Rencana Ngedate Setelah Covid – Ini yang bakal aku lakukan jika Covid-19 berakhir. Tema hari ke tujuh #30DayBlogChallenge yang diselenggarakan oleh BPN (Blogger Perempuan Network) memberi angin segar dan optimisme jika wabah virus corona di Indonesia akan segera berakhir.
Rasa-rasanya seperti mimpi setelah beberapa bulan banyak menjalankan kegiatab #DiRumaAja dan sudah mulai terbiasa membatasi kegiatan di luar rumah, tapi nantinya harus kembali menjalankan aktivitas seperti biasa sebelum ada pandemi covid-19. Pasti butuh penyesuaian lagi, kan. Apalagi penyebab untuk tetap di rumah saja yaitu karena adanya wabah virus yang membahayakan, selain membutuhkan penyesuaian, pasti tetap ada rasa was was untuk kembali hidup normal dan bertemu banyak orang termasuk keluarga, saudara, dan teman.
Agenda naik transportasi umum, misalnya. Ya, saya punya agenda bulanan naik Bus bersama kecemut. Tiap bulannya, saya selalu menyempatkan baik untuk sekadar jalan berdua (atau istilah kami adalah ngukur dalan karena hanya mengikuti kemana Bus melaju), maupun untuk pergi keluar kota untuk suatu keperluan.
Ngedate Menggunakan Transportasi Umum.
Saat di dalam Bus, Kecemut punya kebiasaan berdiri di atas kursi sambil pegangan besi supaya tetap aman saat kendaraan melaju. Maklum, sudah besar sukanya ngga mau dipegangin. 😀 Sementara saat ini, masyarakat dihimbau untuk tidak sembarangan memegang benda-benda karena ada kemungkinan virus corona menempel pada benda-benda.
Nampaknya memang sepele perihal himbauan untuk tidak memegang benda-benda di tempat umum. Namun jika sudah tahu dampaknya, ketika wabah berakhir pun sepertinya masih parno untuk hal ini, ya. 😀
Jadi, jika Covid-19 berakhir, saya ingin kembali mengajak Kecemut untuk naik bus. Saya juga punya janji akan mengajaknya naik Trans Jateng dengan rute Purbalingga-Purwokerto. Dalam hal ini, tentu kami tidak hanya berdua, ada Tante Bening yang biasanya menemani perjalanan kami.
Rencana Ngedate Setelah Covid Berlalu.
Pasti ada tujuan karena sebelum datang wabah Covid-19, kami sempat ada janji untuk staycation, renang, termasuk naik Trans Jateng. 😀 Ada keinginan juga untuk mengajak Kecemut ke toko mainan yang lumayan banyak pilihan di Purwokerto karena di Banjarnegara jarang banget toko mainan anak yang lengkap, gitu.
Kalau orang lain sudah menulis banyak keinginan atau bahkan telah menyiapkan sederet whistlist saat Covid-19 berakhir, saya cukup satu saja dulu yaitu ngedate. Kangen rasanya lama tidak tatap muka, jalan bareng meski ujung-ujungnya duduk dowang, ngobrol yang selalu tidak ada muaranya, nyobain kuliner baru, atau dibayarin pas nonton. 😆 Siapa yang lagi punya duit, ya berarti dia yang menanggungnya segala pengeluaran. 😀
Semoga wabah virus corona cepat berakhir, ya. Simulasi akhir pandemi Covid-19 di beberapa negara yang saya baca di website Kumparan, wabah Covid-19 di Indonesia bakal berakhir di bulan Juni. Semoga masyarakat Indonesia mau kerjasama melawan Corona lebih gigih lagi.
Eh, cukup satu dulu whislistnya, selebihnya menyusul kalau sudah ketemu. Soalnya harus berhitung dulu biar ngga tekor, sih. 😀
Cara Mengurangi Risiko Terinfeksi Virus Covid-19 – Saya termasuk orang yang paling parno ketika mendengar kabar tentang penyebaran virus covid-19 di Indonesia. Saking parnonya, saban hari saya aktif melakukan update berita tentang virus tersebut melalui gawai.
Ada rasa khawatir bahkan takut ketika bertemu dengan rekan kerja yang berdomisili di zona merah. Yups, rekan kerja saya, tuh, dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Makanya hampir tiap hari saya update kota atau kabupaten yang sudah masuk zona merah. Kurang kerjaan banget ngga, sih? Dan lama-lama lelah otak ini, Sist. 🙁 Terlebih saat membaca berita tentang perjuangan para tenaga medis dan beberapa dari mereka ada yang pada meninggal dunia. Hati ini rasanya nyeri.
Keluarga, khususnya Ibu saya, sempat mengatakan bahwa saya terlalu berlebihan dalam menyikapi pandemi ini. Lha gimana saya bisa santai, ya, secara di dalam perut ini ada satu nyawa yang harus saya jaga. Ini yang paling membuat saya was was. Yaa…meski dengar-dengar virus tersebut kecil kemungkinan menyerang pada bayi yang masih dalam perut tapi sebagai seorang Ibu, saya harus ekstra menjaga kesehatan dan terus melakukan tindakan preventif agar terhindar dari penyebaran virus covid-19.
Omong-omong tentang tindakan preventif, setidaknya ada 4 cara mengurangi risiko terinfeksi virus covid-19 dengan melakukan langkah pencegahan sebagai berikut:
Yuk! Sering Mencuci Tangan.
Sering mencuci tangan merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan. Apakah kalian masih ingat ada peringatan hari cuci tangan sedunia? Sebuah kampanye global yang dicanangkan oleh PBB bekerjasama dengan organisasi-organisasi lainnya baik pihak pemerintah maupun swasta untuk menggalakkan perilaku mencuci tangan dengan sabun oleh masyarakat sebagai upaya untuk menurunkan tingkat kematian balita dan pencegahan terhadap penyakit yang dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup manusia.
Tata cara mencuci tangan dengan benar pun sering disosialisasikan, ya. Tidak asal-asalan. Disarankan banget, mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan menggunakan sabun. Ini cara paling efektif. Namun, jika tidak mendapatkan air bersih, kalian bisa menggunakan cairan antiseptic berbahan dasar alkohol.
Oiya, ada baiknya menyediakan air bersih atau antiseptic di depan rumah untuk para tetamu yang hendak masuk ke rumah. Lebih baik menjaga, bukan?
Tetap Jaga Jarak dengan Siapapun!
Ketika tempat-tempat umum mulai menerapkan himbauan untuk jaga jarak, tidak sedikit orang yang berkomentar bahwa hal ini berlebihan. Apalagi ditambah keluarnya himbauan untuk tidak berkerumun, sangat berlebihan, katanya. Namun, banyaknya edukasi perihal jaga jarak ini, pelan-pelan masyarakat dapat menerima dan melaksanakannya.
Jaga jarak ini tidak hanya berlaku antara orang yang sehat dan sakit. Sesama orang sehat saja sekarang harus jaga jarak karena virus covid-19 ini dapat menular dengan mudah. Terlebih ketika berdekatan dengan orang yang batuk-batuk atau bersin-bersin, harus jaga jarak karena dikhawatirkan percikan yang dikeluarkan dapat membawa virus. Kebayang kalau tidak jaga jarak, kan? Bisa jadi dengan mudah menghirup atau terkena percikan tersebut padahal percikan ini dapat membawa virus. Nah, khawatirnya yang batuk atau bersin ini sudah terjangkit virus covid-19, lebih berjaga-jaga.
Gunakan Masker Tiap Keluar Rumah!
Gimana rasanya tiap keluar rumah harus memakai masker? Biasa saja, kan? 😀 Sebelum ada virus corona, tiap berangkat kerja juga saya memakai masker. Hanya saja fungsinya beda, saat itu hanya untuk meminimalisir masuknya polusi udara. Sementara sekarang, fungsi masker lebih untuk menjaga dan mengurangi risiko terinfeksi covid-19.
WHO memberikan dukungan dan menganjurkan untuk memakai masker karena aksi ini dirasa lebih efektif menekan penyebaran virus covid-19 seperti yang sebelumnya sudah diterapkan di Republik Ceko.
Satu hal yang perlu diperhatikan tentang pemakaian masker yaitu dari bahannya. Pada dasarnya, masker yang sesuai standar pencegahan penularan virus adalah masker bedah, masker sekali pakai yang memiliki lapisan ganda. Namun karena ketersediaan masker tersebut sangat minim, masker tersebut diprioritaskan untuk para tenaga medis. Termasuk masker N95. Lalu, masker seperti apa yang dapat digunakan oleh masyarakat? Yaitu masker kain, masker yang bisa dicuci. Pemakaian masker kain ini juga sudah dianjurkan oleh WHO.
Masker kain ini juga hendaknya diganti setiap 4 jam sekali. Jangan lupa setelah selesai dipakai, ambil bagian tali yang disangkutkan ke telinga, jangan memegang bagian depan kain karena pasti sudah kotor. Cuci bersih menggunakan sabun supaya bisa digunakan lagi esoknya.
Tetap Tinggal di Rumah
Yups, jika tidak ada keperluan yang penting banget, usahakan untuk tetap di rumah. Apalagi jika kalian sedang merasa kurang sehat, lebih baik di rumah saja untuk lebih aman. Cari aktivitas atau kegiatan di rumah yang berfaedah, syukur-syukur bisa menghasilkan materi dari rumah. Alhamdulillaah. 🙂
Cara Mengurangi Risiko Terinfeksi Virus Covid-19.
FYI, saat ini ada istilah OTG (Orang Tanpa Gejala), ya. OTG adalah seseorang yang tidak bergejala tapi berisiko telah tertular virus corona dari pasien Covid-19. OTG memiliki kontak erat dengan kasus positif Covid-19. Kontak erat adalah aktivitas berupa kontak fisik, berada dalam ruangan, ataupun telah berkunjung, dalam radius 1 meter dengan pasien berstatus PDP atau positif Covid-19, dalam waktu 2 hari sebelum kasus timbulnya gejala, hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala.
Siapa saja yang termasuk kontak erat?
Menurut Kemenkes, individu dengan kategori ini, masuk dalam kategori kontak erat yaitu:
Petugas medis yang memeriksa, merawat, mengantar, dan membersihkan ruangan di tempat perawatan khusus tanpa menggunakan APD (alat pelindung diri) sesuai standar.
Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan pasien virus corona (termasuk tempat kerja, kelas, rumah, atau acara besar) dalam 2 hari sebelum pasien tersebut mengalami gejala dan hingga 14 hari setelahnya.
Orang yang bepergian bersama (dalam radius 1 meter) dengan segala jenis alat angkut maupun kendaraan dalam 2 hari sebelum pasien mengalami gejala, hingga 12 hari setelah timbul gejala.
Maka dari itu, jadilah masyarakat yang patuh pada peraturan dan lakukan 4 cara di atas untuk mengurangi risiko terinfeksi virus covid-19. Sebagai tambahan pengetahuan dan informasi, bagi kalian yang ingin test virus corona, silakan langsung menuju laman web Halodoc.
Aksi Membantu Sesama Saat Pandemi – Hei, apakah kalian masih menaati peraturan untuk #DiRumahSaja sampai pandemi covid-19 berakhir? 🙂 Semoga masih, ya. Keluar rumah untuk hal-hal yang penting saja. Memang berat rasanya. Apalagi buat kalian yang sudah pada punya pacaaal, kalau yang biasa LDR mungkin tak masalah, ya. Lha kalau yang tiap harinya sudah kayak perangko, lengket ke sana ke mari, dududuh…yang sabar, yaaa. Itu ujian. Buat yang jomblo juga, ini pra ujian. 😀
Tulisan tentang pengaruh covid-19 terhadap kehidupan sehari-hari masih anget banget. Kaliam sudah baca, kan? Pada blog post tersebut, ada beberapa hal yang saya tulis diantaranya yaitu tentang dampak adanya covid-19 di berbagai bidang, salah satunya yaitu dampak bagi para pedagang khususnya pedagang makanan.
Tidak sedikit pedagang yang mengeluhkan omsetnya yang terjun bebas. FYI, pedagang jajanan anak yang biasa keliling desa malah saat ini sudah jarang ditemui karena sebagian besar desa menutup akses jalan untuk orang-orang dari luar termasuk para pedagang. Di tempat tinggal saya, misalnya. Jalan utama masuk desa dijaga ketat oleh para pemuda yang bertugas tiap harinya.
Tertuang dalam keputusan, Kepala Desa tidak mengizinkan para pedagang masuk desa. Kebayang, kan, nasib para pedagang sekarang seperti apa. Apakah berganti mata pencaharian? Atau, apakah tetap berjualan tapi di rumah? Yang jelas biaya hidup mereka tidak ada yang menanggungnya. Mereka harus tetap mencari rezeki untuk kebutuhan keluarganya.
Berangkat dengan misi sosial yaitu membantu para pedagang untuk terus berjualan dan mendapat penghasilan di tengah pandemi seperti ini, saya bersama teman-teman PENDORA (Pegiat Media Sosial Banjarnegara) turut mempromosikan makanan yang mereka jual melalui akun media sosial yang kami miliki. Akun-akun yang kami gunakan bukan akun pribadi, melainkan akun yang setiap harinya kerap berbagi informasi lingkup Banjarnegara.
Siapa, sih, PENDORA?
Tepatnya tanggal 15 Juni 2019, pukul 16.00 WIB, bertempat di Kopi Sabin, beberapa influencer Banjarnegara atau admin akun media sosial yang menyertakan Banjarnegara, berkumpul untuk suatu misi.
FYI, para influencer Banjarnegara pernah beberapa kali membuat group lengkap dengan struktur organisasinya namun stagnan dan tidak ada pergerakan secara kelompok. Sibuk dengan akun masing-masing. Nah, setelah ngobrol asyik yang difasilitasi oleh Polres Banjarnegara selaku pembina, kami pun merasa lebih bernyawa apalagi dengan misi utama saat itu adalah menangkal berita bohong atau hoax di Kabupaten Banjarnegara. Rasanya ada tantangan tersendiri sebagai influencer.
Bagian Humas Polres Banjarnegara sebagai Penanggung jawab PENDORA pun terus aktif, selalu memberi dukungan dan semangat kepada kami untuk terus mengabarkan hal-hal yang baik tentang Banjarnegara.
Program kami saat ini, selain memberikan informasi sesuai passion akun masing-masing, juga membantu pedagang makanan di tengah pandemi covid-19. Semoga program kami ini bermanfaat untuk mereka dan dapat menyemangati mereka untuk tetap bertahan berjualan.
Jadi, buat kalian yang tinggal di Banjarnegara, punya dagangan makanan, dan ingin dipromosikan secara gratis, silakan langsung DM saja ke akun instagram berikut dengan menyertakan foto makanan yang akan dipromosikan.
@foodie.banjarnegara
@infoseputarbanjarnegara
@pesonabanjarnegara
@baraschoolofficial
@banjarnegara24jam
@yukmakanyuk.id
Masih banyak cara yang dapat dilakukan untuk membantu sesama saat pandemi. Sesuaikan saja dengan kemampuan kalian. Terpenting jangan dijadikan beban, ya. Nikmati saja, diniatkan ibadah, dan jangan lupa tetap #DiRumahSaja meski punya rencana membantu sesama. Cukup lakukan dari rumah saja jika memungkinkan. ~~
Pengaruh Covid-19 Terhadap Kehidupan Sehari-hari – Seorang teman dari Blora, Mas Ari, membagikan titik penyebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dalam sebuah peta di wilayah Jawa Timur melalui WhatsApp storynya. Dalam statusnya, dia menuliskan bahwa ada penambahan ODP (Orang Dalam Pengawasan), PDP (Pasien Dalam Pengawasan), dan Positif COVID di beberapa daerah yang mengakibatkan perubahan status suatu Kabupaten yang sebelumnya masih zona hijau menjadi zona merah.
Ingin tahu kabar dia sekaligus perkembangan COVID di seputar Blora, saya pun mengomentari statusnya dengan melempar pertanyaan.
“Apa kabar, Mas Ari? Makin banyak merah, ya. Apa karena sudah banyak masyarakat yang mudik?” Percakapan ringan pun dimulai.
“Halooo, kabar baik. Cuma tidak bisa kemana-mana karena Covid, nih. Sepertinya memang sudah banyak yang balik kampung, nih.“
Kami ngobrol cukup lama. Selain Covid, kami juga ngobrol perihal pariwisata di mana saya mengenal Mas Ari ini lewat suatu komunitas relawan pariwisata. Saya yakin Mas Ari pasti jenuh banget di rumah. Kenapa? Karena saya cukup tahu rutinitas hariannya yang sok sibuk sebagai relawan di berbagai bidang dan nyaris tiap hari beraktivitas di luar rumah. Dipastikan ada rasa kangen ingin kembali menjadi relawan dengan langsung terjun ke daerah-daerah seperti sebelum masa pandemi Covid ini. Namun, karena himbauan pemerintah untuk mengurangi aktivitas di luar rumah sebagai bentuk antisipasi, dia pun hanya aktif di media online untuk sharing berbagai informasi.
Ya, menghadapi masa-masa pandemi COVID-19, aktivitas masyarakat sangat dibatasi guna mengurangi angka penyebaran virus COVID-19 di Indonesia. Himbauan pemerintah untuk tetap berada di rumah sekaligus membatasi aktivitas di luar rumah ternyata sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak, banyak masyarakat yang memilih untuk tetap di rumah, mengurangi komunikasi langsung, berinteraksi, sampai melakukan transaksi jika tidak urgent. Hal ini lah yang mengakibatkan dunia sepi dari hiruk pikuk kehidupan. 🙁
Pengaruh Positif Atas Covid-19 Terhadap Kehidupan Sehari-hari.
Pengaruh COVID-19 terhadap kehidupan sehari-hari memang sangat terasa. Seberapa besar pengaruhnya, kalau saya bilang sangat besar. Nah, berikut beberapa hal yang sangat terpengaruh ketika penyebaran Covid-19 masuk ke Indonesia.
Makin Intens dengan Keluarga. 😀
Pengaruhnya mulai dari yang senang-senang dulu, ya! Bahagia itu…ketika pagi-pagi lagi aktivitas di dapur, terus Kecemut udah bisa bantuin nyuci-nyuci sayur atau gelas. Makin bahagia itu…ketika pukul 07.00 WIB, cucian sudah siap untuk dijemur karena suami makin rajin nyuci pakaian punya sekeluarga. 😆
Eeehh…sebenarnya kegiatan bersama keluarga itu berjalan seperti biasa, seperti sebelum ada covid. Hanya saja, karena jam kerja saya berkurang (yang tadinya pulang kerja pukul 16.30 WIB menjadi pukul 13.00 WIB), saya mearasa waktu saya lebih banyak untuk keluarga. Apalagi dengan adanya batasan-batasan seperti social distancing, makin banyak di rumah, dong. Banyak kegiatan tambahan yang produktif seperti membuat camilan, berkebun, dan mengaji bersama lebih banyak waktu. Pokoknya begitu asyik! 😉
Masyarakat Lebih Peduli Akan Kesehatan. 🙂
Melihat masyarakat rajin mencuci tangan dengan sabun, menyuruh anak-anaknya juga untuk melakukan hal yang sama, senang rasanya. Selain himbauan untuk tetap di rumah, pemerintah terus mengedukasi kepada masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sebagai salah satu cara untuk memerangi virus corona. Tidak hanya mencuci tangan, penggunaan masker ketika ke luar rumah pun dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Tidak hanya di lingkungan saya saja. Artinya, masyarakat makin peduli dengan kesehatan dirinya sendiri.
Melihat kekompakan antara pemerintah desa dan masyarakat dalam mengantisipasi covid, rasanya ikut senang. Belum lagi sekarang hampir di tiap jalan masuk desa diberi patrol, disediakan disinfektan, dan alat cuci tangan bagi masyarakat yang baru mengadakan perjalanan ke luar desa. Masyarakat secara giliran menjaga patrol, lho. Saya melihat tidak ada rasa sungkan, masyarakat bertanggung jawab meski mereka memiliki kesibukan.
Pengaruh Negatif Atas Covid-19 Terhadap Kehidupan Sehari-hari.
Aktivitas Sosial di Masyarakat. 🙁
Hidup di desa tanpa adanya aktivitas atau kegiatan sosial kemasyarakatan, tuh, rasanya hambar banget. Masyarakat yang biasanya tiap hari Minggu mengadakan kerja bakti, bersih-bersih lingkungan, senam sehat, sekarang aktivitas tersebut ditiadakan. Ada tetangga yang punya hajat dengan terpaksa tidak dapat menghadiri. Parahnya, ketika ada saudara sakit pun tidak diziinkan untuk menjenguknya baik di Rumah Sakit maupun di rumah. Lebih parahnya lagi, nyaris kegiatan keagamaan seperti pengajian pun dihentikan. Ini pengaruh paling terasa dengan adanya Covid karena seluruh masyarakat di bumi pertiwi khususnya, diminta untuk menjaga jarak atau melakukan pembatasan sosial.
Tapi tidak mengapa, toh, pembatasan sosial seperti ini merupakan suatu cara paling efektif untuk memutus rantai virus covid. Ya, dengan tidak melakukan kegiatan yang mengundang kerumunan masa, ada harapan covid segera berakhir.
Duhh…Bagaimana Nasib yang Jualan Jajan? 🙁
Meski saya merasa lebih tenang karena jatah uang jajan kecemut bisa terkumpul, tapi di sisi lain menyedihkan. Sungguh ini menyedihkan. Para penjual jajan khususnya yang jualan keliling desa, saat ini pasti sudah banting stir alias mencari pekerjaan lain karena jualan jajan ini sudah tidak bisa diandalkan sebagai mata pencaharian. Kenapa? Karena sekarang hampir tiap di desa di daerahku melarang para pedagang jajan masuk desa.
Sedih banget, yaaa. Tapi namanya kesepakatan dan peraturan, tuh, harus dilaksanakan. Saya berharap, semoga para penjual jajanan keliling itu sudah mendapat pekerjaan yang paling tidak penghasilannya bisa untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka. 🙂
Kemana Para Petani Bertransaksi? 🙁
Hidup di desa yang mana sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah bertani, saya sedikit tahu keluh kesah para petani tentang penjualan hasil bumi. Mereka masih melakukan penjualan hasil pertanian ke pasar tradisional. Hanya saja, beberapa pasar di sini sepi pembeli. Apalagi pasar yang khusus untuk transaksi hasil bumi seperti ketela, misalnya.
Minggu lalu saya berniat membeli kacang tanah buat camilan di rumah, sesampainya di pasar hasil bumi, pasar sepi banget. Tapi masih beruntung, untuk para petani sayuran masih aman karena Ibu-Ibu Rumah Tangga saat sedang pandemi seperti ini stok kebutuhan dapur bisa dua kali lipat karena keluarga banyak melakukan aktivias di rumah, apalagi anak-anak pada libur sekolah, pasangan pada work from home (WFH), pokoknya dikit-dikit ngemil, dikit-dikit lapar. 😆
Sebenarnya Bukan Tidak Butuh Piknik, Sih!
Bukan rahasia lagi kalau sektor pariwisata saat ini nyaris tidak ada aktivitas, seolah-olah masyarakat tidak membutuhkan piknik. Pemerintah pernah memberi diskon besar-besaran untuk beberapa maskapai penerbangan menuju tempat wisata saat masih awal-awal pandemi covid. Kalian masih ingat? Kalau dipikir-pikir untuk saat ini, kebijakan yang diambil pada waktu itu rasanya mubadzir banget, yaa. Tapi namanya kebijakan, bukan berarti tidak berpikir panjang, tapi lebih pada kebutuhan saat itu juga, maybe. Dan sebenarnya masyarakat bukan tidak butuh piknik, mereka hanya mengikuti himbauan pemerintah dan lebih menjaga diri.
Nah, setelah pemerintah memberikan subsidi untuk beberapa bidang, kali ini giliran para pelaku pariwisata sebagai salah satu penyumbang devisa terbanyak memberikan suaranya. Meski belum 100% obyek wisata ditutup, masyarakat Indonesia yang memilih untuk tidak berwisata. Kebayang kan, kondisi perekonomian para pelaku pariwisata sekarang seperti apa? Mulai dari pemandu wisata, toko oleh-oleh, biro perjalanan, sampai dengan pengelola wisata itu sendiri. Untuk toko oleh-oleh sendiri mungkin masih bisa beroperasi, apalagi yang sudah melakukan pemasaran online. Masih bisa sedikit bernapas. Semoga. 🙂
Saya jadi ingat percakapan dengan Mas Ari terkait dengan keputusan yang diambil pemerintah untuk menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. Pemerintah mengambil keputusan Darurat Sipil, bukan Karantina Wilayah. Menurut Mas Ari, dengan mengambil keputusan Karantina Wilayah akan lebih efektif. Saya memang tidak begitu paham tentang keputusan tersebut meski Mas Ari sudah menjelaskan kelebihan dan kekurangan keputusannya dengan detail. 😆 Tapi saya yakin, keputusan yang diambil pemerintah sudah melalui berbagai pertimbangan dan semoga yang terbaik sehingga pandemi Covid-19 akan pulih dengan cepat. 🙂