Princess dan Cita-cita Semasa Kecil
“Aku ingin menjadi orang penting, orang nomor satu di Indonesia, Presiden. Aku ingin menjadi Petani, biar bisa panen tiap hari. Aku ingin menjadi Dokter, agar bisa nyembuhin Mama kalau demam. Aku ingin menjadiii…” Ada banyak jawaban atas sebuah pertanyaan tentang cita-cita.
Cita-cita yang terpatri semenjak kecil bisa menjadi cita-cita sepanjang masa. Terus berusaha untuk mengejarnya sampai bisa terwujud. Atau, bisa jadi, cita-cita semasa kecil hanya sebatas ikrar dowang. Menyatakan ingin menjadi Princess, atau Frozen, misalnya.
Ya…namanya anak kecil. Terkadang, apa yang diidolakan olehnya, bisa menjadi cita-cita. Ngga memandang idolanya itu hanya ada di televisi atau film. Belum paham yang namanya tokoh fiktif. Karena, yang ada di benaknya hanyalah figur yang cantik, ganteng, kuat, dan baik. Simpel banget, kan?
Seperti yang terjadi pada Minggu pagi, (18/10). Tepat di hari ulang tahunku, Peri Kecil, Roseita, yang biasa kupanggil Rose, mengirim sebuah pesan singkat melalui e-mail.
“Mama punya cita-cita yang belum terwujud? Princess mau doain buat Mama.”
Dia lebih senang menyebut dirinya sendiri Princess. Sebuah nama yang terinspirasi dari film kartun. Kartun apalah-apalah, aku ngga mau menyebutkannya. Takut tambah terkenal.
Aku yang pagi itu baru saja mengaktifkan paket data, langsung membalas e-mail tersebut meski telat lima menit. Ngga ada cita-citaku yang kusampaikan pada Princess. Tapi, karena ada suatu hal yang menjadikanku penasaran, aku membalas e-mail dengan bertanya balik.
“Princess sendiri cita-cita yang belum terwujud apa? Nanti kita panjatkan doa bersama.“
“Mamaaa, selamat ulang tahun, ya. Princess doakan untuk kesehatan Mama dan juga Dede yang masih di dalam perut. Cita-cita Princess ingin menjadi Penari.
Princess tau, Mama pasti ngga suka. Tapi, Princess mau ngajak Dede jadi Penari juga. Nanti kami mau menari bersama-sama. Mau belajar tari tradisional dan balet. Bukan tari modern, Ma. Semoga Mama mau mendoakannya.“
Pada usianya yang ke Delapan, ia mengikrarkan cita-citanya menjadi Penari. Aku tahu, tak ada bakat sedikitpun dalam dirinya untuk menjadi penari. Disamping itu, Princess pemalu. Tapi, aku selalu suka mendengar ceritanya tiap kali selesai les menari. Princess terlihat antusias, semangat mengikuti tiap sesi pelatihan.
Bagiku, bakat bukan menjadi faktor penentu keberhasilan dalam cita-cita. Apalah artinya, jika mempunyai bakat, tapi ngga dimanfaatkan sedikitpun.
Jika memang Princess punya cita-cita menjadi Penari, semoga itu bukan hanya ikrar semasa kecil dowang. Ilmu dasar yang sudah didapat, bisa ia manfaatkan sampai nanti. Sampai ia dewasa, menjadi Guru Tari, misalnya.
Btw, apakah teman-teman punya cita-cita semasa kecil, sampai akhirnya terwujud saat dewasa kini?