Singkirkan Semangat Menaklukan Gunung
Rabu (14/12), aku bersama empat belas teman Blogger menghadiri undangan Kongres Gunung yang berlokasi di Lapangan Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga.
Kongres yang diselenggarakan oleh Dinbudparpora Kabupaten Purbalingga tidak hanya mengundang Blogger. Mereka yang tergabung dalam komunitas pecinta alam, para pendaki, dan perwakilan dari instansi, juga turut hadir.
Bertempat di dalam tenda, Kongres dimulai tepat pukul 10.00 WIB, setelah para peserta menikmati camilan khas Purbalingga dan juga pertunjukan seni kuda kepang.
Ketika masuk ke dalam tenda, rasa rindu kepada gunung muncul seketika. Memang, tenda yang digunakan untuk Kongres bukan sejenis dome, melainkan tenda yang biasa dipakai untuk kegiatan out door seperti kemah. Rindu makin menggebu saat melihat banyak carrier yang berderet di bagian belakang tenda. Gilaaa…hampir dua tahun aku tidak menyusuri hutan, tidak pula berkomunikasi dengan gunung.
Kegiatan olahraga mendaki gunung tiap dua bulan sekali pernah menjadi agenda rutinku kala itu. Saat statusku masih single dan jonesssss maniees. xixixi 😆 😛 Adalah Gunung Prau. Dengan 2565 mdpl-nya, gunung tersebut selalu sukses membuatku bahagia karena ada banyak kisah yang tercipta di sana.
Bagiku, sebentuk gunung yang berada di Kabupaten Wonosobo, telah menjadi sahabat baik. Jika ada dari kalian yang suka menyendiri di tepi pantai untuk sekadar menenangkan hati, maka aku memilih gunung untuk melakukan hal yang sama. Udara segar, hutan lebat, pepohonan nan rindang, dan hembusan angin sejuk khas gunung. Rasa-rasanya apa yang kuceritakan kepada ‘sahabat’ cukup terbalas.
Belum lagi, saat menyaksikan matahari tenggelam, sunrise, atau mendapat bonus awan yang terlihat jelas dan dekat dari puncak, sungguh ia menjadi sahabat yang paling baik.
Ya, gunung adalah sahabat manusia. Dia menjadi sebaik-baiknya sahabat yang akan terus memberi manfaat bagi manusia. Tentunya dengan dilandasi oleh kesadaran, bahwa manusia hidup wajib berusaha untuk kebaikannya, sekalipun Tuhan yang menentukan.
“Sebagai manusia, kita wajib memelihara dan menjaga hutan sebagai ‘pakaian’ gunung. Kalian perlu tahu, bahwa gunung-gunung di Indonesia, khususnya, sekarang dalam keadaan sakit akibat perilaku manusia yang kurang menghargai.” Budayawan Ahmad Tohari, memulai sharing dengan memberi pemahaman dan sentuhan khusus tentang gunung.
“Pakaian yang seharusnya dirawat, kadang dengan sengaja ‘ditelanjangi’ dari tubuhnya untuk kepentingan manusia. Bahkan, wilayah kakinya sampai digerogoti.” Lanjut Pak Tohari yang saat itu menjadi pembicara Kongres Gunung dengan judul makalah ‘Jangan Lupa Berterima Kasih Kepada Gunung.‘
“Jika teman-teman di sini mengaku telah mencintai gunung, kira-kira apa yang telah kalian lakukan untuknya?” Pak Tohari memberi pertanyaan ringan kepada para peserta, namun tidak seorangpun yang menjawabnya. Termasuk aku yang memilih untuk diam karena memang tidak punya keberanian menjawab. Xixixi Terlebih saat itu, hadir juga Prof. Ris. Dr. Ir. Sutikno Bronto dari Pusat Survei Geologi, Badan Geologi Kementerian ESDM, sebagai pembicara. Beeeuh…udah deh, cukup menjadi pendengar yang bijak. Hihihi
“Sebenarnya kongres ini lebih tepat jika judulnya ditambah. Dari Kongres Gunung menjadi Kongres Gunung Api, karena kongres kali ini akan fokus berdiskusi tentang Gunung Api. Gunung Slamet, khususnya. Gunung terdekat dari Lapangan ini.” Ungkap Pak Bronto sebelum beliau memaparkan makalahnya yang berjudul ‘Gunung Api Sebagai Pendukung Kesejahteraan Manusia: Pandangan Geologi.’
Saat ini, tidak sedikit masyarakat yang menyadari bahwa ada sebentuk gunung yang ikut andil mendukung kesejahteraan manusia. Terlebih gunung api, ia banyak memberi manfaat bagi kehidupan manusia. Sudah menjadi keharusan manusia betul-betul berusaha menjadi sahabat baiknya. Menjaga, memperlakukan gunung layaknya manusia. Turut merawat hutan yang mana menjadi ‘pakaian’ bagi gunung.
Mencintai gunung dengan cara menjaga dan merawat pepohonan dengan baik. Itu baru dua aset penting agar gunung terus lestari. Belum sampai pada pengelolaannya. Termasuk sampah yang kerap tertinggal di atas puncak. Entah tertinggal, atau ditinggal. Padahal kita semua harusnya tahu, bahwa manusia akan semakin makmur dan sejahtera bila mereka dapat mengelola gunung dengan bijaksana.
“Terus tanamkan prinsip bermanfaat, aman, dan lestari, serta dilandasi oleh kesadaran bahwa manusia hidup diwajibkan berusaha, sekalipun Tuhan yang mentukan.”
Dengan gaya bicaranya yang santai, Pak Bronto menghimbau, mengajak kami untuk menerapkan tiga prinsip yang telah disebutkan. Warga yang tinggal di sekitar gunung api, khususnya. Karena mereka mempunyai kelebihan dalam hal rasa memiliki, kesadaran, tanggung jawab dan mencintai. Pun dengan cara memperlakukannya, akan lebih bijaksana.
“Andai di bumi tidak muncul gunung, permukaan bumi tetap rata, maka secara teori tidak akan muncul kehidupan di permukaannya.”
Statement di atas membuatku makin menyintai gunung. Membuatku makin sadar bahwa gunung begitu berarti bagi hidup dan kehidupan manusia. Manusia harus banyak bergerak untuk kelestarian gunung. Wajib menjaga, menghargai, melestarikan, dan mengelola gunung dengan benar. Tidak asal-asalan dalam memperlakukannya. Adanya dataran tinggi, dataran rendah, permukaan-permukaan miring, terjadinya hujan, sampai dengan terciptanya sungai, itu karena adanya gunung.
Sekali lagi, betapa gunung itu penting bagi hidup dan kehidupan manusia. Maka dari itu, mulai sekarang singkirkan semangat menaklukan gunung.
“Semangat ‘penaklukan gunung’ sampai ke puncaknya yang mungkin dianggap lebih keren, terlanjur merasuk, pelan-pelan mulai disingkirkan dan menggantinya dengan semangat membaca gunung demi menghargainya sebagai pemberi sumber kehidupan.” Budayawan Ahmad Tohari kembali mengajak kepada seluruh peserta untuk lebih menghargai gunung.
“Kalian dapat menaklukan gunung atau tidak, gunung tetap berada pada tempatnya. Kepuasan setelah sampai puncak, ada baiknya diungkapkan dengan bersujud, mencium, memeluk dan ungkapan lain yang lebih menghargai gunung.” Pungkas Pak Tohari.
Acara Kongres Gunung tidak hanya sampai pada sesi sharing materi dengan pembicara karena kongres ini mempunyai tujuan memberi kesadaran kepada manusia terkait dengan ancaman dan manfaat gunung bagi kesejahteraan hidup manusia. Maka dari itu, usai sesi sharing, peserta kongres dibagi menjadi dua kelompok dengan harapan nantinya ada langkah dan tindakan kongkrit dalam upaya pelestarian lingkungan atau ekosistem gunung.
Kelompok pertama yaitu Mitigasi Bencana diperuntukkan bagi peserta yang punya minat khusus menangani bencana atau punya pengalaman tentang penanggulangan bencana. Lalu, Kelompok kedua adalah Manfaat Lestari khusus bagi peserta yang kerap ikut kegiatan bersama para pecinta alam. Mencintai dan melestarikan lingkungan.
Diskusi yang dimulai pukul 14.30-20.00 WIB, berhasil mencetuskan deklarasi Gunung Api. Sebagai perwujudan sikap dan gerak laku gunung api, masyarakat gunung api menyatakan:
- Memandang Gunung Api sebagai rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa untuk kemakmuran kehidupan manusia;
- Siap mengupayakan dan menjaga keharmonisan kehidupan di gunung api;
- Siap mengupayakan dan menjaga kelestarian kehidupan di gunung api;
- Siap mengoptimalkan kemanfaatan Gunung Api untuk kemakmuran kehidupan sesuai asas keamanan dan kelestarian;
- Siap guyup, bahu-membahu, bekerjasama untuk hidup dan menghidupkan gunung api.
Lima butir pernyataan telah dideklarasikan bersama delapan puluh peserta kongres gunung api pada tanggal 14 Desember 2016, pukul 20.15 WIB. Atas dasar poin kelima, dua pembicara kongres gunung api berharap, agar segera dibentuk paguyuban yang dikelola oleh masyarakat yang tinggal di daerah Gunung Slamet.
Minimal ada dua paguyuban yang dikelola dengan baik, yaitu paguyuban yang fokus dengan kelestarian gunung (paguyuban lestari) dan paguyuban yang fokus dengan bencana (paguyuban sosial).
Bila ada satu sahabat (baca: gunung) yang ‘sakit’ atau terkena bencana, ada baiknya masyarakat yang tinggal di sekitar gunung turut prihatin, membantu mereka baik secara materi maupun moril. Karena tidak ada seorangpun yang tahu datangnya bencana.
Wadiyo
Salam kenal
Asik dan seru banget sepertinya,
kapan ada acara seperti ini…
bagi-bagi info-nya kalau ada event seperti ini lagi ya Mbak.
terima kasih
monda
gunung sebagai sahabat ya .., jadi bisa tau bila gunung dalam masalah
seperti penggundulan dll
keren banget deh acaranya
Zizy Damanik
Pengen bisa beneran naik gunung.
Tapi belum siap menghadapi nanti buang air nya bagaimana, hahah.
Kalau fisik bisa dilatih, cuma mental untuk buang jahat di hutan ini nih..
Yudi
Wah.. Jadi semakin pengen naik gunung…
Soalnya di Kalimantan gak ada gunung… ?
Indah Nuria Savitri
Seru bangeeeet.. udah lamaaa ngg naik or trekking ke gunung daaah.. pemandangannya pasti cakep
View Bojonegoro
Kunjungan perdana, salam kenal 🙂
mampir ya di blog baruku, terimakasih 🙂
Jual daun bidara
cieee yang tahun baruan di gunung, ikut duonk
Rifqy Faiza Rahman
Hiks sepertinya seru dan keren kongres ini, buat belajar 🙂
Saya sendiri pribadi kurang setuju dengan kata ‘menaklukkan gunung’, 🙂
Lombok Wander Tour
Ayo tetap semangat 45 !!
Dhanang Sukmana Adi
bener-bener asik jalan jalan sama dinpar ya kak..hmm aku juga mau tuh kalau di ajakin lagi 😀
Nur
Pengalaman seperti ini yang amazing. Tulisannya keren kak