Perjalanan ke Kawasan Telaga Warna Dieng
Nostalgia Ke Telaga Warna, Dieng. Judulnya menggunakan kata nostalgia. Kesannya cerita perjalanan ke Telaga Warna serasa sudah lama, padahal baru tiga bulan yang lalu. #emang udah lama ya. Dalam cerita perjalanan ini, kebersamaanlah yang kami jadikan sebagai nostalgia. Kami, saya bersama teman-teman seperjuangan waktu KPM. “Kemanapun itu, yang penting kita jalan-jalan“. Pesan simpel dari salah satu teman, saya terima melalui SMS. Meskipun ada beberapa teman yang tidak bisa ikut, t etapi kami tetap saja melaksanakan perjalanan.
Tempat wisata yang kami kunjungi tidak terlalu jauh dari tempat tinggal kami. Ehem. . .lagi-lagi tempat wisata yang ada di kawasan Dieng. Pingin sih jalan-jalan ke Selangor, tetapi takut tidak mau balik lagi ke Banjarnegara tercinta. Jangan bosan ya, jika saya berbaginya hanya yang ada dilingkungan atau lingkup kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo. Khusus untuk yang belum pernah ke Kawasan Telaga Warna Dieng, intip Catatan Perjalanan ke Kawasan Telaga Warna, Dieng sembari menemani saya bernostalgia.
Perlu kalian tau, Dieng merupakan kawasan dataran tinggi yang mempunyai titik curah hujan tinggi. Jadi, jangan heran jika kalian berlibur ke Kawasan Dieng, kemudian turun hujan sewaktu-waktu. Kalian pernah mendengar istilah Dieng Plateau, kan? Dieng Plateau adalah tepat wisata di daerah pegunungan Dieng, salah satunya Telaga Warna. Sebenarnya jalan menuju Kawasan Dieng sudah bagus. Akan tetapi, kalian perlu berhati-hati, karena banyak tanjakan dan tikungan yang lumayan tajam. Udara di Kawasan Dieng sejuk dan lumayan dingin, kanan-kiri terdapat pepohonan dan sawah milik warga.
Jarak tempuh dari kota Wonosobo menuju Kawasan Telaga Warna, kurang lebih 60 menit. Dalam perjalanan kali ini, kami diantar seorang Driver yang juga sahabat KPM untuk mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di Kawasan Dieng. Kawasan Telaga Warna lah yang menjadi objek wisata “pertama” yang kami kunjungi. Kami ke Telaga Warna pas di hari libur, jadi ada kenaikan harga tiket. Harga normal tiket masuk adalah Rp. 4.000,- dan ketika kami ke sana haga tiket masuk menjadi Rp. 6.000,-.
Kawasan Telaga Warna memiliki banyak panorama alam yang menakjubkan. Di antaranya Telaga Warna, Telaga Pengilon dan beberapa Goa. Setelah masuk ke kawasan terdapat dua pilihan jalan, jalan lurus dan jalan ke arah kiri. Jika kalian memilih jalan lurus, maka akan menikmati pemandangan indah dan menemukan beberapa goa di kawasan tersebut. Sedangkan untuk arah kiri, kalian bisa langsung menikmati Telaga Warna dan Telaga Pengilon.
Kami mengambil jalan lurus untuk melihat pemandangan dan beberapa goa. Di kawasan Telaga Warna terdapat tiga goa, yaitu; Goa Sumur, Goa Semar dan Goa Jaran. Sebenarnya kalian bisa langsung mengetahui nama goa yang ada, karena pada masing-masing Goa terdapat Arca di depan pintu masuk. Seperti Goa Sumur, di depan pintu masuk ada arca wanita dengan membawa kendi. Eh, kenapa kendi yang wanita tersebut gak membawa sumur aja ya? hihihiihi #emang sumur bisa dibawa. Semua goa yang ada di kawasan tersebut dikunci dan kalian tidak bisa masuk. Tetapi, kalian masih bisa menikmati dari luar.
Jika kalian menggunakan jasa guide, maka akan dijelaskan oleh guide tetang asal usul, cerita hingga mitos tengang goa-goa tersebut. Sayang sekali, kami tidak menggunakan jasa guide, jadi kami hanya bisa membaca sejarahnya mading yang ada di sebelah kanan mushola. Sedikit mitos yang masih saya ingat tentang Goa Jaran yang saya baca di mading, yaitu Gua Jaran (Goa Kuda) dikisahkan dulunya menjadi tempat pertapaan. Di Goa tersebut ada seekor kuda. Kuda tersebut keluar dari Goa setiap esok hari dan anehnya kuda keluar telah berbadan dua (baca: hamil). Dengan adanya cerita tersebut, masyarakat percaya bila goa ini bisa digunakan untuk bersemedi para wanita yang susah mendapatkan keturunan. Percaya tidak percaya, itu hanyalah sebuah cerita dan mitos. Dari pada semakin ngelindur tentang mitos, lebih baik melanjutkan perjalanan ke Telaga Warna.
Bagaimana view Telaga Warna Dieng ini? Indah, bukan?. Yang menjadikan Telaga Warna ini berbeda dengan telaga lainnya yaitu warna air dari telaga ini sangat cantik. Dahulu, kata Papa Dul Telaga ini ramai dengan warna, ada warna hijau, biru, kuning terkadang ada warna ungu. Dan sekarang yang terlihat hanya warna hijau, mungkin warna yang lain diambil oleh putri kayangan kali ya? :silau: Meskipun Telaga ini hanya ada satu warna, tetap masih terlihat cantik dan indah, kan?. Terlebih dengan pemandangan pepohonan hijau disekitar telaga, tambah cantik tik tik tik.
Kalian juga bisa mengabadikan moment special dengan tidur sejenak di atas pohon tumbang. Pohon ini berada di sekitar Telaga Warna. Sepertinya pohon tersebut sudah lama roboh, tetapi entah kenapa sampai sekarang belum disingkirkan juga. Banyak yang memanfaatkan pohot tersebut untuk berfoto. Hahahaw
Berhubung sudah siang, kami akhiri nostalgia ke Kawasan Telaga Warna, Dieng dengan makan siang di dekat tempat parkiran. Masih ada beberapa objek wisata yang sudah kami kunjungi setelah Telaga Warna. Mba Mery, Via, Mba Umah, mereka adalah sahabat KPM saya yang sekarang sudah tidak lagi di sini, mereka rumahnya di luar jawa. Tepatnya setelah wisuda, mereka pulang kampung.
Sepertinya kami akan susah berkumpul kembali, hanya dengan dokumentasi seperti inilah saya bisa kembali bernostalgia dengan sahabat KPM. Yuk, berwisata ke Telaga Warna, Dieng!
Wong Cilik
Saya baru sekali ke Dieng. Dan sangat terkesan. suatu saat ingin kesana lagi …
Mas, kalau ke Dieng aku diajak ya? :silau:
Eswahyudi Kurniawan
Hadeh, padahal Sahrul dah mau ngajak ke sini, ehhh malah dianya nggak bisa :hmm:
Heheh, belum jodoh dengan Dieng, mas. :silau:
marsudiyanto
Telaga warna itu berubah2…
Bukan warnanya tapi suasananya 😀
Kadang terkesan bersih, tapi sering jorok oleh sampah
Tau saja, pak Mars.
Pas saya ke Telaga ini lagi bersih, Pak. :senyum:
marsudiyanto
emoticonnya kok nggak nyambung tapi ganti baris ya Mbak…
Padahal kan seharusnya kan nyambung di tulisan sebagai penguat…
Iyya, Pak.
Gimana ya?
Bisa bantuin edit, kan? :senyum:
marsudiyanto
Kalau nggak nyambung, lalu jadi seperti avatar :chicken:
Gimana, pak?
Kasih solusi dong. :senyum:
Noorma Fitriana M. Zain
nembe bisa katon je..
aku mbiyen nganane motoran, karo mantan pacar..
heheh, embuh iki lah. :Senyum:
sama abi ya? :silau:
yisha
senangnyaaaaaaaaaaaa………….
Iyyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. . . 😀
armae
Terimakasih sudah berpartisipasi dalam Giveaway Popcorn’s 2nd Anniversary, mbak Idah.. Sudah saya catat 🙂
Terimakasih sudah di catat, mba mae. . . 🙂
Alifianto
Pernah juga ke telaga warna, suasananya asyik, dingin…
Kapan terakhir ke telaga warna, mas? 🙂
HM Zwan
salam kenal mbk idah…
dari kecil saya sering membaca buku cerita ttg Dieng,tp sampai saat ini belum pernah ke Dieng….:(
Halau Mba Hana. . .
Salam kenal kembali dari Idah. . . 😀
Terus sekarang sudah ada rencana untuk ke Dieng, kan? 🙂
Sugeng
Benar kata pak Mars, keadaan di telaga warna ini selalu berubah2. Biasanya saat pagi hari setelah ada angin kencang, banyak daun yang gugur. Keadaannya pasti akan kotor. Beda saat petugas kebersihan selesai melakukan tugas nya. Keadaan telaga itu jadi bersih. 😆
pak Mars selalu bisa untuk membuat pemilik blog bingung:melet:Hahahaha. . .
Cieeeeee, Pak Sugeng sehati dengan Pak Mars. 😛
Iyya, tuh. Anti Biasa. . . 🙂
mohamad rivai
saingan gue nih.
nggak akan gue biarkan menang.
mbak GA mu masih buka pendaftaran nggak? :p
Hahahahaha. . .
Menang gak menang, yang penting sudah ikut meramaikan hajatan. . 😀
Masih dong, melu si, mas. . . 😀
niken kusumowardhani
Fotografernya itu loooo…. ehheemmmm….
Ikhwan Achmadi
Subhanallah.. Jadi teringat kampung halaman 😀
Asli mana, Mas? 🙂