Solusi Pegiriman Wesel Pos untuk Instansi
Rutin tiap seminggu sekali ada satu pegawai kantor dimana saya bekerja, yang ditugaskan untuk mengirim dan mengambil wesel pos ke Kantor Pos. Wesel pos tersebut bukan milik pribadi, melainkan milik kantor. Beuuh…kaya raya banget seandainya bisa ambil wesel pribadi seminggu sekali, ya.
Proses pengiriman wesel pos pada instansi (dalam hal ini instansi pemerintah), ternyata tidak seefektif pengiriman wesel pribadi yang pernah saya tulis. Pengiriman wesel untuk instansi membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Minimal satu jam untuk lima belas wesel yang akan dikirim, belum termasuk antre. Kenapa? Karena ternyata pihak kantor pos harus menginput data dua kali. Kebayang saat mengirim tiga puluh wesel, ya. 😆
Data pertama yang dimasukkan yaitu data pribadi pengirim sesuai identitas yang dimiliki (KTP, SIM atau kartu identitas lainnya). Kedua, data Instansi terkait, hanya menyertakan nama instansi dan alamat.
Kenapa harus dua kali memasukan data? Apakah tidak bisa kalau hanya identitas pengirim atau instansi saja?
Boleh, kok. Hanya saja nanti hasil outputnya berbeda. Jika hanya nama pribadi yang diinputkan, maka nama kantor tidak tercatat dalam wesel. Padahal, pengiriman wesel ini atas nama kantor. Ya, kan untuk keperluan kantor, tidak mungkin menggunakan nama pribadi. Uang negara, lho. 😆
Adanya dua inputan ini bertujuan agar nama pengirim yang tercatat nantinya adalah nama instansi, bukan nama pribadi. Ini untuk memudahkan pelacakan nantinya. Bisa jadi, hasil output berupa keterangan nama akan tercatat semua. Ya, nama pengirim yang tercatat pada wesel nantinya akan mencantumkan nama kantor diikuti dengan nama pengirim. Kantor Ceris (Idah), misalnya.
Lalu, kenapa harus disertakan pula data pengirim yang dalam hal ini adalah pegawai? Karena, instansi tidak mempunyai nomor identitas seperti halnya kita, insan soleh sholehah yang diberi nomor unik oleh negara, yang diberi yaitu nomor identitas. 😆
Kelengkapan dokumen pengiriman wesel untuk instansi memang tidak sebanyak wesel pribadi. Kami hanya menyertakan selembar kertas yang berisi alamat tujuan, besarnya uang yang akan dikirim, biaya kirim dan berita singkat. Tidak mengisi formulir yang telah disediakan oleh pihak kantor pos.
Meski mengirim dan mengambil wesel memang sudah menjadi tugas. Tapi, kalau harus menunggu lama untuk setor berikut antre, kok rasanya eman-eman waktunya, ya. Menunggu dua jam sampai selesai, misalnya. Waktu selama dua jam untuk jam kantor sangatlah berharga, meski pekerjaan pengiriman wesel juga sudah menjadi tugas. Ada banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam waktu dua jam. Twing!
Sebagai informasi, pengiriman wesel pos yang saya tulis di sini adalah pengiriman wesel pos antar instansi yang sama, satu atap, untuk keperluan sama, hanya beda kota. Untuk lebih efektif dan efisien, tadinya saya mempunya ide. Seandainya:
masing-masing instansi mempunyai rekening bank khusus untuk pengiriman uang tersebut, maka akan lebih efektif dan efisien. Banknya sama, tinggal transfer melalui ATM atau M-Banking, selesai. Tidak ada biaya kirim. Berbeda dengan wesel pos yan ada biaya kirim Rp 10.000 untuk pengiriman di bawah Rp 200.000. Tapi, ternyata tidak semudah itu. Bhahaha. Mana bisa instansi membuat ATM, ya. Dangkal banget idenya, ya. Emang! 😛
Gagal banget dan coret idenya! Bhahaha Melihat seringnya pegawai kantor A (ngga boleh sebut merek) mengirim wesel yang kadang antrenya sampai puluhan orang, pegawai kantor pos pun turut memikirkan nasib pelanggan satu ini.
Terus berpikir, mencari solusi bagaimana agar pegawai kantor A tetap bisa mengirim wesel tanpa harus mengorbankan banyak waktu. Ini ngga rela berkorban banget, ya. Padahal, kan, memang sudah ada aturannya harus dikirim via wesel pos. Pegawai ngeyel!!! 😉
Teman-teman saya yang soleh dan solehah punya solusi pengiriman wesel untuk instansi, tidak? 😉
Alris
Saya jadi malas kirim uang pakai wesel pos. Dulu gampang asal kita datang ke kantor pos kita dilayani. Penerima nanti yang dimintai tanda pengenal sesuai nama penerima. Sekarang dimintai data diri pengirim (nama lengkap, nmr ktp) dan data penerima (nama lengkap, nmr ktp). Ribet. Siapa yang mau ribet di jaman internet ini. Orang dibuat mudah ini malah kok sukanya ngerepotin, gak maju tuh kantor pos. Makanya bumn itu gak maju2. Kirim paketpun sekarang saya pakai tiki jne, lebih terpercaya. Semoga curhat saya ini dibaca orang kantor pos.
Semoga pihak kantor pos ada yang baca, ya. 😀
toko kaos valentino rossi
iya benar sekarang kalau ngirim uang ribet, dulu gamapang banget tinggal nagsih uang, sekarang nambah ribet
Cieee…selow saja, Pak. 😀
mawi wijna
Hmmm… gimana ya? memang kalau dari sistem tiap instansi mesti punya identification key yang unik (primary key). Kalau nggak ada ini ya tetap bakal susah. Kalau yang sekarang diinput dua kali itu kan bisa bikin data redundant.
Eh, ini yang seperti itu sebenernya bukan wewenangnya kantor pos sih. Mestinya kementrian dan menurutku harus sesegera disiapkan identification key itu ntar klo nggak semakin lama datanya semakin banyak dan kompleks.
Eh, ini masalah juga udah kompleks ya Dah? Hahahaha
Mubeng kalau ngomong database yo. 😀 😀
Reservasi
Susah juga mengirim via wesel ya? Paling mudah sekarang ini kan bisa kirim dengan menggunakan e-banking atau atm 🙂
Maunya, deh. 😀
Obat Kanker Otak Alami Tanpa Operasi
terimakasih sudah mengijinkan saya untuk berkomentar,
Iya…sama2. Makasih sudah berkunjung, ya. 😀
Jarwadi MJ
kalau memperhatikan cara mengantar barangnya yg sopan dan prosedural, aku kira pos lebih baik dari jne, kelebihan jne menurutku hanya karena dekat banget dengan tempatku, hihi
JNE sopan juga, kan? 😀
Lusi
Ya ampun barutau instansi masih pakai wesel. Kirain instansi sudah punya rekening seperti halnya rekening perusahaan yang administrasinya diurus oleh bendahara. Selain ribet, bahaya juga ya hari gini masih berurusan dg cash?
Hihihi. . . selama ini sih aman2 saja, Mbak. Hanya saja sistimnya lho. dua kali input. 😀
Lidya
oh ternayta wesel masih dipakai ya aku piki rudah semuanay transfer bank
Masih banyak yang pakai kok, Mbak.
😀 😀
ahlun
saya juga rutin ke kantor pos tiap bulan, buat ngambil kiriman WU 😀
Cieeeh. . . 😀
galih n gumilar
mantap dah artikelnya kawan.
Yayayaya… 😀
Ayu Citraningtias
kalo dikantor aku emang pake rekening, mbak. dan emang bekerja sama dengan satu bank. bahkan bank tersebut buka cabang khusus PT. menurutku lebih mudah pake rekening sih. cara pengiriman juga mudah bisa disesuaikan dengan nominalnya, bisa transfer langsung atau pake kliring. menurutku lebih aman aja sih.
Semoga kedepannya bisa gitu, ya. 😀
nophi
Aku tidak tahu sih ini kasusnya sama atau tidak, jadi cuma sharing saja ya
Kalau ditempatku harus setor jasa PNBP ke negara setiap hari, dulu teman-teman masih pakai slip biasa gitu bisa di bank atau kantor pos, masalahnya sih sama lama karena setor beberapa slip. Sekarang agak lebih mudah karena sudah ada kode billing jadi sebelum antri ke bank sana sudah diinput di aplikasi. identitas pengirim dan penerima plus rincian biaya yang dibayarkan kemudian keluarlah kode billing. Jadi pas di bank tinggal kasih kode billing saja otomatis sudah tertransfer data yang diinput.
Tapi ini kirimnya ke satu tujuan gitu sih,, kalau idah ke kantor lain lain ya? hehee *mikir lagi
HoOh, kalau pajak sekarang sudah online. Tapi di Bank tetap antre, ya. Hihihi Ini kantor pos agak beda, sih, mbak.
HM Zwan
masih pake wesel??hihihi..baru tahu juga. lumayan disitu lebar kantor posnya,di Siak kecik bangettt,panasss,lumayan antrilah kalo bayr bulanan hehe
jadi inget,aku terakhir dapet wesel itu taunnn….2003 xixixixi.
Pas masih di pesantren ya, Kak? 😀