan sosial media sebagai wadah untuk media sosialiasi. Artinya, harus lebih aktif membuat konten yang menarik tentang pemilu. Ini PR banget. Selain itu, yang masih menjadi PR terberat buatku yaitu mengubah mindset followers tentang Relasi adalah bukan bagian dari tim sukses. Hahaha. Ini penting banget!
Eh, ini kok tumben banget aku mau masuk ke ranah politik, ya.
Yuhuuii…! Tentu aku punya alasan, dong. Prinsip, tuh, pelan-pelan bisa luluh untuk sebuah kegiatan yang positif. Ternyata angka partisipan pemilu di Indonesia, khususnya di Banjarnegara, kurang. Merujuk pemilu tahun 2014, angka partisipan pemilu di Kabupaten Banjarnegara beberapa sudah memenuhi tarjet dan beberapa masih perlu diperhatikan. Sementara tarjet yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 menetapkan angka partisipan pemilih yaitu 77.5%. Di Kabupaten Banjarnegara sendiri, tingkat partisipasi pemilih untuk gender laki-laki ternyata lebih rendah ketimbang perempuan. Apa alasannya coba, ada yang tahu?
Dari pemahaman dan informasi tersebut aku tergugah untuk ikut menjadi Relasi. Apalagi kalau tahu bahwa untuk menyelenggarakan Pemilu, pemerintah mengeluarkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit. Huft. Makanya, aku memutuskan untuk ikut menjadi Relasi KPU Kabupaten Banjarnegara untuk turut mensukseskan pemilu serentak tahun 2019.
Alasan lain kenapa aku berminat menjadi bagian dari Relasi yaitu karena program sosialisasinya jelas dan sudah tertata. Karena sudah dibekali materi dari KPU setempat, Relasi pun tinggal meneruskan materi kepada siapapun yang sudah menjadi sasaran. Dan aku sendiri tinggal memanfaatkan akun sosial media yang aku punya untuk sosialisasi. Ini sangat mudah, bukan?
Mudah namun bagiku menjadi sedikit problem, karena aku masuk dalam basis warganet yang mana anggotanya kurang greget membuat materi konten untuk diunggah di internet. Ini derita gue ya. Hahaha. Bersama empat teman lainnya, ada Icus, Resti, Ibra dan Mas Uje, kami berusaha menjalankan sosialisasi dengan semaksimal mungkin. Semoga setelah terbentuk Relasi di berbagai daerah, angka partisipasi masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya bisa meningkat. Masyarakat pun tergugah dan menjadi lebih sadar tentang pentingnya pemilu. Siapapun pilihan kamu di 17 April 2019 nanti, jangan lupa untuk tetap menyebar kedamaian, ya.
Nah, buat masyarakat Banjarngara khususnya, yuk…ikut menyosialisasikan pentingnya pemilu. Ikut memberi pendidikan pemilu supaya masyarakat tidak malas memilih dan tidak golput! 😉
Ingat 2019, Ingat Pemilu! Pemilih berdaulat, Negara kuat! 😉
Gunung Tampomas yang sekarang sudah menjadi obyek wisata tampomas, tahun ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Kabupaten Banjarnegara setelah kawasan dataran tinggi Dieng. Aku tidak melakukan survey untuk ini, sih. Hanya saja melihat banyaknya wisatawan yang terus berdatangan baik weekday maupun weekend.
Pemerintah desa Gentansari yang baru melakukan pengembangan tahun ini bisa dikatakan sukses menarik perhatian wisatawan. Apalagi setelah banyak berbenah mulai dari penataan obyek wisata sampai dengan pengadaan fasilitas umum, banyak wisatawan terlihat sangat menikmatinya.
Flashback Wisata Tampomas.
Obyek wisata yang menyuguhkan pemandangan alam berupa pepohonan, tebing bekas galian batu dan wisata perahu di danau, dulunya dimanfaatkan oleh wisatawan untuk sakadar swafoto dan prewedding. Meski sudah menjadi obyek wisata, masyarakat sekitar masih aktif menggali dan memecah batu di sekitar lokasi. Namun kini, aktivitas tersebut sudah tidak ada karena pemerintah desa telah menata ulang, melakukan pengembangan, dan menjadikannya sebagai destinasi wisata secara utuh.
Tampomas masa kini.
Aku terkesima saat melihat sepeda motor berderet memanjang ke belakang mulai dari jalan utama masuk obyek sampai depan pintu masuk. “Gilaa…ramai banget, Tampomas!” Aku berbisik kepada suami yang sama-sama sedang memperhatikan deretan motor tersebut. Dia pun ikut terkagum-kagum.
Sepeda motor yang memanjang itu ternyata sedang antre tiket masuk. Antrean dibuat dua baris untuk sepeda motor. Sementara masih sisa separo jalan digunakan untuk lalu lintas. Pemuda-pemudi desa setempat yang bertugas terlihat kompak melayani wisatawan dan mengatur jalannya antrean. Ada yang bertugas menghentikan laju sepeda motor, ada yang memberikan tiket masuk, dan ada juga yang mempersilakan wisatawan menuju tempat parkir.
Akhir pekan itu, tepatnya seminggu setelah lebaran tahun ini, obyek wisata yang berlokasi di Kecamatan Pagedongan, tepatnya di Dusun Mendingin, Desa Gentansari, betul-betul banjir wisatawan. Mulai dari anak-anak sampai orang tua, raut wajahnya nampak bahagia. Terlebih anak-anak karena ada banyak pilihan permainan di sini. Odong-odong, misalnya. Di sini ada lebih dari satu odong-odong yang standby di area wisata. Belum lagi permainan lainnya yang sukses menjadi magnet obyek wisata ini. 😀
Tiket Masuk Wisata Tampomas.
Dengan membayar tiket masuk Rp 3.000 per orang, anak-anak sampai usia 5 tahun masih free tiket masuk dan parkir Rp 2.000 per motor, aku yang saat itu datang bersama Kecemut, Suami dan keluarganya dedek Al, sepakat untuk membahagiakan anak-anak ke istana balon. Hahaha. Ya gimana lagi, mereka langsung teriak heboh melihat permaianan tersebut.
Melihat deretan permainan anak di kompleks Tampomas, sungguh ini diluar ekspektasi. Memang, ini bukan kali pertama aku datang ke Tampomas. Namun ini menjadi kali pertama aku melihat obyek wisata alam yang mana di dalamnya terdapat aneka permainan anak. Saat itu aku melihatnya dari tempat media informasi yang berada di atas atau bukit. Sudah seperti di pasar malam.
Ada apa saja di Tampomas?
Asli, permainan anak ini ada di dalam kompleks wisata, menyatu dengan obyek wisata. Menurut salah satu pelapak, permainan anak baru mulai masuk saat pekan lebaran. Hari-hari biasa, mereka tidak ada di sini. Meski hanya ada saat pekan lebaran dan bisa dibilang karena memanfaatkan momen, tetap saja yang seperti ini bikin geregetan. Kenapa tidak dikumpulkan di luar obyek wisata supaya lebih fokus pada suguhan alam Tampomas, gitu. Ugh! 😆
Setelah puas bermain di istana balon, aku mengajak Syaquita dan Al untuk naik kuda. Aku kira Syaquita bakal tertarik dengan naik kuda ini, ternyata dia masih takut. Hahaha. Jadi, hanya Alkarim saja yang naik kuda. Oiya, Kuda yang disewakan di sini ada dua ekor. Untuk dapat naik kuda ini, wisatawan dikenakan biaya Rp 10.000 per sekali putaran. Pemandunya baik-baik dan ramah juga sama anak. Sambil keliling, pemandu kuda tunggang ini terus mengajak si kecil berkomunukasi. Anak pun betah jadinya. 🙂
Setelah anak-anak puas bermain, kami mengajak mereka untuk naik perahu mengelilingi danau. Untuk menuju danau, kami harus melewati beberapa anak tangga lalu kembali antre menunggu perahu. Di sini tersedia tiga perahu dan satu perahu maksimal berisi 10 orang dewasa. Tarif naik perahu Rp 5.000 per orang, anak-anak tetap dikenakan tarif sama seperti orang dewasa. Tarif tersebut sudah termasuk sewa life jacket.
Lagi-lagi aku merasa geregetan karena perahu yang beroperasi di danau ini ternyata menggunakan mesin motor. Apalagi saat melihat bunga teratai tumbuh di tengah dan pinggiran danau. Belum lagi habitat-habitat di dalam danau itu, apa kabar mereka? Sedih rasanya. 🙁
Seketika aku teringat Telaga Merdada, sebuah obyek wisata alam di Desa Karang Tengah, Kecamatan Batur. Telaga Merdada telah menjadi destinasi wisata yang terkenal dengan Kayaknya. Pengelola Telaga memilih menggunakan Kayak untuk eksplorasi Telaga karena pertimbangan makhluk hidup yang tumbuh di sekitar Telaga. Mereka ingin spesies di dalam Telaga tetap utuh, dapat berkembang, dan juga melestarikannya sesuai dengan konsep yaitu wisata alam.
Melestarikan Ekosistem di Tampomas.
Aku kira di Tampomas akan berlaku hal demikian. Menggunakan perahu dayung atau jenis perahu lain tanpa mesin. Namun ternyata tidak.
Pengelola pasti punya alasan kenapa lebih memilih perahu motor ketimbang menggunakan perahu dayung. Seperti zona aman, misalnya. Karena menurut keterangan nahkoda kami, ada beberapa bagian danau yang tidak boleh dilewati karena kedalamannya tidak diketahui -mungkin dalam banget-. Tapi kembali lagi untuk masa depan danau dan ekosistem yang ada di dalamnya, aku sedih. Rasanya lebih ramah menggunakan perahu dayung atau kalau tidak bebek kayuh.
Selain perahu motor dan permainan anak, ada satu lagi yang bikin aku geregetan. Adalah spot selfie. Obyek wisata dengan tema alam yang kemudian menawarkan tempat swafoto dari bunga plastik, tuh, rasanya bikin panas-panas gimana, gitu! 😆 Tapi entah lah, wisatawan merasa geregetan juga atau nyaman-nyaman saja. 😀
Terlepas dari pengembangan yang beberapa keluar dari tema alam, aku happy di Kabupaten Banjarnegara kembali muncul wisata hits yaitu Tampomas. Semoga Banjarnegara makin ramai dengan pariwisatanya yang terus tumbuh.
Tahun ini banyak bermunculan destinasi wisata baru di Banjarnegara. Mulai dari wisata alam yang dikembangkan menjadi wisata berbasis petualang seperti Igir atau Bukit, sampai dengan wisata belanja. Pertumbuhan dan perkembangannya pun makin pesat seakan tak ingin ketinggalan dengan pariwisata dari Kabupaten lain yang terus berinovasi.
Merasa mempunyai karakter yang unik, Bu Ina, sapaan akrab pemilik Amrina Gallery, turut membuka dan mewarnai ragam pariwisata di Banjarnegara. Amrina Gallery bisa dibilang destinasi wisata kekinian dengan konsep hampir 80% menawarkan spot foto instagramable yang saat ini sedang digandrungi para generasi millenial.
Berangkat dari hobi mengkoleksi barang-barang antik dan juga pakaian, mantan pramugari tersebut membuat galeri dan butik di rumahnya yang beralamat di Jl. Sunan Gripit No. 7, tepatnya 50 meter utara pertigaan Gayam. Ancer-ancernya yaitu dari pertigaan gayam atau lampu merah, ke utara.
Tak hanya itu, Bu Ina juga membuat cafe dengan konsep kekinian, baik dari sisi tempat maupun penyajian menu. Cafe ini masih berada dalam satu lokasi, hanya saja konsepnya out door dan didukung dengan beberapa spot foto menarik.
Nah, berikut tampilan Amrina Gallery dari berbagai sisi dan pasti akan menggugah jiwa narsis kamu.
AMRINA GALLERY
Daya tarik utama wisata Amrinya Gallery tentunya ada pada galerinya. Ya, galeri yang berisi koleksi benda-benda antik ini akan menjadi pusat perhatian saat kamu masuk kompleks Amrina Gallery. Seluruh koleksi tersebut berada di dalam sebuah joglo yang berada di belakang rumah owner.
Seperti bangunan Joglo pada umumnya, dinding-dinding rumah yang terbuat dari kayu jati ini terlihat sangat menarik. Terlebih desainnya nampak elegan dan kekinian. Dari depan joglo, galeri ini bisa dijadikan latar belakang foto yang tak ada duanya. Pun dengan samping kiri galeri, penambahan bunga dan pepohonan hijau membuat kamu bakal betah mencari konten foto di sini.
Saat masuk ke galeri, kamu akan menjumpai benda-benda antik hasil koleksi dari owner Amrina Gallery. Ada lesung, pawon yang lengkap dengan perabotan masak zaman dulu, sepeda onthel, tokoh pewayangan dan masih banyak koleksi lainnya. Di sini kamu dapat foto dengan benda koleksi yang ada sebagai properti foto, dengan catatan tetap menjaga utuh benda-benda tersebut.
FYI, galeri ini merupakan satu-satunya galeri di Banjarnegara yang menampilkan koleksi benda atik milik pribadi. Untuk masuk sini, kamu akan dikenai biaya Rp 3.000 per orang. Kamu juga bisa sewa baju lawas untuk berfoto di sekitar gallery dengab biaya sewa baju Rp 15.000 per orang.
AMRINA BUTIK
Berawal dari hobinya yang suka belanja -ini beneran horang kaya-, kadang ada beberapa baju yang dibeli tapi ngga terpakai. Ketimbang cuma jadi pajangan, Bu Ina pun membuka butik sebagai pelengkap wisata Amrina. Tak hanya baju dan kain batik koleksinya, Amrina Butik juga selalu update stok baju.
Ketika mendengar kata butik, pasti kamu akan berpikir tentang mahalnya harga baju. Ya, kan? Mungkin itu butik sebelah, berbeda dengan Amrina Butik yang menawarkan koleksi baju mulai dari harga Rp 50.000. Haaah…emang ada baju 50 ribu di butik? Eeng…ngga usah kaget, gitu. Butik ini bisa dibilang untuk semua kalangan. Pun dengan modelnya, mulai untuk remaja, sampai tante-tante yang girang shoping. Lengkap!
Berada di ruang depan, kamu dapat melihat beragam koleksi baju dan kain dengan harga terjangkau dan kualitas premium.
AMRINA CAFE
Di Banjarnegara, konsep cafe dengan tempat yang instagramable dan penyajian makanan yang unik hanya bisa kamu temui di Amrina Cafe. Penyajian Mie Kuah, misalnya. Di sini kamu ngga akan menjumpai mie kuah dalam mangkuk karena penyajiannya menggunakan Batok.
Penggunana Batok sebagai tempat saji ini ngga serta merta sebagai pembeda dalam penyajian menu makanan, namun sekaligus memperkenalkan produk UKM Kabupaten Banjarnegara tepatnya dari Desa Berta, Kecamatan Susukan yang memproduksi aneka macam kerajinan berbahan dasar batok.
Tak hanya Mie Kuah dalam Batok, Sphagetti Carbonara yang biasanya disajikan dengan plating yang elegan, di sini penyajiannya justeru lebih sederhana yaitu menggunakan piring seng motif daun khas zaman dulu. Unik, bukan? 😉
Selain penyajian, konsep tempat duduk yang disediakan, tuh, ramah banget buat foto-foto. Di sebelah selatan, misalnya. Terdapat satu set tempat duduk lengkap dengan koleksi payung dari Bali. Jika bisa mengambil angle foto, kesannya sedang makan di Pulau Dewata, lho. 😀 Lalu, di sebelah barat juga masih ada tempat duduk yang lucu banget buat foto-foto. 😉
Oiya, menu utama Amrina Cafe adalah Spaghetti. Kamu ngga usah ragu untuk memesan menu di sini karena harga yang ditawarkan sangat terjangkau, mulai Rp 10.000 per porsi. Selain Spaghetti dan Mie Kuah, kamu juga HARUS BANGET nyobain ayam petis, ya. Selain jenis ayamnya adalah ayam kampung dengan daging yang empuk, petisnya gurih banget dan bikin kangen!
CAMILAN
Buat kamu yang kurang suka makanan berat karena sudah kenyang atau berat badan sudah beraaat, kamu bisa memesan camilan di sini. Iya, ke Amrina Cafe cuma pesan camilan, tuh, ngga apa-apa karena di sini juga menyediakan aneka camilan.
Biasanya kalau ngedate, gitu, kan suka malas makan, ya. Pinginnya ngemil saja, tapi yang banyaaaaak. 😀 Kamu bisa pesan pisang goreng bertabur keju, mendoan, atau camilan lain yang tersedia di daftar menu. Harga camilan di Amrina Cafe mulai dari Rp 5.000 per porsi. Murah meriah banget!
SPOT FOTO
Ini, nih, yang lagi digandrungi kaum millenial. Adalah wisata yang menawarkan spot selfie. Selain Cafe, Butik, dan Galeri, Amrina juga menawarkan spot selfie yang ngga bakal kamu dapat di tempat lain.
Dengan konsep wisata yang kekinian, sebenarnya tiap sudut Amrina Gallery mengandung KONTEN. Iya, dari kamu masuk kompleks Amrina Gallery, di depan butik terdapat dinding yang diisi dengan berbagai jenis bunga tempel. Kemudian lanjut menuju bagian tengah terdapat mural yang didesain oleh Mas Ade, seniman muda berbakat dari Mandiraja, Banjarnegara.
Mural di sini terbagi menjadi beberapa obyek dalam satu dinding, yaitu suasana cafe, jalanan yang dilengkapi gerobak sapi, angkringan dan kucing, tugu yogyakarta, gerobak dawet ayu dan candi arjuna.
Obyek ini masing-masing memiliki filosofi, selain turut mengenalkan obyek wisata dan kuliner khas Banjarnegara, Bu Ina juga tetap menyisipkan tugu Yogya sebagai ikon Kota Yogyakarta yang mana kota tersebut turut memberi andil bagi keluarganya. Semacam ada kenangan yang susah dilupakan di kota tersebut. Pun dengan kucing yang di angkringan karena keluarga Bu Ina adalah pecinta hewan manis berkumis. 😀
FASILITAS
Kurang lengkap rasanya jika sudah mengumbar mesra hubungan, tapi ngga membeberkan tanggal akad. Iyaa…takut cuma mesra-mesraan dowang, tapi ngga dikawinin, syakiiitnyaaaaa. 😀
Ulangi lagi!
Kurang lengkap rasanya jika sudah membeberkan segala obyek wisata dengan bombastis, namun ternyata fasilitas umumnya NOL! Ini kadang bikin geleng-geleng kepala. Kabar baiknya, nih, fasilitas umum seperti toilet, mushola, dan Wi-Fi yang super kenceng bisa kamu dapat di sini. Hanya saja, tempat parkirnya masih terbatas. Untuk kedepannya, semoga owner Amrina dapat memperluas halaman parkir, ya.
AMRINA GALLERY
Disaat banyak obyek wisata mengusung tema vintage dan atau minimalis untuk bangunannya, Amrina Gallery justeru menawarkan bangunan dengan konsep lawas namun tetap kekinian. Berani menjadi pembeda, bukan?
Things to do in Banjarnegara? Lets go toAmrina Gallery!
Notes: sebagian foto di atas hasil jepretan @jeimifa dan @roisardian
AMRINA GALLERY, BOUTIQUE, AND CAFE
Jl. Sunan Gripit No. 7 (50 meter utara pertigaan gayam)
Aku punya teman di Malang, tiap kali aku main ke sana dia selalu minta dibawain Dawet. Kangen Dawet Ayu Banjarnegara, katanya. Iseng banget, ya. Ngga dibawain, kasihan. Misal dibawain sudah pasti basi. Perjalanan ke Malang menggunakan akomodasi kereta api membutuhkan waktu dari 10 jam. Kecuali cuma bawa cendolnya. 😆
Memang, untuk mencicipi kuliner khas Banjarnegara ngga harus datang ke Banjarnegara karena sekarang makin banyak penjual yang menjajakan Dawet, tersebar di seluruh nusantara. Dawetnya pun makin banyak kreasinya, ya. Tapi perlu kamu tahu bahwa, Dawet yang legit dan segarnya tak ada duanya, tuh, hanya bisa dinikmati di daerah asal yaitu Banjarnegara. Asli.
Nah, melalui event Wing Craft Expo yang diselenggarakan bulan lalu, aku jadi tahu bahwa ada kreasi lain dari Dawet yaitu dalam bentuk Pie atau Pai. Pie Cassava Dawet, namanya.
Pie atau Pai adalah makanan yang terdiri dari kulit kue kering dengan isi yang beraneka ragam. Karena ini Pie Dawet, tentunya isinya ya cendol, dong. Dan kalian tahu, kan, bahan utama pie yang berupa kulit kue kering ini terbuat dari tepung.
Tepung yang digunakan untuk membuat kulit Pie biasanya yaitu tepung terigu atau tepung dengan merk tertentu. Namun berbeda dengan Pie Cassava Dawet, kulit Pie berbahan dasar tepung mocaf. Ini salah satu yang menarik dan membedakan Pie dari Banjarnegara dengan Pie dari kota lain. Kenapa Pie dari Banjarnegara menggunakan tepung mocaf?
FYI, kapasitas produksi singkong atau ubi kayu di Kabupaten Banjarnegara lebih dari 200 ton lebih per tahun. Ini termasuk banyak banget karena hampir tiap petani di sini menanam singkong. Setidaknya ada 19 Kecamatan di Banjarnegara yang mempunyai komoditas singkong. Tapi siapa sangka, banyaknya hasil bumi berupa Singkong ternyata kurang mensejahterakan kehidupan masyarakat karena harga jual yang sama sekali ngga menjanjikan. Untuk bulan ini, mungkin Rp 500-900 per kg. Sementara untuk melakukan panen, para petani membutuhkan banyak biaya, mulai dari pemetikan sampai singkong dibawa ke pasar atau penjualan.
Miris, kan?
Beruntung saat ini di Banjarnegara makin banyak pemuda yang kreatif. Seperti Mbak Dini dan teman-teman. Mereka memanfaatkan Singkong untuk diolah menjadi tepung mocaf, tepung rendah gula.
Tepung yang dimodifikasi dengan teknik fermentasi menggunakan mikrobia kini mulai banyak digunakan oleh masyarakat Banjarnegara. Tepung mocaf memiliki karakteristik yang cukup baik untuk mensubstitusi atau menggantikan 100% penggunaan tepung terigu. Di beberapa warung yang menyajikan gorengan pun sekarang sudah mulai menggunakan tepung mocaf. Saking lagi boomingnya tepung mocaf, di Banjarnegara dibentuk Komunitas Pecinta Mocaf, lho. 😆
Nah, karena sudah ada Pie Cassava Dawet, mungkin ngga harus bawa cendol lagi ke Malang, ya. Apalagi packagingnya cantik banget, pasti si dese juga tertarik. Sehat dan enak pula, yummmii. 😀
Semangatnya terus menggebu meski mereka hanya bergerak dengan beberapa orang. Ruang geraknya pun tak terbatas, mereka dapat berdiskusi, dan mengahasilkan suatu karya kapan pun, di mana pun. Karena masing-masing berangkat dari passion, mereka menjalaninya dengan bahagia, tanpa beban apalagi tekanan.Uniknya, dari passion yang mungkin terlihat sederhana, mereka dapat memanfaatkannya sebagai ladang penghasilan.
Mereka adalah anak muda yang punya segudang ide, dan kreativitas. Dan perlu kamu tahu, di Banjarnegara juga banyak anak muda kreatif. Sebagian besar dari mereka telah tergabung dalam sebuah komunitas. Setelah karya tercipta, mereka punya tekad untuk mengenalkan karyanya kepada masyarakat luas.
“Ini karya anak muda Banjarnegara”. Seperti itulah yang ada di benak mereka, mungkin. Karya yang telah menjadi sebuah produk atau potensi memang patut diekspose. Sebut saja Kopi Banjarnegara.
Di Banjarnegara ada lebih dari sepuluh kedai kopi. Dan kopi yang diunggulkan mereka adalah kopi lokal Banjarnegara yang mana salah satu produk kopi Banjarnegara pernah mendapat juara 1 dalam suatu ajang festival kopi se Nusantara. Keren, kan? Memang, aku belum begitu paham tentang seluk beluk kopi dan apa yang membuat kopi Banjarnegara bisa go nasional.
Nah, yang aku pahami bahwa, menyeduh kopi itu ngga semudah menyeduh teh yang tinggal ditabur atau dicelupin. Ada beberapa teknik menyeduh kopi dan itu harus dipelajari, ngga semua orang bisa. Mereka harus tahu karakteristik kopi, jenis kopi, belajar menyeduh, atau bahkan belajar memodifikasinya supaya orang yang ngga begitu doyan kopi bisa turut menikmati kopi lokal.
Dan tiga hari yang lalu, dari tanggal 14-17 Februari, kreativitas para Barista dalam menyajikan kopi unjuk kebolehannya di event Wing Craft Expo. Ada lebih dari lima stand kopi di sana. Kopi Sabin,Warung Stasun, Bara Api, dll dll. Stand mereka ada di belakang panggung.
Wing Craft Expo diselenggarkan oleh Indagkop UKM Kabupaten Banjarnegara dan Banjarnegara Community University (BCU) sebagai wadah komunitas di Banjarnegara. Expo yang bertemoat di gedung kuliner banjarnegara digunakan sebagai ajang untuk mengenalkan dan juga memamerkan hasil kreativitas anak muda Banjarnegara.
Di gedung kuliner ini, model stand letter U dan dikelompokan sesuai dengan jenis kreativitasnya untuk memudahkan pengunjung dalam melihat karya atau hasil kreativitas anak muda.
Apakah di Expo hanya ada stand Kopi?
Ngga! Ada lebih dari 70 stand yang bakal bikin kamu bangga kepada anak muda Banjarnegara.
Sebut saja stand Bentala Engineering. Si empunya Bentala ini memang hobi mempelajari mikro controler. Dalam aplikasinya, banyak karya yang sudah mereka hasilkan. Lighting electro dalam bentuk running text, misalnya. Hampir semua running text yang terpampang di lampu merah Banjarnegara dan beberapa dinas di Kabupaten Banjarnegara adalah hasil karya Bentala. Arvin Meiyono bersama tiga temannya terus melakukan inovasi untuk produk-produk yang berkaitan dengan Micro Controler. Kamu dapat melihat hasil produk mereka di www.bentalaengineering.co.id.
Ini baru dua kreativitas anak muda Banjarnegara, ya. Masih banyak bentuk kreativitas lainnya. Berangkat mulai dari hobi seperti lukisan kayu Siluet Art, Kuliner Bento, sampai dengan memanfaatkan hasil pertanian seperti Salak dan Ketela Rambat di mana saat ini harga jualnya di sini turun drastis. Dengan berbekal ilmu dan pengalaman, para pemuda Banjarnegara memanfaatkan hasil pertanian tersebut dalam bentk produk yang unik, menarik, dan tentunya berdaya jual lebih.
Event Wing Craftt Expo dengan tema Banjarnegara Youth Creativity Center memiliki tujuan dan harapan yaitu segala macam bentuk kreativitas pemuda Banjarnegara nantinya dapat terakomodir dan juga difasilitasi oleh pemerintah daerah baik dari tempat, maupun alat.
Oiya, Kuliner Banjarnegara yang berlokasi di eks. Kantor Pertanian Banjarnegara atau sebelah barat pom bensin kota nantinya akan dijadikan pusat kuliner Banjarnegara. Tepatnya kapan, belum ada informasi yang pasti. Ditunggu saja, ya.