Haid Tidak Lancar Karena Beban Kerja, Cari Solusinya!

Solusi Haid Tidak Lancar – Stres di tempat kerja itu kayak tamu tak diundang, tiba-tiba datang dan bikin suasana hati jadi enggak karuan. Rasanya enggak ada yang kebal dari stres ini, apalagi kalau pekerjaan makin numpuk dan tekanan datang dari berbagai arah. Cuma bisa komentar: pilih semangat atau pilih resign, kawan? Hahaha.

Baru-baru ini semakin banyak pengguna tik tok membagikan video tentang teman-teman di tempat kerjanya yang toxic dan sukses bikin mental terganggu. Aku sempat menonton salah satu video tiktok (vt) seorang guru muda yang memutuskan untuk keluar dari tempat kerjanya karena merasa sudah lelah banget hidup dan bekerja di lingkungan toxic.

Yaps! Lingkungan kerja toxic ditambah beban kerja yang enggak sesuai bisa menjadi salah satu penyebab utama stres di tempat kerja. Nah, kalau sudah merasakan stres, bagaimana bisa bekerja dengan nyaman dan dapat menyelesaikan semua pekerjaan tepat waktu?.

Haid Tidak Lancar Karena Beban Kerja, Cari Solusinya!

Keputusan untuk keluar dari dunia kerja memang kadang memang enggak masuk akal. Apalagi jika sudah mendapatkan posisi idaman semua orang dan gaji yang layak, pasti akan menjadi bahan omongan atau banyak orang yang mencibirkannya sekalipun keputusan tersebut sudah melewati banyak pertimbangan.

Stres di Tempat Kerja: Jangan Sampai, ya! Apalagi Buat Working Mom, Bisa Bikin Haid Tidak Teratur.

Saat ini, banyak orang yang lebih memilih menjaga kesehatan mentalnya ketimbang mempertahankan nominal uang yang bisa buat digunakan sebagai bekal semasa hidupnya. Mereka enggak mau bekerja di bawah tekanan karena dapat menyebabkan burnout alias kelelahan mental. 

FYI, salah satu penyebab utama kelelahan mental atau stres di tempat kerja yaitu karena beban kerja yang nggak merata.

Bayangin saja, ada satu orang di tim yang kerja keras sampai enggak sempat ngopi, sementara teman lain terlihat punya banyak waktu untuk bersantai-santai sambil scroll media sosial. Melihat “pemandangan” seperti ini, tentu rasanya enggak adil, kan? 

Nah, pemerataan beban kerja bukan cuma soal keadilan, tapi juga kunci buat menjaga kesehatan mental semua orang di tempat kerja. Terlebih buat working mom atau para perempuan, stres dikit bisa bikin terlambat haid atau haid tidak teratur. Ada yang pernah mengalami, Bun? Hihihi. Stres dan kecemasan memang dapat mengganggu produksi hormon reproduksi dan ovulasi yang mempengaruhi siklus haid. Kalau sampai terjadi hal demikian, kita harus mencari solusi. Mulai dari mengambil tindakan mungkin dengan mengambil cuti, sharing beban kerja kepada atasan, sampai dengan mencoba untuk minuman pelancar haid. Tindakan tersebut harus dicoba karena bisa menjadi salah satu solusinya supaya nggak telat haid.

Lalu, Bagaimana dengan Solusi Jika Mengalami Haid Tidak Lancar?

Mungkin banyak yang belum paham tentang batasan telat haid atau datang bulan. FYI, telat haid atau amenorrhea adalah kondisi dimana siklus menstruasi lebih panjang daripada siklus menstruasi pada umumnya. Rrata-rata, siklus haid berlangsung selama 28 hari setelah hari terakhir menstruasi meskipun setiap orang berbeda-beda. Normalnya, siklus menstruasi akan berlangsung selama 21-28 hari setelah hari terakhir menstruasi.

Buat ladies yang sering telat haid, bisa mencoba cara alami yaitu dengan konsumsi kunyit yang dapat mendukung kinerja organ tubuh, termasuk organ-organ sistem reproduksi atau jahe yang kaya akan gingerol atau komponen yang bisa mempengaruhi produksi estrogen. Kita juga harus menjaga pola hidup sehat, ya. Solusi lainnya yang mungkin paling dirasa cukup berat yaitu kita harus bisa mengontrol berat badan untuk menekan ketidakseimbangan hormon dan mengoptimalkan fungsi reproduksi tubuh.

Bagaimana dengan Solusi Jika Mengalami Haid Tidak Lancar

Baca juga: 13 Cara Mengatasi Telat Haid, Aman dan Praktis

Bekerja Sesuai Beban Kerja.

Pernah enggak, sih, merasa overwhelmed alias kewalahan dengan pekerjaan? Atau mungkin malah kebalikannya, merasa pekerjaan kita terlalu sedikit hingga jadi bosan? Dua-duanya enggak enak, ya. 

Aku pernah di fase sering lembur dan bawa kerjaan pulang ke rumah. Ya Allah, demi apa pun itu, kerja di rumah betul-betul enggak nyaman dan susah fokus. Apalagi sekarang sudah punya dua anak. Beruntung masa-masa itu hanya terjadi saat aku masih single. Insya Allah fase membawa pekerjaan kantor ke rumah enggak bakal terulang lagi karena saat ini aku bekerja sesuai dengan beban kerja.

Nah, dalam artikel ini, aku mau berbagi pandangan dan pengalaman tentang bagaimana rasanya bekerja dengan beban kerja terlalu berat, terlalu ringan, dan pas. Siapa tahu, ceritaku bisa jadi inspirasi buat kamu yang lagi mencari ritme kerja yang sehat.

Ketika Beban Kerja Terlalu Berat.

Aku pernah berada di posisi ini. Waktu itu, aku baru diterima kerja dan qodarullah di bagianku banyak pegawai yang usianya sudah enggak muda lagi. Ya…kira-kira 55+ lah. Hihihi.

Awalnya sih senang sekali karena pada akhirnya aku bisa mendapatkan pekerjaan dan diberi banyak pekerjaan yang artinya akan mendapatkan banyak pengalaman kerja. Tapi nggak lama-lama aku mulai merasa kelelahan. Pekerjaan menumpuk, dan mereka mulai banyak bergantung padaku. Enggak jarang aku kerja lembur sampai larut malam, bahkan di akhir pekan. Hahaha.

Efeknya? Aku jadi cepat marah dan merasa enggak punya waktu untuk diri sendiri. Burnout datang menghampiri, dan rasanya seperti berada di titik terendah dalam karierku. 

Setiap kejadian pasti memberikan pengalaman atau bahkan pelajaran tersendiri. Satu hal yang paling aku ingat dari pengalaman ini bahwa kita harus berani bicara. Jangan ragu untuk berdiskusi dengan atasan kalau merasa beban kerja sudah enggak masuk akal. Ingat, kesehatan mental dan fisik lebih penting daripada segalanya.

Ketika Beban Kerja Terlalu Ringan.

Sebaliknya, ada juga masa di mana aku merasa beban kerja terlalu ringan. Ini terjadi setelah aku mendapatkan mutasi internal lintas bidang. Dari yang tadinya bekerja enggak kenal waktu menjadi enggak tahu mau ngerjain apa lagi. Hahaha.

Awalnya memang enak, enggak terlalu sibuk. Tapi lama-lama, tentu merasa bosan, sangat bosan dan merasa enggak berkembang. Rasanya seperti “datang, duduk, bekerja bentar, pulang,” tanpa ada tantangan yang berarti.

Pengalaman ini mengajarkanku bahwa terlalu sedikit pekerjaan juga enggak baik. Kita butuh pekerjaan yang bisa menantang kemampuan dan memberi kita rasa pencapaian. 

Nah, kalau teman-teman ada yang sedang di fase ini, coba bicarakan dengan atasan untuk diberikan tanggung jawab lebih. Atau, cari pekerjaan sampingan yang bisa membuatmu lebih produktif. Gabung dengan tim kreatif kantor, misalnya. Hahaha.

Pentingnya Beban Kerja yang Sesuai.

Dari dua pengalaman di atas, aku belajar bahwa kunci kebahagiaan dan produktivitas di tempat kerja adalah beban kerja yang sesuai. Bukan terlalu berat, tapi juga enggak terlalu ringan. Beban kerja yang pas itu seperti olahraga: cukup menantang untuk membuat kita berkembang, tapi enggak sampai membuat kita cedera.

Kita dapat menjaga kesehatan mental dan fisik. Beban kerja yang pas memastikan kita tetap sehat secara mental dan fisik. Kita punya waktu untuk bekerja, istirahat, dan melakukan hal-hal lain yang kita sukai. Selain itu, kita juga bisa fokus dan bekerja lebih efektif. Enggak ada tekanan berlebihan atau waktu yang terbuang sia-sia karena kita produktif. Dengan pekerjaan yang cukup menantang, kita merasa puas setiap kali berhasil menyelesaikan tugas. Ini penting banget untuk menjaga motivasi dalam bekerja.

dampak beban kerja berlebihan

Pengalaman Mendapatkan Beban Kerja yang Pas.

Aku sangat bersyukur karena saat ini aku berada di fase di mana beban kerjaku terasa benar-benar pas. Pekerjaan dibagi dengan adil, dan ada ruang untuk diskusi kalau ada yang merasa kewalahan. Iya, di tempat kerjaku ada agenda briefing rutin mingguan. Dalam briefing selalu ada komunikasi tim. Arahan-arahan dari atasan disampaikan dalam pertemuan dan semua pegawai juga punya hak yang sama untuk menyampaikan kendala, saran, dan kritik.

Hasilnya? Aku merasa lebih produktif dan puas dengan pekerjaan yang aku lakukan. Bahkan, aku merasa jadi lebih kreatif karena punya cukup waktu untuk mengeksplorasi ide-ide baru. FYI, beban kerja yang pas ini baru aku dapatkan beberapa minggu ini. Hahaha. Pengalaman ini mengajarkanku bahwa lingkungan kerja yang mendukung sangat berpengaruh terhadap bagaimana kita menjalani pekerjaan sehari-hari.

Bekerja Sesuai Beban Kerja: Kunci untuk Tetap Produktif dan Bahagia.

Stres di tempat kerja memang enggak bisa dihindari sepenuhnya, tapi kita bisa belajar mengenali penyebabnya dan mencari cara untuk mengatasinya. Ingat, kita bukan robot. Tubuh dan pikiran punya batasan. Jadi, jangan terlalu keras pada diri sendiri.

Bekerja sesuai beban kerja itu memang enggak selalu mudah dicapai. Tapi, dengan komunikasi yang baik, pengelolaan waktu yang tepat, dan dukungan dari tim, itu bukan hal yang mustahil. Ingat, pekerjaan itu bagian dari hidup, bukan seluruh hidup. Jadi, jangan biarkan pekerjaan yang nggak seimbang merusak kesehatan mental dan kebahagiaan, ya.

Semoga teman-teman bisa menemukan ritme kerja yang pas, supaya bisa semakin produktif di mana saja dan dapat merasakan bahagia saat bekerja.

You Might Also Like

Leave a Reply