Relaksasi di Wisata Pendidikan Kampung Damar
Tiap hari yang dikerjakan seputar itu-itu saja. Mengurus anak dan keluarga. Menyiapkan perlengakapan kerja untuk suami dan diri sendiri. Menyelesaikan tugas sebagai ibu rumah tangga dan juga tugas-tugas kantor yang terus bertambah tiap harinya. Hanya seputar itu, tapi aku kerap merasa butuh relaksasi untuk sekadar mengendurkan otot, otak, dan mencerahkan mata yang hampir tiap hari menghadap layar notebook.
Aku beruntung punya pasangan yang begitu pengertian. *uhuuuks. Ngga perlu nunggu diajak jalan, dia udah punya planning untuk jalan ke sana, ke sini, ke sana lagi, ke sini lagi, yang penting keluar dari rumah dan itu ngga jauh-jauh dari sekitar kota. Cinta produk dalam kota. ๐
Keterbatasan waktu, tenaga, dan tentunya lembaran rupiah di dompet, menjadi alasan utama bagi kamiย untuk piknik atau sekadar relaksasi di dalam kota. Apalagi sekarang ada Yasmin. Kami harus betul-betul bisa memilih tempat yang ngga hanya nyaman bagi diri sendiri, tapi baginya juga.
Adalah Wisata Pendidikan Kampug Damar, sebuah tempat wisata yang dikelola oleh Perhutani BKPH Banjarnegara sukses menyita perhatian kami.
Saat perjalanan ke Desa Pesangkalan untuk menghadiri acara sowan ngalas, kami melihat tempat ini ramai karena hari itu akan diresmikan sebagai tempat wisata. Niatnya, sepulang dari acara, aku bersama suami dan Yasmin akan mampir. Tapi ternyata ngga kesampaian karena waktu sudah sore.
“Kapan-kapan kita ke sini, yaaaa.” Di atas sepeda motor dengan laju pelan, suami seakan membuat janji akan mengajak kami ke Kampung Damar.
Lokasinya di pinggir jalan raya, tepatnya di Desa Watubelah, Kecamatan Pagedongan, Banjarnegara. Tempatnya teduh karena banyak pepohonan di dalamnya. Miripย rest area,ย tapi bukan. Bagi kami, tempat ini seperti punya daya tarik tersendiri meski kami ngga tahu ada apa saja di dalamnya tentunya selain pohon pinus yang terlihat jelas dari luar.
Perjalanan dimulai…
Tempat ini kembali menyapa ingatan suami. Sayangnya dia hanya hanya ingat taman wisata, ngga menyebut nama tempat. Aku sempat terkecoh, kukira taman letnan karjono yang pernah kami kujungi. Untungnya, dia masih ingat acara sowan ngalas, aku pun langsung menyebut Kampung Damar. Dan ternyata betul!
Setelah mempersiapkan perlengkapan piknik, kami pun berangkat ke Kampung Damar jam 07.00 WIB dari rumah. Kami sengaja berangkat pagi karena berencana untuk sarapan di sana. Ini sarapan ngapain jauh amat, ya? Hahaha. Ngga usah heran, kami sering melakukan hal ini, kok. Khususnya wisata dengan nuansa alam. Makan dengan menggelar karpet, dikelilingi pepohonan, udara sejuk, nikmat pun makin terasa. Dan ini membuat kami ketagihan. ๐
Perjalanan dari tengah kota dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 30 menit. Sebenarnya dekat, akses jalan pun sudah baik, hanya saja banyak kelok dan tanjakan. Makanya, ngga bisa terus-terusan menambah kecepatan. Apalagi membawa si kecil, kami memilih untuk lebih menikmati perjalanan.
Tiba di Kampung Damar…
Tiba di lokasi, kami langsung menuju tempat parkir yang berada di dalam. Di depan pintu masuk, nampak ada pos jaga. Namun saat itu ngga ada yang menjaganya padahal weekend, lho.ย Di sekitarnya hanya ada seorang lelaki paruh baya yang sedang menyapu halaman parkir. Pikirku, dia lah penjaga yang merangkap sebagai tukang bersih-bersih. Tapi ternyata bukan.
“Tempat ini ngga terjaga. Bebas biaya masuk, dong?” Pikirku saat itu. Berjalan kurang lebih sepuluh meter dari area parkiran, ada seorang lelaki yang memanggil kami.
“Mas, bayar tiket masuk dulu.”ย Kami kaget, karena hanya suara yang terdengar. Tak lama kemudian, muncul sosok laki-laki mengenakan seragam hijau perhutani dari rumah yang katanya akan dijadikan warung. Ya, tepat di kiri tempat parkir, berdiri sebuah ruang yang cukup luas. Karena ngga ada informasi tentang ticketing di sana,ย kami memilih untuk terus berjalan tanpa masuk ke ruang tersebut.
Ekpektasiku, tiap pengunjung yang datang ke sini akan mendapat pendampingan dari petugas. Ya, jalan-jalan dengan didampingi petugas, lalu mereka bercerita tentang Pohon Damar, mulai dari konsep, alasan pemilihan dan penanaman, pembibitan, sampai dengan manfaatnya. Namanya wisata pendidikan, ya. Kan biasanya sarat informasi. Tapi ternyata mereka melepas perjalanan kami tanpa memberi informasi suatu apa. *belajar mandiri
Setelah membayar tiket masuk Rp 3.000 per orang, kami lanjut jalan mencari tempat yang nyaman untuk duduk santai karena Yasmin masih bobok. Untungnya kami membawa karepet, jadi bisa menidurkannya.
Ada empat lantai Kampung Damar. Lantai pertama ada spot berfoto yang cukup manis. Selebihnya, lahan ini dipakai untuk menaruh bibit pohon damar yang masih di dalam polyback. Lanjut lantai dua, ini kompleks tempat parkir, calon warung, gazebo, dan tanaman pohon damar yang baru ditanam. Lalu di lantai tiga, selain ada pohon damar yang audah tertanam, terdapat bak besar penampung air. Dan lantai akhir, di sini disediakan tempat khusus untuk duduk. Tempat duduk yang terbuat dari pohon ini membentuk persegi. Dengan latar belakang pohon pinus dan tentunya pohon damar, lumayan bagus buat foto-foto. Di sini dibuat selfie deck juga, lho.
Sambil menunggu Yasmin bangun, aku bersama suami menuju lantai dua. Ada beberapa pohon yang nampaknya baru ditanam. Tingginya kira-kira 50 cm, di sampingnya terdapat label yang bertuliskan nama penanam. Bupati, misalnya. Mungkin Pohon Damar itu yang menanam adalah Bapak Bupati.
Tak jauh dari pintu masuk, tepatnya di lantai satu, ada ribuab bibit Pohon Damar berjejer rapih. Dari banyaknya Pohon Damar yang menghiasi kampung ini, sebenarnya aku ngga begitu paham manfaatnya kecuali tentang pengambilan getah yang dipakai untuk membuat lilin. Hahaha. Minim banget pengetahuanku, ya. Tapi tak mengapa karena masih bisa dipelajari sepulang dari Kampung Damar.
Asyiknya nih, meski konsep mereka adalah wisata pendidikan, di sini disediakan tempat khusus untuk duduk dan foto-foto. Seperti yabg sudah kusebut di atas. Ada sebuah gubug kecil lengkap dengan tempat duduk memanjang, di sini lah pengunjung bisa narsis. Mumpung Yasmin masih bobok, aku bersama suami menghabiskan pose sambil cekikikan karena benar-benar alay. Seperti pasangan yang sedang mabuk asmara,ย gitu.ย Sungguh, moment ini tak terduga. ๐
Hari mulai siang, namun si kecil belum juga bangun. Kecemutku bisa pules banget boboknya padahal di hutan. ๐ Karena ngga bisa meninggalkannya terlalu jauh, kami putuskan untuk ikut tiduran. Tiduran sambil bercerita sampai akhirnya Yasmin bangun karena mungkin brisik.
“Hayuuk bangun, makan duluu.” Matanya masih sayu, tenaganya belum terkumpul. Sembari menunggu moodnya, aku mempersiapkan makanan.ย Satu per satu bekal aku keluarkan, bukannya dia tertarik makan, malah minta jalan-jalan. ๐ Anak yang satu ini emang hobi banget jalan. Asli. Untung aku sempat membeli Cilok, akhirnya dia memilih untuk makan Cilok dulu. Ada yang ngemil, ada yang minum kelapa muda, ada yang memilih untuk mulai sarapan. ๐ Makan bareng, tiduran di tengah kampung damar, gini aja sukses bikin kami rileks. Uwwh…
Amunisi yang aku bawa saat itu terbilang lengkap. Sampai air untuk cuci tangan. Tapi melihat ada kran air, kami girang banget karena baru pertama kali mendapati fasilitas semacam ini di tengah hutan. ๐ Mungkin digunakan untuk menyiram bibit Pohon Damar tiap harinya kalik, ya.
Suami berusaha menjaga jarak supaya air ngga sampai kena baju Yasmin, tapi ternyata airnya hanya mengalir sebentar saja. Hahaha. Mungkin karena dari atas belum dialirkan sih, ya.
Keliling kampung damar…
Usai sarapan, kami lanjut jalan-jalan keliling Kampung Damar. Jangan dibayangkan kelilingnya sampai habis tenaga, ya. Kami hanya jalan beberapa meter dowang ke tempat yang lebih asyik buat foto-foto. Hahaha. Yuup, lantai paling atas.
Di sini disediakan selfdeck, dan masih sederhana banget. Pun dengan tempat duduknya, warna kayunya masih original.ย Hahaha. Etapi karena konsepnya wisata pendidikan, mungkin mereka ngga memaksimalkan spot-spot untuk foto. Tempat duduk dicat warna-warni, misalnya. Kan makin ramai tuh, ya. ๐
Di sini kami ngga lama, hanya duduk-duduk dan nyobain selfdeck. Pinginnya sih meneruskan jalan ke atas sampai perkebunan warga, tapi sudah terlalu siang. Kami pun memutuskan untuk meninggalkan Kampung Damar.
Jalan keluar sampai di tempat parkiran, kami bertemu dengan petugas dari Perhutani yang sedang menata ulang bibit pohon damar. Pak Sam, namanya. Dari informasi yang kami dapat darinya, ternyata konsep wisata pendidikan ini berlaku bagi siapa pun yang memang ingin belajar di sini, semacam riset, gitu. Seperti teman-teman dari sekolah atau perguruan tinggi yang pernah melakukan penelitian di sini.
Tapi ya itu, karena keterbatasan tenaga, mereka ngga bisa mendampingi satu per satu pengunjung yang datang ke Kampung Damar. Jika perlu pendampingan, pengunjung bisa langsung ke basecamp Kampung Damar yang lokasinya di atas tempat parkir. Minta lah kepada petugas untuk mendampingi tiap langkah kalian. ๐
Mumpung Yasmin bobok… ๐
Menurut Pak Sam, ke depannya di sini akan dibuatย camping ground. Spot foto pun pelan-pelan akan dipercantik. Tak dipungkiri, tempat wisata tanpa spot foto memang rasanya kurang lengkap. Sekalipun itu wisata pendidikan. Tapi menunggu dana yang entah datangnya dari mana karena pemasukan dari tiket masuk wisata sudah dimanfaatkan untuk pemeliharaan dan kebersihan Kampung Damar. Butuh sentuhan dari pemerintah daerah, sepertinya.
Anindita Ayu
Waah, boleh dicoba nih mak wisata pendidikan ke Kampung Damar.. ^^
Agung Rangga
Wiiih, asri banget tempatnya! Kalau saya sih bakal betah banget jalan-jalan di sana~ ๐
Ella
Foto terakhir *slim* buanged
Idah Ceris
Makasiih, Kaak. ๐
Tari
Yaampuuun. ini tiket masuknya cuma 3juta doang kak !!! (3rebu dianggap 3juta *kids jaman now).
Sumpaaah ye murve banget tiketnya. Dan kalo kesini aku mau puas puasiiin keliling kampung.
Mas Darsono
Wah..plesiran anyar kiyeh…
Layak dicoba ๐
Masuknya kecamatan mana yah bun?
mutia
Masih alami banget…Semoga tetap terjaga.