Menyapa Para Buruh Batu Alam Giritirta
Menyapa Para Buruh Batu Alam Giritirta bersama adik dan teman-teman di Galian Batu Alam Pejawaran memberi kesan positif bagi kami.
Ketika hendak menikmati wisata alam Curug Merawu, kami melewati Galian Batu Alam Giritirta. Jalannya hati-hati banget, sambil memandang ke arah Galian. Takut batu-batu ada yang gugur atau mlorop. Awalnya, saya enggan menyapa para buruh lebih dekat. Disamping sudah sore, saat itu masih ada satu Curug yang belum diparani. Karena, sang Adik berkeinginan keras untuk menyapa mereka, akhirnya saya pun mengikuti kemauannya.
Bukannya saya terpaksa lho, ya. Cuma rada takut kalau waktunya gak cukup buat ke Curug satunya.
Ada dua cara untuk naik ke galian batu alam dari arah pulang Curug Merawu. Pertama, melalui jalan tikus, yaitu ndungsak-ndungsak lewat jalan setapak. Ada petunjuk arahnya sih, jadi kemungkinan besar gak bakal kesasar. Kedua, lewat jalan raya atau jalan yang biasa digunakan para buruh untuk manggul hasil galian batu alam. Jika memilih jalan raya, kamu harus putar dulu sampai jalan awal masuk desa. Dan itu kelamaan bagi kami yang saat itu sedang menghemat waktu. Gak efisien blas!. Akhirnya, kami ambil jalan setapak yang lumayan susah dan berresiko.
Terik matahari begitu menyengat, elap keringat dan lima menit kemudian kami sampai di lokasi galian. Sumprit, pas di atas tuh panas maksimal! Tapi, para buruh biasa saja sih, lha wong udah terbiasa terkena terik matahari. Mereka mending kepanasan daripada kehujanan. Karena, jika hujan turun, para buruh tidak bisa bekerja. Sebagian besar dari mereka adalah Buruh Batu Alam full day, ada juga yang paruh waktu. Saat itu, kami langsung Menyapa Para Buruh Batu Alam Giritirta yang sedang istirahat. Ada yang menikmati cemilan, makan bekal, bersantai dan ada juga yang udud-udud.
erasa puas, ketika melihat hamparan batu alam Giritirta dari dekat. Ya Tuhan, Maha Kaya!! Betapa kayanya kota kecil tercinta ini. Melihat gundukan batu alam yang melimpah ini, rasanya tak akan pernah habis sampai anak cucu cicit. Entah berapa kubik, yang jelasΒ galian ini luas banget!.
Kami tak hanya Menyapa Para Buruh Batu Alam Giritirta yang berada di lokasi galian saja. Kami juga menyapa para buruh batu alam yang bekerja di bawah, sebagai pemanggul batu dan pemecah batu. Mereka yang bekerja di bawah ini adalah Perempuan. Sepertinya, hampir seluruh masyarakat Desa Giritirta menjalani profesi sebagai buruh batu alam. Karena, banyak banget warga yang berada di lokasi galian, manggul batu alam, penyortir dan memecah batu.
Saya merasa merugi kalau tidak ikut Menyapa Para Buruh Batu Alam Giritirta. Banyak hikmah yang saya dapat ketika berada di puncak galian. Siapa, sih pemilik Batu Alam ini? Berapa sih upah yang didapat mereka tiap harinya? Apakah para buruh hanya mengandalkan penghasilan dari pekerjaan ini? Saya jawab lain waktu, ya.
Adakah Potensi Batu Alam di kotamu?
Hanna HM Zwan
Berat ya kalo dikerjain ibu2 tapi gimana lagi….di Siak nggak ada mbk,nggak nemu π
Ibu2 pada semangat semuaa, Kakaak Han. ^_*
Fitri Anita
penasaran kelanjutannya nih …
Tetap stay tune ya, Kak Fitri. ^_*
Lidya
jalannya agak bahaya ya Idah
Milih yang bahaya sih, Mba Lid. Hihihi ^_*
ndop
Wah kuwi sing wajahe peteng jadi penasaran wajahnya secantik apaaa..
Secantik kamu, Mas Ndop. wkwkw^_*
Agung Rangga
Kalau di kampung saya (Karangasam, Bali) ada juga tuh tempat mencari batu-batu alam. Biasanya dikeruk pakai truk besar. π
Peralatannya memadai ya, Gung. Sini belum. .. ^_*
joe
walau sebagian sudah pada tua tapi masih giat bekerja
Yang udah muda lebih giat lagi kerjanya yak, Mas Joe. ^_*
meutia rahmah
harus manggul batu alam, apalagi ibu2 pasti berat ya, itulah hidup
Kudu dijalani. . . Hihihi ^_*
prih
Jadilah perjalanan yang berkesan, keindahan alam plus sisi humanisnya. Selamat menyapa hangat buruh batu alam…..
Jadi kenal yang punya lapak Batu Alam deh, Bu Prih. Hahaha ^_*
chusnanto poetra
yah mo gimna lgi emang udah jdi pkrjaanya…
Yuhuuui. . . ^_*