Kecantol Grab di Semarang
Kecantol Grab di Semarang – Aku pernah punya pengalaman yang tak mengenakan tentang pemesanan travel jurusan Semarang-Banjarnegara. Saat itu, aku sedang ada tugas dinas ke Semarang. Dalam kurun waktu dua jam, aku memesan travel sampai tiga kali di agen yang sama. Dududu…
Pertama, karena prediksiku bakal pulang lebih awal kira-kira jam 13.00 WIB, aku menelpon agen travel jam 12.00 WIB. Alhamdulillah masih tersisa dua kursi. Ada rasa takut akan kehabisan tiket, aku pun langsung memesannya. Dan benar, jam 12.00 aku dapat menyajikan laporan yang sudah kubuat. Setelah diteliti oleh pihak korwil, ternyata ada kesalahan input data untuk beberapa akun. Sungguh di luar dugaan. Tanpa berpikir lama, aku menggeser jadwal pemberangkatan travel. Dari yang tadinya berangkat jam 13.00, menjadi jam 14.00 WIB. Hanya selisih satu jam dari pemesanan sebelumnya.
Setelah aku pikir ulang, estimasi yang kubuat asal banget karena aku ngga memperhitungkan waktu ishoma. Sampai jam istirahat selesai, penyajian laporan pun tak kunjung selesai. Duuuh…
Sepuluh menit lagi menuju jam dua. Ketimbang gugup sendiri, aku kembali memutuskan untuk menggeser jam pemberangkatan travel. Betul-betul ngga enak hati sama cs-nya, takut dikatain plin-plan. Tapi mau gimana lagi, risiko dinas luar tanpa diantar mobil dinas ya seperti ini. Dan perlu kalian tahu, aku menggeser pemberangkatan ini sampai tiga kali. Pada akhirnya, dengan berat hati aku membatalkan pemesanan tiket dan pasrah akan sampai rumah jam berapa. Dududuuh…rasanya ngga enak banget. Meski pihak travel ngga mempermasalahkan, tapi rasanya memalukan. Hiks.
Baca cerita tentang Traveling di Semarang.
Waktu itu otak memang lagi ngga fokus kerja. Selain kondisiku sedang kurang fit, Kecemut pun sedang sakit. Makanya saat mengerjakan ulang di sebuah hotel, kerap salah. Beruntung, teman-teman operator satu karesidenan juga ada beberapa yang harus perbaikan. Rasa-rasanya seperti tertolong, antara ada teman seperjuangan dan ada teman bareng saat pulang nanti.
Ya, mereka semua cowok dan sudah sepakat akan pulang malam. Dudududuh…kembali putar otak, ya. Kali ini aku memilih alternatif lain yaitu memesan shuttle. Meski nanti ngga diantar sampai rumah, yang penting bisa sampai Banjarnegara dengan selamat dan lebih cepat.
“Pak, masih ada sisa kursi untuk pemberangkatan jam 18.00 WIB? Turunnya di Banjarnegara.” Lewat telepon, aku kembali memesan transportasi untuk pulang. Kali ini aku optimis kalau pekerjaan akan terselesaikan tepat waktu. Semangat menyelesaikan pekerjaan bisa dibilang menggebu-gebu karena ingin cepat pulang dan ketemu Kecemut lagi.
“Ikut shuttle Sindoro mau? Masih sisa dua kursi.” Mendengar masih ada kuota kursi, rasanya ingin segera terbang sampai agen shuttle. Ngga sabar banget, ya. Hahaha.
Yuhuui…karena shuttle, mereka ngga bisa jemput di tempat. Aku harus ke Terminal Sukun Banyumanik (kalau ngga salah), tempat agen shuttle Sindoro. Ngga masalah karena di Semarang banyak transportasi yang bisa dipesan melalui aplikasi. Dan satu-satunya aplikasi transportasi online yang aku punya saat itu adalah Grab.
Aku download aplikasi ini seperti buat pajangan dowang di handphone. Belum pernah aku pakai sama sekali karena di Banjarnegara belum ada Grab. Navigasinya mudah dipahami, menggunakannya pun mudah. Berasa langsung klik seperti ketemu jodoh, gitu. Apalagi pas lagi butuh, kebetulan ada Grab Car yang sedang jalan menuju hotel tempat acara. Ya sudah, aku langsung gebet mobil Honda Brio warna hitam yang dikemudikan oleh Mas Heri. Saking ngga sabarnya, aku sempat telpon dan beberapa kali chat lewat aplikasi Grab. Idiih…penumpangnya lebih agresif, ya.
Pelayanan transportasi dari Mas Heri ini terbilang memuaskan. Soalnya dia bisa mengkondisikan dan paham betul kebutuhan penumpang. Sebelumnya aku sampaikan bahwa, shuttle yang telah kupesan akan berangkat jam 18.00 WIB. Tahu waktunya cukup mepet, dia menambah kecepatan berkendara, tanpa meresahkan anak gadis yang ada di dalam mobilnya. Udah gitu, dia memilih lewat tol supaya ngga ketemu dengan yang namanya macet.
“Betul, lewat tol saja, Pak. Nanti aku yang bayar e-tol.” Aku mencoba meyakinkan Mas Heri supaya lebih cepat sampai shuttle. Hati ini udah rada panik, Brey.
“Iya, pasti mbak yang bayar, kok. Tapi nanti kalau perlu tak tambahin di nota biar Mbak ngga nombok buat laporan ke kantor.” Aaah..tahu banget kebutuhan laporan buat kantor, ya. Padahal lewat tol cukup membayar 5 ribu saja, tapi Mas Heri tetap menambahkannya di tagihan pembayaran. Gimana ngga kecantol sama Grab, coba? Pengalaman pertama pakai Grab dan mendapat sopir yang pengertian. 😉
Bisa jadi aplikasi dari jasa transportasi online ini akan menjadi andalanku jika pergi keluar kota karena aku lebih sering memanfaatkan transportasi umum. Terlebih kalau ngga dapat pendampingan dari sopir kantor. Kabar baiknya, di Harbolnas tahun ini, ShopBack nawarin Voucher Grab. Tiap pembelian voucher Grab, kamu akan mendapat cashback, potongan harga dan atau diskon sesuai penawaran yang tercantum dalam website. Asyik, kaaaan?
Udah kecantol Grab di Semarang, kira-kira bakal kecantol di mana lagi, yaaaa? 😆
Baca lagi tentang perjalanan dari Kantor Gubernur Semarang ke McD.