Camping di Telaga Cebong Menjadi Hangat
“Buuk, ini aliran air didapat dari Telaga Cebong atau sumur rumah?“. Sesampainya di kawasan Telaga Cebong, saya segera melipir ke toilet mili Bu Barokah yang berada di sebelah kiri halaman parkir. Dinginnya udara sekitar Telaga menjadikan saya terus bolak-balik ke Toilet. Hadeeh…dasar ANAK KOTA, ya.
“Airnya dari Telaga, Mbak. Bisa dilihat pipa-pipa dibelakang warung ini. Langsung masuk penampungan air”. Warung, Toilet dan Mushala. Bangunan berada dalam satu deret dan kesemuanya dikelola secara pribadi oleh Bu Barokah beserta suami. Lahan yang tadinya ditanami kentang, kini sudah dimanfaatkan menjadi fasilitas umum berbayar Rp 2.000 per sekali masuk toilet. 😉
Sama halnya dengan toilet yang berada di dekat pintu masuk Telaga. Adalah toilet milik beberapa warga, yang mana mereka menyewa lahan untuk mendirikan Toilet. Oke, fix. Insya Allah airnya aman.
Saya tidak berani berlama-lama untuk sekadar menahan air di dalam mulut. Selain gigi ngilu karena dinginnya air, ternyata saya masih takut dengan aliran air tersebut. Was-was ada Cebong atau anak katak masuk mulut. Bhahaha *bercanda* Seriusan tidak bisa merasakan air Telaga. Padahal, sepertinya lebih segar dari Mizone rasa Apple. 😆
Kilas balik pada tahun 2012, yang mana saya pernah ke Telaga bersama beberapa teman Blogger, kawasan sekitar Telaga masih sunyi. Belum ada fasilitas umum yang kini makin ramai. Pengunjung yang memutuskan untuk camping di Telaga pun masih minim. Mereka lebih memilih untuk menginap di homestay, ketimbang mendirikan tenda. Menurut beberapa orang, terlalu dingin camping di Telaga Cebong.
Cukup kaget saat melihat beberapa fasilitas umum yang saat ini banyak berdiri di sekitar Telaga Cebong. Sebuah Telaga yang terletak di Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo. . Bisa diartikan, warga sekitar cukup tanggap dan pandai memanfaatkan objek wisata untuk menjadikan lahan rejek dan menambah pengasilan. Termasuk untuk biaya retribusi yang ditarik oleh Pokdarwis Desa Sembungan berupa tiket masuk Rp 5.000 per orang.
Tidak hanya tiket masuk, untuk pengunjung yang berniat camping di sekitar telaga juga dikenai biaya kebersihan Rp 10.000 per tenda. Tidak masalah, sih, adanya retribusi tersebut. Asal mereka, pengunjung, sama-sama bertanggungjawab dan tanggap akan kebersihan lingkungan sekitar.
Telaga yang berlokasi di kaki bukit Sikunir berada pada ketinggian kurang lebih 2.300 m dpl. Cukup hangat, bukan? 😆 Menyoal tentang ketinggian, Telaga Cebong merupakan satu dari beberapa Telaga di Dataran Tinggi Dieng yang cukup asyik untuk camping. Terlepas dari suguhan alam yang begitu memikat, lokasi untuk camping juga aman karena lokasi dijaga oleh para pemuda pokdarwis desa Sembungan.
Sudah merasa nyaman, aman dan puas dengan suguhan alam. Lalu, bagaimana agar bisa mendapat suasana hangat saat camping di Telaga Cebong?
Angin, udara sekitar pegunungan saat malam hari cenderung dingin. Saya yang bisa dibilang ANAK KOTA *tepokjidat*, mewajibkan diri untuk mengenakan jaket. Melihat Bu Barokah yang tiap hari sudah akrab dengan dingin saja masih mengenakan jaket tebal dan kain jarik yang dililit ke badan. Apalagi saya yang hampir tidak pernah disapa oleh angin malam pegunungan, ya. 😛
Berkumpul, mencari teman duduk atau turut bercerita di sekitar warung merupakan pilihan tepat saat kamu sedang camping. Memilih untuk masuk toilet Bu Barkah adalah cara jitu untuk mendapat kehangatan. Kenapa? Sebab, beliau aktif mengipas arang yang berada di dalam ember besi. 😆 Hangat tapi baju sangit.
Berteman dengan teh atau kopi saat malam dan dingin mulai menyapa. Kamu yang berniat camping, jangan sampai tidak membawa perlengkapan yang maksimal. Nanti bakal menyesal karena tidak ada seduhan kopi. 😆 Meski di sekitar Telaga Cebong sudah banyak warung berjejer di pinggir halaman parkir yang luas, agaknya merugi jika tidak membawa perlengakapan camping. Akan kehilangan moment camping, Temans. 😉
Membeli bongkahan kayu bakar dan membuat api unggun. Ya, saat itu saya camping bersama suami, Keluarga Nadia dan Mas Ivan. Nadia mengutarakan keinginan untuk membuat api unggun di sekitar tenda kepada orangtuanya. Papanya pun langsung tanggap dan mencari kayu bakar. Tidak…beliau tidak mencari di hutan, kok. Bu Barokah menyediakan bongkahan kayu yang dijual Rp 15.000 per ikat. Lumayan bisa menambah hangatnya kebersamaan kami. 😀
Satu hal yang cukup ampuh ketika dingin mulai menyapa, bersamaan dengan rintik air yang jatuh dari langit makin kerap, yaitu mengajak terkasih yang sudah halal. 😆 Malam hari, sekira pukul 23.00 WIB, Telaga Cebong diguyur hujan. Lebat banget! Terbayang suasana di dalam tenda, kan? Suasana yang tidak nyaman karena takut. Meski tenda sudah lolos uji anti hujan badai, tetap saja was was. Beruntung banget saya sudah punya yang halal itu. Jadi rasa takut pun sirna! Meski masih butuh sleeping bag, sih. Lalalala yeye lah, ya. 😀
Nah, bagi kamu yang berniat untuk camping di sekitar Telaga Cebong dan ingin mendapat hangatnya suasana Telaga, coba praktikkan tip di atas, ya. Pokoknya bye-bye banget sama yang namanya kedinginan saat Camping di Telaga Cebong. 😆
Tanti Amelia
Kapan kapan ke sini aaah….
Hasyeeek. 😀
Rosa
Penasaran foto2nya mbak…
Kurang banyak fotonya, ya. 😀
Dwi Puspita Nurmalinda
enak banget ya campingnya. aku belum pernah camping…apalgi di daerah pegunungan…mau banget deh merasakan cuaca dingin 🙂
Kapan hayoook. 😀 😀
Taqorrub.com
asyik banget ya camping bareng temen2, aku kapan ya bisa camping lagi sama temen2 ku soalnya usia sudah tidak memungkinkan hehe 😀
Ada apa dengan usia? 😀 😀
gustyanita pratiwi
kayupun dijual ya mb di situ..
Segala yang dibutuhkan. 😀
Adi
Menyenangkan, kemping di alam terbuka. Seru
Bangget, kak. 😀
Titik Asa
Jadi inget saat berkunjung ke Dieng tahun lalu. Melihat telaga Cebong saat perjalanan mengejar sunrise di Sikunir.
Jadi kangen Dieng lagi…
Insya Allah merapat lagi ke Dieng Akhir Juli nanti saat pelaksanaan Dieng Culture Festival.
Salam,
Semoga diberi kesehatan ya, Pak. 🙂
Lidya
KAlau masuk ke toilet berdua bayarnya double ga idah? hehehe gak mau rugi ya aku
Kayaknya ngga, sih. 😀
Dewi Rieka
pengen banget ajak anak-anak kemping…
Agendakan saja, Mbak. 😀
nadia safira
terimakasih sudah berbagi mba, sungguh indah tempatnya,, menjadi insfirasi nanti buat libur panjang.hee
Makasih sudah mampir, ya. 😀
Amri Evianti
Alamakkk indahnya telaganya, kalau anak katak masuk ke mulut jadi cendol hidup dong mbak, salam kenal
Cebooong iiih! 😀
NIndy Azzahra
camping di pegunungan gitu udah pasti seru ya mbak,, Aaarrgh jadi pengen nyobain camping juga ^_^
Agendakan saja, Kak. 😀
Euisry Noor
Asyik banget campingnya… Daerah Dieng juga ya… Pengen deh kesana. Untuk ngangetin badan bisa juga nyeduh bandrek atau bajigur kalau di sunda mah 🙂
Aduuh..jadi pingin Bajigur. 😀
Beby
Pengen camping ke sanaaa.. Pasti hawanya adem deh. 😀
Dieng adem, Beb. Bawa SB dan Jaket. 😀
Lusi
Kenapa yaaaa keluarga nggak pada suka camping kalau nggak disuruh sekolah? Padahal aku suka udara terbuka. Sebaiknya aku melarikan diri aja sekali2 apa ya?
Tak culik saja apa, Mbak? 😀
Alris
Camping sambil bakar-bakaran : bakar jagung, bakar ikan, bakar daging. Asik euy…
Lengkap banget, ya. 😀
Ayu Citraningtias
baru aja buka postingan ini dari blognya mba Muna Sungkar.. kapan2 mau ajakin suami ke dieng, dia tak ajak ke gunung susaaaahh banget
Pelan2 ngajaknya, Kak. 😀 😀
Lyliana Thia
Pemandangannya subhanallah indahnyaaa….
Aku jg gak biasa dingin, Idah… gapapa lah bau sangit yg penting hangatt.. hihihi…
Main sini, Bund! 😀
prih
Mbak Idah saya ke Diengnya siang ajah ya, dinginnya puoll, asyiiknya camping bareng keluarga dan sahabat. Salam
Ngga kuat dingin ya, Buk? 😀
Shinta
Ciyehh ciyeehhh yang halaalllll
Weeks. . . 😀
Ranii
ahh aku belum pernaaah kempiing >.<
nunggu punya yg halal dulu deh *ehhh :v
Jiahaha..kapan, Ran Halalnya? 😀 😀
Zainal Mutakin
makasih bisa jadi referensi nih… 😀 mampir ke gubug saya ya neng
Makasih sudah mampir, ya. Insya Allah. 😀