Jelajah Curug Sikopel Bareng Vinslog dan Explore Babadan
Aaaak…aku mau norak dulu, yaaaaa. Jai nih, blog post ini telah publish di Majalah Candi Edisi Agustus. Majalah yang ditebitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah. Yeeeea la la la la. Eh, sebenarnya ini bukan kali pertama tulisanku terbit di sana, sih. Sebelumnya, tulisan berjudul warna-warni agrowisata lembah asri juga pernah mejeng di sana. Bedanya, objek wisata yang aku tulis kali ini adalah destinasi wisata milik kota kelahiranku, Banjarnegara. 😆 Jadi ya, tambah bungaaaah!
Yaudaaaaah, pamer noraknya cukup sekian. Lanjut baca pengalamanku jelajah curug sikopel, yuuuk! 😆
Sehari sebelum berangkat jelajah, ada sedikit drama yang bikin galw dan sedih. 😀 Aku mendapat kabar dari Mas Ofie, aktivis pokdarwis Babadan yang ada di balik akun instagram @explorebabadan. Dia mengabarkan bahwa ada pohon tumbang di Desa Clapar, dan pohon tersebut menghalangi lalu lintas jalan. Sedihnyaaaa. 🙁
Melihat besarnya pohon melalui foto yang dibagikan, sepertinya akan membutuhkan waktu lama untuk dapat menyingkirkannya sampai bisa dilewati kendaraan. Pasalnya, hari sudah sore, kira-kira jam 16.00 WIB. Kami pun hanya bisa pasrah menunggu kabar dari Mas Ofie.
Sekadar informasi, kontur tanah mulai dari Desa Clapar sampai Pagentan cukup labil, dan rawan longsor. Makanya, jalan menuju Desa Babadan pun tidak mudah. Ada beberapa titik jalan yang rusak meski ngga terlalu parah. Beberapa kali telah diaspal pada titik jalan tersebut, tapi ngga bertahan lama. Beruntung, bebatuan kecil yang cukup tertata sudah kuat tertanam. Jalan pun dapat dilewati kendaraan dengan aman, meski tetap harus hati-hati.
Alhamdulillaah, pagi hari ada kabar baik dari Mas Ofie yang tak lain mengabarkan bahwa lalu lintas di Desa Clapar sudah kembali normal. And yeeey, Curug Sikopel menjadi destinasi jelajah pertama bareng teman-teman @vinslog. 😆
Lapangan Desa Babadan…
Perjalanan dimulai dari The PIKAS yang merupakan titik kumpul paling strategis. Kami termasuk golongan orang beruntung karena hari itu cuaca sangat cerah. Ngga kebayang, jika hujan. Uumh…pasti perjalanan akan terasa lebih panjang, dan kenyataan pahit eksplor bisa dibatalkan. Menyedihkan.
Melewati Pasar Madukara, Desa Clapar, dan sampai pada jalan menanjak, terus menanjak. Temurun, lalu berliku. Menanjak, dan sesekali harus melewati jalan rusak. Persis perjalanan hidup, ya. Ngga melulu mulus, ada rintangannya. Hihihi. Kami pun terus menikmatinya dengan tawa alih-alih mensupport sepeda motor yang kami naiki agar tetap kuat. Sekuat kami yang mengendarainya.
Kurang lebih enam puluh menit perjalanan yang telah ditempuh, kami pun sampai pertigaan antara arah kanan menuju Kecamatan Batur, dan terus lurus menuju Curug Sikopel.
Jelajah ditemani @explorebabadan dan @nonakeripik. . .
Sekadar informasi, di sini ada dua warung makan. Ada baiknya isi perut dahulu jika sudah terasa lapar, karena trekking Curug Sikopel cukup panjang. Jalan setapak naik turun, tentunya akan menghabiskan banyak energi. Sebenarnya di tempat parkir Curug juga terdapat warung kecil, tapi baru menyediakan air mineral dan camilan. 😉
Dari pertigaan, hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk sampai area curug. Sesampainya di tempat parkir, kami membayar biaya parkir Rp 2.000 per kendaraan, dan tiket masuk Rp 3.000 per orang. Harga tiket yang sangat terjangkau untuk sebentuk wisata alam, bukan?
Mengenakan kaus oblong warna abu-abu dengan panorama Sikopel yang melekat di dadanya, Mas Ofie berjalan ke arah kami. Kami langsung bisa menebak bahwa itu Mas Ofie meski sebelumnya kami belum pernah berjumpa. Ya kan di profil whats app ada fotonya yang kece itu. Hahaha.
“Luar biasa medannya, Mas.” Aku menepuk bahu Mas Ofie sebagai pengganti salam sapa. Dia hanya mengangguk, dan memberi senyum termanis yang menurutnya bisa menghilangkan lelah. Ya ampun, narsis banget, ya.
Eh, Mas Ofie tuh punya tim yang siap menemani wisatawan eksplor curug di Babadan, termasuk Curug Sikopel ini. Selain Mas Ofie, kami ditemani Mas Mahdun, ketua Pokdarwis setempat. Mantap jiwa! 😆
Melewati gapura bertuliskan “Curug Sikopel”, trekking pun dimulai. Beberapa gazebo yang berdiri di tengah hutan, seakan memanggilku, mengajak bercerita. Namun aku harus menemui Sikopel terlebih dahulu. Layaknya teman, aku dadah-dadah kepada si gazebo sembari berteriak: ‘heeei, nanti aku akan menemuimu.’ Teman-teman yang jalan bersamaku nampak bingung dengan tingkahku. Mirip orang sinting kalaik, ya. Hahaha.
Memandang Sikopel dari jauuuuh…
Babadan, sebentuk Desa di Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, mulai diburu wisatawan karena banyak “surga tersembunyi” di dalamnya. Keindahan alam bernama curug di Babadan memang ngga hanya satu, dua, yang dapat dieksplor. Namun ada satu yang sudah dikenal dan memang istimewa, yaitu Curug Sikopel.
Sikopel merupakan curug yang begitu menarik dan eksotis. Yang membuat curug ini istimewa, karena debit airnya lebih tinggi dibanding curug lainnya di Babadan. Ini juga menjadi salah satu alasan para wisatawan menjadikan Sikopel destinasi utama saat jelajah Babadan. Selain itu, terdapat dua curug lagi di lokasi yang sama. Yaitu Curug Silunjar dan Curug Sijurang.
“Kamu baik-baik saja, Dah?” Tanya Gianti sambil membersihkan lensa kameranya yang hendak digunakan untuk merekam jejak.
Hosh…hosh…hosh…
Suara napas mulai terdengar tak beraturan. Aku yang berjalan berdampingan dengan Umi, merasa ngga enak. Padahal perjalanan baru dapat setengahnya, dan jalan terus temurun. Ngga kebayang saat pulang nanti, harus naik, dan terus naik. Beruntung, Mas Ofie dan mas Mahdun selalu di belakang kami. Mereka jalan pelan sambil bercerita, dan sharing tentang Curug Sikopel yang katanya akan mulai dipercantik dengan selfie deck dan peraga lain yang dapat menarik perhatian wisatawan.
Karena sedari awal trekking sudah mendapat view Sikopel dari atas yang sangat menggoda, aku pun terus semangat jalan dooongs. 😉
Byuuuur…duduk di depan Sikopel ini…
Dua puluh menit trekking, curug paling istimewa sudah di depan mata!
“Aaaak….segar banget!” Teriakku sambil lari menuju bibir Sikopel. Debit airnya memang tinggi, aliran airnya deras banget, dan mata airnya begitu bening. Rasa-rasanya ingin segera menyatu. Sayang banget, Mas Ofie ngga mengizinkan kami “memeluk” Sikopel. Ya, wisatawan ngga diperbolehkan mendekat, apalagi mandi tepat di bawah curug Sikopel. Wisatawan hanya diizinkan menyapanya sampai batas berupa bebatuan besar yang biasa digunakan untuk berfoto dengan background Sikopel.
“Bawah curug persis berbentuk mangkuk, dan entah berapa kedalamannya. Ngga datar seperti curug pada umumnya. Takut wisatawan ngga bisa mengendalikan diri karena derasnya air.” Jelas Mas Mahdun.
“Tapi kalian bisa main air di aliran sungai ini. Deras juga, kan.” Tambahnya.
Sumber air lainnya…
Sekadar menyegarkan kaki, aku bersama Umi dan Gianti, turun ke Sikopel sampai jarak kurang lebih sepuluh meter dari air terjun. Sementara Mas Imam, Mas Jeim, Mas Mefta, terlihat sibuk memainkan kameranya. Ada juga yang merekamnya menggunakan drone, Si Rois. 😉
Berbeda dengan mereka, aku malah ngoceh sendiri di depan kamera, membuat vlog centil. Hahaha. Seakan ngga peduli lensa kamera kena percikan air terjun, vlog centil terus berlanjut. 😆 Setelahnya, bingung kamera menjadi lambat buat ngeshoot. Wkwkwk
Curug Sikopel cukup luas. Diambil dari sudut manapun, ia tetap terlihat gagah dengan debit airnya yang tinggi. Ia tetap terlihat eksotis dengan bebatuan tua berlumut di sekitarnya. Ia tetap indah dengan rimbunnya pepohonan di sekelilingnya.
Sikopel, curug paling istimewa di Babadan. Sesekali, datang lah ke Babadan untuk menyapanya, menikmatinya. Dan kalau masih punya banyak waktu, sambangi juga Curug lainnya. Tinggal kontak mamas-mamas @explorebabadan, mereka pasti akan mengantar kalian ke Curug Sirongge, Curug Sicode, Curug Silumpang, dan Curug Sigopet, yang lokasinya ngga jauh dari Sikopel.
Makasih banyak buat @explorebabadan!
Noe
Adeeem bgt suasana air terjun tuh ya, ah jd pingin ke air terjun jg, tp lg hamil gini euy. :/
vanisa
awas jatoh mbaak
Neli Tanzila
Entah kapan bisa ke curug.. ??
hastira
wah curugnya tinggi pastinya di sana seger udaranya
parararam
keren aer terjunnya, deres juga airnya.
gus bolang
curugnya mirip dengan air terjun yang ada di lumajang mbak kalau gak salah coban kabut biru heheh salam kenal mbak ….
Kopiah Putih
Wah.. tambah eksis aja nih kalo sudah masuk majalah. Semoga Kopiah Putih segera menyusul. ?
Burung Sikopelnya juga keren. Beneran gagah airnya.
Salam hangat dari Bondowoso.
farida
wah, asyik ya suasananya. terimakasih sudah berbagi 🙂
Jiah Al Jafara
Aliran sikopelnya deres banget Mbak, kelihatannya sih
Jadi kangen pengen jalan2 ke air terjun juga
Pu
Mandi di aliran yg biasa, demi keamanan. Kelihatan segerrr
nulis
Jauh ya, 60 menit. Tapi pasti lega rasanya kalau sudah sampai di tempatnya 😀
Ella Fitria
Dulu sebelum aku bisa gabung dengan Vinslog ketjeh.. Semoga bisa nyusulin ke curung sikopel… Ckckck
Gallant
Adem banget itu pasti di sana
RETNO ANBARINI
Seru ya. Jalan kesananya lewt mana sih?