RM. Sido Kumpul dan Seporsi Kentang Goreng
Sido Kumpul, Rumah Makan di daerah Wonosari yang terkenal dengan suguhan gemerlip Bintang saat malam tiba menjadi pilihan kami untuk mengawali rangkaian acara Family Gathering.
Ya, Family Gathering yang telah kami laksanakan bukan lah Gathering biasa. Ada acara pisah sambut pegawai dan pengantar purna tugas di dalamnya. Acara ini lah yang paling penting, sedangkan rekreasinya adalah bonus satu kali jalan menuju Gunungkidul.
Kami memilih Rumah Makan Sido Kumpul ini dengan mempertimbangkan dua faktor, yaitu ketersediaan tempat untuk acara, dan harga makanan murah meriah. Faktor terakhir ini paling penting. Tahu sendiri lah, ya. Acara Family Gatheringnya saja dikordinir secara mandiri. 😆
RM. Sido Kumpul menyediakan ruang yang bisa digunakan untuk acara dengan kapasitas kurang lebih 100 orang. Ruang ini bisa digunakan tanpa menambah biaya sewa jika tetamu memesan makanannya di sini.
Memang bukan ruangan khusus semacam aula, sih. Namun tempatnya ngga kalah memadai dan bikin mata lebih segar. Bagaimana tidak segar, ya. Suguhan bukit nan hijau yang berada di samping kiri membuat tempat ini makin sejuk. Kebayang jika malam hari, ya. Pasti tambah sejuk karena ada tambahan pemandangan dari bukit bintang sungguh indah.
Fasilitas umum untuk para tetamu tergolong cukup. Cukup minim maksudnya. 😆 Tempat Wudhu, misalnya. Saat kami hendak melaksanakan ibadah shalat dzuhur, antrean toilet umum dan juga tempat wudhu cukup panjang. Begitu juga dengan mushalanya yang cukup untuk shalat berjama’ah tidak lebih dari delapan orang.
Meski demikian, kami merasa puas dan cocok dengan olahan masakan a la RM. Sido Kumpul. Cita rasanya masakan rumahan dengan harga yang ngga mahal. Saat itu, kami mengambil paket Rp 25.000 per orang dengan menu lauk ikan tawar. *slurp*
Omong-omong tentang menu makanan, cukup banyak menu yang disediakan. Ngga hanya makanan berat, camilan pun ada. Kentang Goreng, misalnya.
Namanya udah “pingin banget”, usai makan siang aku memesan kentang goreng dan jamur crispy. Sayang banget, jamurnya sedang kosong. Jadi, aku hanya memesan kentang goreng saja.
Siapa sangka, memasak kentang goreng tuh membutuhkan waktu yang ngga sebentar. Salahku, sih, memesannya mepet. Ya, saat Temab-teman sudah siap di Bus untuk melanjutkan perjalanan ke Gua Pindul, aku masih menunggu kentang goreng yang belum juga matang. Hahaha
Paling parah, nih, ya. Harga satu porsi kentang goreng yaitu Rp 10.000. Membuka dompet, mencari selembar uang sepuluh ribu ngga nemu juga. Ngga ada uang pecahan kecil. Serius. Sedangkan, Teman-teman yang di Bus sudah memanggil dengan nada kesuh, wajah seram. 😆
Aku panik, aku panik. “Balikin saja kentang gorengnya!” Pikirku saat itu. Tapi, ngga mungkin lah, ya. Huuuh…rasanya seperti hendak didemo. Mau pinjam uang punya teman, tapi harus naik Bus dulu. Agaknya takut dikatain ini itu. Jadi, aku putuskan untuk tidak membayar saat itu alias hutang. Iya, hutang kentang goreng sepuluh ribuuuu. 😆
Lalu, gimana kelanjutan hutang kentang gorengnya?
Seminggu kemudian, aku menghubungi owner RM. Sido Kumpul dan menjelaskan bahwa aku punya hutang kentang goreng. 😆 Aku memperkenalkan diri kepada si empunya rumah makan, minta maaf, dan kemudian pemilik RM. Sido Kumpul menyatakan kalau kentang goreng yang telah aku makan sudah dianggap lunas. Ngga perlu mentransfer uang untuk membayar kentang goreng. Iya, tadinya aku berniat untuk mentransfer uang guna membayar kentang goreng. Alhamdulillaah. 😆