Menggenggam Kenangan Termanis
Melayani sepenuh hati. Mirip slogan sebuah Bank swasta yang logonya didominasi dengan warna biru, ya. Hmm, kami ngga sedang kerjasama, lho. Hanya saja, slogan tersebut mewakili kepribadian Bapake yang sudah lima hari ini, terhitung mulai dari tanggal 27 Maret 2015 resmiΒ pindah tempat kerja.
Teman-teman kantor menyebutnya pelayanan plus-plus, dimana dalam melayani tiap orang selalu total. Tak hanya menyampaikan informasi, namun memberi saran dan kritik juga kepada tiap orang yang datang untuk sekadar mencari informasi atau konsultasi.
Ada rasa yang tak biasa, sesampainya di kantor ngga melihat sepeda motor Bapake di tempat parkir. Seringkali sepeda motor kami parkir berdampingan. Berteduh di bawah rindangnya pohon waru, kompleks lapangan Tenis.
Masuk lewat pintu utama, mengisi daftar hadir, lalu memandang sejenak sebuah meja yang berada di pojok timur. Meja yang dahulunya ditempati Bapake. Meja kerja yang tak pernah absen dari yang namanya ketidakrapihan. Meja kerja yang selalu ramai karena sering disambangi rekan kerja. Meja kerja yang saat ini menjadi bersih, sepi, kemudian saya merasa kehilangan.
Bapake. Beliau memang bukan Bapak kandung saya, melainkan atasan saya. Atasan dengan segala tindak tanduk yang begitu asah, asih dan asuh. Tak hanya kepada saya, kepada teman-teman yang lain pun demikian.
Atasan yang sama sekali tidak pernah marah meski bawahannya sering bandel. Jembar atine. Tidak pernah menggurui meski beliau tergolong tenaga ahli. Beliau bekerja sebagai Jurusita yang merangkap Kasub Umum di kantor tempat saya bekerja.
Banyak tugas kantor yang biasa kami kerjakan bersama. Pekerjaan Umum yang menggunakan atau tanpa aplikasi. Mengerjakan pekerjaan Keperkaraan, dimana kami selalu berbagi tugas agar cepat terselesaikan. Pak Idris, seorang pegawai yang begitu menyenangkan untuk diajak bekerja, berbagi tugas dan bercerita.
Seluruh pekerjaan yang beliau percayakan kepada saya alhamdulillaah berjalan dengan tertib. Tak henti-hentinya, beliau selalu memberi cara mudah untuk menyelesaikan tugas.
Lima belas bulan kami bekerjasama. Menjadi staffnya pada bagian Umum. Satu tahun lebih tiga bulan termasuk waktu yang cukup singkat untuk sebuah rekan kerja. Bimbingan serta ilmu yang saya dapat dari Beliau memang tak dapat dihitung, terlampau banyak. Namun, tetap saja saya masih merasa kurang.
Masih ingin terus menambah pengetahuan, menggali dan terus belajar bersama Beliau. Seorang pegawai yang sudah cukup senior, kaya akan ilmu. Ingin terus belajar bersama beliau yang tak pelit dengan ilmu yang sudah didapat.
Kedekatan. Kadang saya merasa ngga enak hati jika jalan berdua dengan beliau untuk suatu tugas negara. Ada yang bilang, kalau kami terlalu dekat. Namun, kami tak pernah menanggapi celotehan mungil yang ngga jelas muaranya. Kami menikmati kebersamaan sebagai rekan kerja yang sudah seharusnya sejalan, kompak.
Saya memanggil, menganggap beliau sebagai Bapak. Seperti halnya saya mempunyai sosok Bapak di rumah, Beliau adalah sosok Bapak bagi saya saat di Kantor. Dan ngga pernah menyangka kalau Beliau lebih dewasa satu tahun dari Bapak saya. Hahaha
Untuk sebuah pelayanan dari hati, selalu menimbulkan pro dan kontra. Ada yang menganggapnya terlampau dekat dengan para pencari keadilan. Banyak waktu yang hilang karena terlalu banyak melayani para pencari keadilan dengan total. Terlepas dari pelayanan tersebut, pada dasarnya Beliau adalah orang baik, bertanggungjawab dan cepat dalam menyelesaikan tiap tugasnya.
Bapake! Saya, anak wadon, hanya bisa mendoakan, semoga di tempat kerja yang baru Bapake makin rajin, semangat, sehat dan bahagia selalu. Segala hal baik dikembangkan, dan yang buruk diuncal ke kali. Tetap melayani dengan hati ya, Pak. Tapi, ingat waktu dan juga keluarga di rumah. π Selamat bekerja di tempat yang baru (juga) untuk Pak Elvin, Pak Yitno dan Bu Atun.
Atas sebuah mutasi dan promosi jabatan. Semoga kita semua bisa berjumpa, berkumpul kembali. Β π
kettyhusnia
duuuh terharu. bener2 anak wadon yg hormat karo bapake. aja sedih ya Idah π
Nyong sedih mbanget koh, Kak. π
Salman Faris
huh berpisah dengan orang yang selalu dekat itu memang membutuhkan waktu yang lama, kenangan itu yang membuatnya susah dilupakan
Benar banget, Kak. Huhuhu
Lidya
sekarang sudah ada pengganti bapak kan idah , si mas nya hehehe
Hahahaha. .. π
adi pradana
Perpisahan itu sungguh meninggalkan kenangan manis…
Sungguh, Kak. π
Fahmi
Disetiap perpisahan pasti ada kisah mengharukan tapi pasti ada pertemuan lagi nantinya π
Aamiin. Bisa bertemu lagiih!
monda
bapake pasti terharu baca tulisanmj Idah
Belum saya kasih tahu, Bunda. π
Bunda Salfa
Selalu ada rindu dan kenangan manis pada siapa saja yang pernah bersama lalu pergi… *itu berlaku pada orang baik saja bagiku* hehehe
Samaa… π
shinta
Aku jugaa pernahh buat postingan buat bosku wekekek saking seneng banget punya bos keren dan baik plus pinter pulak
Semoga betah bapake di tempat yang baru biarpun ngga ada anak wadonne yoo
Weeeh…Hahahaa. Iyyaa, betah kabeh. π
tyaseta
Wah kirain ikut lomba selfie
amin ya mak
Ngga…hahaha
waya komala
Kebayang rasanya kehilangan di saat awal-awal perpisahan. Apalagi banyak kenangan ya, Dah. Aku yakin si Bapake juga pasti ngerasain hal yang sama.. π
Semoga, ya. Biar ngga bertepuk sebelah dada. wkwkkw
Echaimutenan
Semoga bapak sukses ditempat baru aamiin
Aaamiin. Makasih doanya ya, Kak. π
Beby
Kalok punya atasan yang baik en kompak sama kita trus akhirnya harus pisah, rasanya sedih jugak yah, Mbak.. Bakalan kangen sama semua kenangan yang pernah ada :’D
Hahaha…komen kamu dalem pisaan, Beb. π