Wisata Alam Curug dan Air Panas di Giritirta
Wisata Alam Curug dan Air Panas di Giritirta. Refreshing untuk sekedar melepas rasa penat karena aktifitas ditempat gawean tuh tidak perlu jauh-jauh, cukup dalam kota ajah.
Rencana awal, bulan ini trekking ke Gunung Prau, Dieng (next trip). Namun, karena tidak ada libur panjang, saya pun memilih alternatif jeng-jeng kedua. yaitu mengambil tempat yang bisa dikunjungi dalam waktu sehari. Tak mungkinlah ke luar kota dengan waktu satu hari. Akhirnya, saya pun mengajak adik dan dua teman (Mr. Ari dan Yuni) untuk naik ke puncak gunung. Daerah atas maksudnya dan masih di Banjarnegara.
Kami ber-empat mengunjungi Desa Giritirta. Di Giritirta ini ada beberapa objek wisata alam (dalam satu Desa) yang perlu dikunjungi. Saya dan Adik berangkat dari rumah sudah lumayan siang, pukul 08.00 WIB. Maklum mingguan, banyak tugas rumah yang harus diselesaikan. Padahal dijadwalkan berangkat pukul 07.00 WIB. Kemudian kami menghampiri Mr. Ari dan Yuni yang sudah menunggu di pertigaan Banjarmangu.
Desa Giritirta terletak di Kecamatan Pejawaran, Banjarnegara. Kurang lebih 35 km dari kota. Kami berempat motoran. Boncengan ke daerah atas tuh asik, pepohonannya rindang, silir-silir dan banyak jalan berkelok. Cihuuuy. Jalan berkelok penuh tanjakan ini membuat para pengemudi kendaraan gembobyos kringetan. Gas pool, kurangi kecepatan, rem pool dll.
Melewati Kota–Banjarmangu–Paweden–Karangkobar, barulah sampai ke Pejawaran. Setelah melihat sebuah papan bertuliskan Pejawaran, rasanya tuh lega. Setibanya di daerah Pejawaran, kami langsung mencari Desa Giritirta. Kami ber-empat tidak ada yang tahu persisnya dimana Desa Giritirta berada. Padahal di kota sendiri, ya.
Kurang lebih pukul 10.00 WIB kami melihat gapura bertuliskan “Selamat Datang di Desa Giritirta. Kawasan Curug Merawu dan Curug Genting”. Artinya, kami sudah sampai di Desa Giritirta yang menyuguhkan Wisata Alam Curug. Ya, tujuan utama kami ke Desa Giritirta yaitu menikmati keindahan dua curug yang berada pada satu tempat dan satu arah.
Setelah melihat gapura, kami langsung masuk Desa. Jalan pelan sambil tengok kanan-kiri, siapa tahu ada papan atau plang arah curug tersebut. Pagi hari Desa sepi, karena sebagian besar warga berada di ladang dan galian. Setelah tanya kepada beberapa anak kecil yang sedang bermain, akhirnya kami bisa menemukan jalan menuju curug. Akses atau jalan menuju curug sudah lumayan baik. Dari gapura, jalan sudah diaspal, meski ada beberapa jalan berlubang. Masih wajar sih kolam ditengah jalannya.
Terus berjalan sampai menemukan para bapak dan ibu sedang asik memecah batu. Tidak lama kemudian kami menjumpai tempat parkir motor yang tidak ada penjaganya. Tanpa tukang parkir. Motor pun kami parkirkan. Tak lupa dikunci demi keamanan. Kemudian, kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuju Curug Genting, Curug Merawu dan Air Panas.
Jalan menuju curug berupa jalan setapak yang sudah dicor, pematang kecil yang berada diantara sawah dan ladang sayur milik warga. Tampak pada tulisan, cor-coran ini masih baru. Dibuat pada tahun 2011. Sepanjang perjalanan menuju Curug disuguhi pemandangan hijau sayur-mayur. Ada Kentang, Wortel, Kobis, Daun Bawang, Sledri, Daun Koah Ijo dll. Pemandangan dan perjalanan yang tak akan membosankan.
Setelah menempuh perjalanan beberapa meter, kami menjumpai “gunungan batu” galian C. Kami pun harus berhati-hati. Ketika melewati jalan ini, saya selalu melihat atas, takut kalau tiba-tiba ada bebatuan ngglinding. Padahal sebenarnya tidak ada sih, hanya rasa-rasa saja. Rasa takut.
Kurang lebih 3 km dari parkiran, gemricik air sudah mulai terdengar, penampakan Curug Genting mulai terlihat. Subhanallah, ketika melihat Curug Genting rasanya tuh ingin sekali naik sampai ke atas curug. Terlebih, ketika melihat pancaran sinar matahari yang menakjubkan.
Air terjun ini memiliki ketinggian kurang lebih 70 meter. Kami beristirahat sebentar di Curug Genting. Ingin sekali mendekati curugnya, tapi kelihatannya terlalu sulit. Selain medannya susah, bebatuan licin. Banyak batu besar dan lancip di Curug Genting ini. Saat itu curugnya sepi, tak ada orang lain selain kami. Memanfaatkan waktu semaksimal mungkin, akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan.
Berjalan kurang lebih 1 km, kami menjumpai Air Panas. Panasnya air tidak sepanas air mendidih lho, ya. Anget, tapi kalau kelamaan jadi panas. Debit air tergolong stabil.
Di sini banyak dijumpai anak-anak kecil sedang mandi. Airnya jernih. Namun, lama-lama saya perhatikan, ketika air sudah sampai dibawah, warnanya jadi lain. Agak kekuningan. Apa mungkin karena efek dari sinar matahari atau karena air ini mengandung sulvur, ya?.
Saya urut aliran Air Panas ini sampai ke bawah dan saya pun melihat air panas yang benar-benar alami. Saya melihat samping kanan kiri terdapat lubang-lubang kecil yang mengeluarkan air.
Perjalanan tidak berhenti pada sumber air panas. Masih ada satu curug lagi. Adalah Curug Merawu. Jarak tempuh kurang lebih 1 km dari sumber air panas tadi. Melewati jembatan yang sebenarnya kurang layak digunakan, sudah miring. Bambu berjejer ini diikat menggunakan tambang. Mengerikan sebenarnya. Adik saya terlihat canggung, hampir putus asa untuk melewati jembatan ini. Tapi, karena melihat anak kecil semrinthil melewati jembatan ini, akhirnya dia pun nekat. Dan alhamdulilaah semua selamat.
Curug Merawu mempunyai ketinggian ± 50 meter. Curug ini jauh berbeda dengan Curug Genting. Airnya lebih deras, ramai pengunjung dan untuk menyapa air terjun pun sangat mudah. Saya lihat di sini banyak anak remaja sedang menikmati indahnya air terjun tersebut.
Ya, di samping Curug Merawu terdapat banyak bebatuan yang tersusun alami. Mereka (para lelaki) mencoba untuk naik dan berfoto di atas bebatuan. Viewnya lebih indah. 😉
Oiya, di bawah Curug Merawu juga terdapat sumber air panas (lagi). Air panas menghadap ke kiri sungai. Itu lho disamping tiga bocah cilik. Curug Merawu beserta air panas bermuara di Sungai Merawu. Air dari sungai (curug) ini dimanfaatkan untuk mengairi sawah, ladang milik warga. Berarti, tak kenal musim kemarau. Btw, jadi penasaran sendiri, ada apa dengan Merawu? Sejarah Banjarnegara juga nyenggol-nyenggol Sungai Merawu. Yaaa, meski beda tempat siii.
Tentang Aksesibilitas
Perlu diketahui, wisata alam ini dinikmati secara gratis. Tanpa tiket parkir dan tiket masuk wisata. Tapi, tidak menutup kemungkinan satu atau dua tahun kedepan Wisata Alam ini sudah mulai dikelola oleh pemerintah daerah.
Ada dua alternatif transportasi menuju Pejawaran. Pertama, menggunakan transportasi umum minbus (mikro) sampai ke Kec. Pejawarana, Rp 8.000. Kemudian dilanjut menggunakan mobil bak untuk menuju ke Desa Giritirta. Kurang lebih tarifnya Rp 5.000. Tarif untuk 1 kali jalan. Kedua, menggunakan sepeda motor. Jangan lupa, bensinnya di full-kan, Rp 25.000 PP. Tambahan opsi, bisa menggunakan mobil pribadi. Perkiraan akan menghabiskan bahan bakar minyak empat liter.
Mengenai tempat makan, di Desa ini belum ada semacam kedai. Hanya ada warung kecil milik warga setempat. Jika ingin makan (kuliner), Anda bisa menikmati Soto Mba Yutie, di Desa Banjarmangu. Atau bisa singgah di Paweden. Bisa juga singgah di pasar Karangkobar. Boleh juga kalau singgah di rumah saya.
Wisata Alam Curug Genting, Air Panas dan Curug Merawu mungkin belum dikenal banyak orang atau wisatawan luar. Jangankan wisatawan, masyarakat Banjarnegara saja sepertinya belum banyak yang tahu tentang wisata alam di Giritirta ini. Yaaaaaaa, semoga banyak masyarakat dan wisatawan yang mempunyai keinginan untuk mengunjungi dan melihat pesona air terjun ini. Sampai kelak bisa menjadi objek wisata yang bisa mendatangkan rejeki bagi warga setempat dan pemerintah daerah juga.
Imam Sujaswanto
Wisata yang dekat dengan rumah memang banyak menghemat kantong ya Mbk.
Apalagi tanggal tua, capek deh…
Saya juga sering berkunjung ke tempat wisata dekat dengan rumah.
Minimal satu hari bisa refresing sepuasnya.
Ayo jalan-jalan ke Jember.
Tempat wisata deket rumahmu apa saja, Mas? ^_*
afan
Indonesia itu indah banyak objek wisata yang murah.. jadi ngapain harus jauh2 ke luar negri? … 🙂
Transportasinya yang mahal ya, kaaaak. . .hihihihi ^_*
Niar Ningrum
enak sekali yaa ada curug di dalam kota, coba di sby sda mana ada, harus ke trawaas atau ke malang sekalian 😀
bagus tuh buat refreshing mbak idah 😀
Main ke Banjar sini, Niar. ^_*
Aming
keren euy fotonya air terjun nya,
jd kangen ke curug…sebab terakhir kali ke curug di sukabumi 5 thn lalu…
Air terjunyya juga keree, Kakaaaak. ^_*
Lidya
asyik ya Idah, bisa berendam tanpa harus masak air panas hehehe
Bisa buat obat juga lho, Teh.. ^_*
Ejawantah Wisata
Tempatnya bagus mba, kalau di buat wisata petualaagan di daerah tepat itu enak juga. Apalagi kalau ada home staynya di sana. Jati seperti di daerah goa pamijahan. Trims atas share pengalamannya. He,,, he,,, he,,,,
Salam wisata
Kalau dari Dieng pulang lewat Banjarnegara bisa menjadi objek wisata nih, Pak. Hehehehehe. ^_*
mami zidane
curugnya indah ya idah….
semoga ke depan nya bisa di kelola dengan baik oleh pemda setempat ya, sayang kalo hanya di biarkan begitu saja.
Aamiin.. . ^_*
Niken Kusumowardhani
Indahnyaaa… Tempat2 yang masih belum banyak pengunjung begini rasanya segar sekali bisa ke sana.
Main ke sini, Bund. 🙂 ^_*
Ibrahim Sukman
inyong wong purbalingga, tapi koq tidak pernah ke tempat itu yah? Jadi penasaran yakin Mbak Idah…
Nyong wingi kang Sanggaluri. 😀 ^_*
kartika
Asri bangeeetttt .. pengen ke curugnya ^^ kayaknya enak berendam dibawah air mengalirnya.. hihihi ^^
Ayoo ke sini, Jeng. ^_*
nophi
kalau di malang, air terjun itu coban hehehe.. Memang seru ya.. jadi ingat kalau wisata alam sama teman-teman kuliah dulu.. rame..
Ciee, nostalgia nih, Mba. ^_*
De
pemandangan banjarnegara dan dieng tuh emang bagus yah.
tapi lihat foto kondisi jembatan kok agak ngeri
Gak apa2, Mba. Yang penting jalannya hati2 ya. ^_*
istiq
woowww…pengen sana deh mbaakk
Kapan ayooo, Mba. .. ^_*
Lyliana Thia
waaaah segernya liat foto2 & cerita Idah…
nah Idah nulis disini jg salah satu bentuk promosi tmpt wisata curug & air panas giritirta yah nggak..
mudah2an kapan2 aku bisa kesana 😀
Ayooo ke sini, Mba. Ajak Vania. :D^_*
Pakies
duh ngeliat jembatan itu kok nggak tega jika bawa anak kecil, padahal tempat itu menyimpan potensi keindahan yang sangat bagus
Terpenting kalau nyberang hati2, Pak. Tenang. . 🙂 ^_*
Abi Sabila
Sepertinya ada salah penulisan pada jalan setapak menuju curuk, maksudnya memang 2011 tapi kok tertulis 20011?
Benar, Bi. Mangkannya saya foto. Hihihihi ^_*
prih
Postingan ini membuktikan, rekreasi tidak harus jauh dan mahal, alam sekitar kita memyuguhkan keindahannya.
Berharap postingan ini juga menjadi masukan berharga bagi Dinas Pariwisata Banjarnegara, lebih untuk aksesbilitas dan keamanannya.
Salam wisata ya Idah….
Berharapnya sih sperti itu. Ada tanggapan dari dinas terkait. 🙂 ^_*
keke naima
kyknya main air di sana segeeerr 🙂
Segernya pakai bangettt. .. 🙂 ^_*
Lusi
Kalau di air terjun itu sebalnya yang pake naik dulu tinggi baru turun kebawah. Yang kayak gini biasanya cuma lihat dari kejauhan aja foto2 wkwkkkk…. Tapi kalau yg posisi masuknya pas dibawah air terjun, sudah pasti nyemplung semua heheheee
Gak tahan sama ademnya si ya, Mba. Hahaha ^_*
lestari
waah. .mau d0nk diajak mbk idah jalan2 kesana. . 😀
rumahq purblgga mbk. . kmaren pertama ngerti ada curug itu karena liat di tv. . kalo gak salah masuk di pr0gram acra plesiran
Kapan ke Banjar, Mba? 🙂 ^_*
dika
destinasi wajib nih…
saya asli banjarnegara malah blm pernah ke situ
Aseli mana, Dika? ^_*
chusnanto poetra
wah mnding tu dr pd kedieng kedinginan mndng ke curug genting ada air panas’a lagi
Tergantung minats sih, menurut saya. ^_*
abi gilang
Asyiiik boleh wisata kuliner ke rumah Idah 🙂 Janji yaa ntar kapan2 akang ke banjarnegara mo kuliner ke rumah Idah
Kapan ke sini, Kang? 😆 ^_*
Zizy Damanik
Aaah… Asyik bener mandi di bawah air terjun begitu. Perlu deh nih, keliling-2…
Main sini, Mba. Ajak Vay. ^_*