Konsultasi Tambalan Gigi Berlubang
Belum lama ini, saya mengantar adik untuk perawatan gigi. Dia merasa, kalau gigi yang ia tambal setahun yang lalu seperti sedikit rapuh. Rapuhnya memang enggak parah banget, sih. Gripis. Tahu gripis, kan?
Asalmula bisa gripis tuh dia sedang makan cemilan kriuk. Tanpa ia sadari, tambalan giginya sedikit tumpal dikit. Dia tampak takut. Akhirnya, saya mengajaknya untuk periksa ke Dokter Gigi. Memastikan tambalannya masih kuat, layak, atau tidak.
Kami memilih klinik gigi yang cukup dekat dari rumah. Bisa dikatakan klinik gigi langganan. Adalah Klinik Hasta Bakti yang berlokasi di Jl. Let. Jend. Suprapto No. 60, Kalipalet, dengan mengambil jadwal periksa sore yang buka mulai pukul 15.00-20.00 WIB.
Setibanya di klinik tersebut, ternyata sudah cukup banyak pasien yang antre. Meski kami sudah berusaha datang awal. Saya pun langsung menuju ruang pendaftaran untuk menyerahkan kartu periksa. Kemudian duduk di teras klinik sembari melihat lalu lintas Banjarnegara.
Cukup lama kami menunggu antrean. Sampai akhirnya giliran adik saya dipanggil untuk diperiksa. Seperti rencana awal, kami datang hanya untuk konsultasi saja. Jika gigi ada yang perlu dieksekusi, kami akan datang lagi lain hari.
Dokter yang saat itu sedang praktikum yaitu Drg. Edi Nugroho. Kami pun ngobrol dengan Pak Edi. Setelah adik diperiksa dengan detil, ternyata tambalan giginya masih kuat. Tidak perlu ditambal lagi. Hanya saja, Pak Dokter menyarakan untuk tidak terlalu sering makan yang keras, kriuk, dan dingin-dingin. Makannya juga harus lebih hati0hati. 😆 Kesian.
Seperti biasa, karena pembawaan beliau memang kalem, jadi kami hanya ngobrol sebentar saja. Terpenting tujuannya sudah tersampaikan. Lagipula, rasanya Enggak enak juga kalau harus cerewet, sedangkan suara beliau saja lembut, gitu.
Satu hal yang selalu membuat saya merinding ketika masuk klinik gigi yaitu mendengar suara bor gigi. Hiii…sumpah, ya, merindingnya sampai ubun-ubun. Padahal, saya hampir tiap tahun disapa oleh bor gigi untuk dibersihin karang giginya. Tapi kok, ya, tetap saja geli. Tidak kebal-kebal.