5 Hal yang Bikin Betah Kongkow di Warung Stasiun
Sudah tak terhitung berapa kali saya kongkow di Warung Stasiun (WS). Sebentuk Warung yang didominasi dengan warna cokelat berlokasi di Kelurahan Semarang Kidul (SmarKid), Banjarnegara. Tepatnya di Jl. Bambang Sugeng Ex. Stasiun.
Ya, Banjarnegara pernah punya Stasiun, lho. Namun, sekarang tinggal kenangan. Saya pernah mendengar kabar yang semoga ngga kabur, bahwa jalur Kereta Api Banjarnegara akan diaktifkan kembali. Bahagia banget andai terwujud. Ke Purwokerto, atau Wonosobo, tidak akan membutuhkan waktu lama.
Awal nongkrong di sini, tuh, bareng Abang. Puasa tahun lalu kalau tidak salah ingat. Satahu saya, sih, baru grand opening, gitu. Kejutan banget, ternyata yang ngelola WS ini teman-teman Abang sewaktu SD.
Memang, dunia ini selebar daun lumbu, ya. π Banyak cara, dan jalan untuk bersilaturrahim. Hanya dengan melangkah ke Warung. π
Aah…ngga terasa sudah satu tahun beroperasi, dan saya masih sering berkunjung ke Warung Stasiun. Ya…abis WS ini bikin betah, sih. Nongki-nongki santai di sini selama lima jam bisa ngga terasa. Serius, saya sering mempraktikkan bersama kembaran saya, Dina. Hyaah…praktik. Seperti Pak Dokter saja, ya. π
Kira-kira, apa yang membuat saya betah berlama-lama di Warung yang memiliki tagline siapa hendak turut? Terlepas dari adanya fasilitas WiFi, berikut 5 hal yang membuat saya betah kongkow di Warung Stasiun.
1. Susasana Warung Stasiun.
Tidak hanya suasana romatis dengan tata cahaya yang redup. Lokasinya yang berada di jalan raya satu arah pun, tidak membuat WS sepi pengunjung. Semakin lama, justeru makin ramai.
Sebagian pengunjung adalah orang dewasa, anak SMP, dan SMA. Tak heran, jika suasana ramai hanya sebatas ramai pengunjung. Tidak ramai suara. π Ini yang membuat betah.
Ruang bagian dalam sering kami tuju, saat kami ingin duduk lebih lama. Mojok, gitu. π Tapi, kalau ingin lebih segar, memilih outdoor lebih tepat.
Bagi kami, di mana pun tempat duduknya, akan merasa nyaman. Semua bersih. Tak hanya buat ngobrol berdua, berkelompok pun tetap asyik. Sebab, meja yang disediakan WS bukan meja mini sekali, melainkan meja sedang yang bisa buat ber lima.
2. Pelayan dan Pelayanan Warung Stasiun.
Dari awal kongkow di sini, saya terkesima dengan seorang pelayan laki-laki yang serius rajin banget. Rajin bebersih, cepat dalam mengantar makanan, dan juga aktif berkeliling WS untuk mengecek ketersediaan tisu, dan barang lain yang sekiranya dibutuhkan pengunjung.
Laki-laki yang berwajah kalem ini sopan banget. Tiap kali saya memujinya, Dina selalu mengatakan, bahwa itu “sudah kewajiban”. Ya…mau bagaimana pun posisi dia, saya tetap simpatik. Senang melihat kinerja seorang pelayan yang bertanggungjawab.
Begitu juga dengan Mbak Kasir yang penuh energi. Mbak ini selalu fresh, ramah, dan sepertinya jarang terlihat lesu. Mbaknya merangkap sebagai pelayan juga. Mengantar daftar menu, mengambil selembar kertas yang sudah ditulis menu, membacakan kembali, sampai dengan mengkonfirmasikan menu. Maksimal banget kerjanya, ya.
3. Menu Makanan dan Minuman.
Tempatnya pecinta cokelat. Sebuah kalimat yang tertulis di bawah logo Warung Stasiun, rasanya kurang greget. Aduh…saya selalu bawa perasaan, ya. π Sebab, WS tuh lebih dari itu.
Banyak menu yang menarik, khususnya minuman. Dan cokelat WS itu kok, ya, di lidah masih biasa. Rasanya kurang kental. *bawa perasaan lagi* Tapi, bisa jadi yang buat lupa resep, ya. π
Menu makanan dan minuman WS memang standard, dan sederhana. Seperti Nasi Goreng, Menu Rumahan, Penyetan, dll. Tapi, citarasa masakannya begitu enak.
Menu favorit nasi rica-rica ati seharga Rp 10.000 pasti saya lahap habis. Harga makanan di WS juga menggembirakan dompet. Tidak ada yang mahal, semua terjangkau. Begitu juga dengan minumannya.
4. Penyajian Menu.
Agak menurunkan napsu makan, jika menjumpai menu yang tidak fresh tersaji di depan mata. Mentimun, misalnya. Ini sepele banget. Tapi, jika mentimun yang disajikan bersama Nasi Goreng adalah mentimun yang sudah tua, atau mentimun kemarin sore, tetap ngga nikmat, kan?
Tapi, sejauh ini, penyajian macam itu belum pernah saya jumpai di WS. *jangan sampai* Menu pendukung, atau pelengkap yang mereka sajikan selalu fresh. Begitu juga aneka buah yang disajikan dalam segelas fruit punch. Selalu segar, dan bikin nagih.
Menyoal tentang cara penyajiannya dalam menu, Koki WS ahli banget. Menarik tatanannya. Saya jadi penasaran, siapa, sih, Koki WS? Ganteng atau Cantik? π
5. Banyak Camilan.
Iya. Banyak camilan, tapi bayar! Hahaha Ngga afdhol, sebuah tempat kongkow tidak menyajikan camilan. Ngga ada makanan penutup. Aduuh…haruskah bawa dari rumah, ya? π
TempuraΒ adalah camilan yang sering kami pesan.Β Pilih yang ringan-ringan saja. Secara habis makan berat, kan, ya.
Selain tempura, camilan yang sering kami pesan yaitu kentang goreng, sosis, nugget, mendoan, dan masih banyak lagi. Maklum, ya. Kami doyan banget makan, sih. π Btw, camilan di sini murah meriah! Isi banyak, harga dikit. Serius. Aduuh…ini kenapa banyak seriusnya, ya. π
Nah, itulah 5 hal yang bikin saya betah berlama-lama kongkow di Warung Stasiun. Tempat kongkow favorit, yang kini makin banyak perubahan. Adanya wastafel dekat pintu masuk, misalnya.
Sebagai pelanggan, saya banyak berharap, semoga perubahan baik terus ada. Toilet, mushala, sudah ada juga. Tapi, masih terkesan “milik orang dalam”. π
Omong-omong, kalau ada agenda ke Banjarnegara, mampirlah keΒ Warung Stasiun. Nyobain masakannya! π
Warung Stasiun Banjarnegara
Alamat:Β Jl. Bambang Sugeng Ex. Stasiun
Jam Buka
Hari Biasa: pukul 09.00-01.00 WIB
Hari Minggu: pukul 12.00-22.00 WIB
Kontak
Twitter: @warungstasiun
Instagram: warungstasiun
PIN BB: 22AE0DD0
Telp: (0286) 593808
Juvmom
Wah sekarang stasiun banjar jadi kyk gitu yah
Kapan terakhir ke Banjar, Kak? π
Lidya
murah juga ya harga nasi gorengnya. Aku baru merhatiin header idah sekarang nih baru ya π Calon ibu headernya juga makanan nih skr
Ngga baru, Mbak. Random, gitu. π
Keke Naima
kalau murah begitu, saya juga betah berlama-lama hehehe
Sini main, Kak. π
mawi wijna
Kemarin itu Historia Cafe, sekarang Warung Stasiun, pesat sekali perkembangan tempat gaul di Banjarnegara, wekekeke. Bangunan warungnya ini dulu bekas bagian stasiun nggak sih Dah?
Warungnya bukan. Tapi kawasannya. π
Aya
Mbaak, konkow canteekk yaaa hihihihi
Aku juga suka Mbak, istilahnya ‘cangkruk’ hahah
Cangkrukan, ya, Aya. π
Simple Photography
Ngelihatnya dokumentasinya sih asyik banget mbak. Tapi belon pernah sih ke Banjarnegara.
Sini main ke Banjar, Kak. π
Desi
wahhh harganya murah2 yaa….apalagi kalo rasa makanannya enak, beuuh pasti makin betah nongki2 di sana π
Betah banget, Kak. Yakin… π
eda
belum pernah ke banjarnegara π
tapi liat makanannya yg murah meriah, pasti betah di sana nongkrong berlama2…
Jadi ketagihan, kan? π
bisnism
Wah mantep mbak… Saya dari Banyumas… Sebenernya kita deketan yak? Besok kapan-kapan tak main ke Banjarnegara dan coba mampir ke warung stasiun deh. Selain warung stasiun ada apa lagi mbak? Salam dari Banyumas nih… Matur Suwun sudah berbagi
Iyaa…silakan mampir, ya. π
Gylang Tanzila
Daerah stasiun lama jdi warung makan semua apa ya dey? π
Ngga sih, Om. Tepatnya Ruko. Hahaha
Lusi
5 jam itu apa nggak tepos hehehee…. kapan kita nongki disitu?
Ngga terasa, Kak. Asyik, sih, ngobrolnya. π
Ayu Citraningtias
mbakkk.. tak kirain banjarnegara itu kota kecil yg sepi eh ternyata banyak tempat wisata dan nongkrongnya yaa.. maapkeuunnnn hehe
Memang kecil, Yuuu. Tapi, banyak penghuni. Wkwkwk π
Indi Sugar
Wah, kalau hargnya hemat dan makanannya enak pasti betah. Jadi mau nyicipin juga nih π
Main ke Banjarnegara sini, Indi. π
Dwi Puspita
Tea decoconya menggoda selera di siang hari….