Situs Sangiran, Museum Manusia Purba

Mengunjungi Situs Sangiran, Museum Manusia Purba adalah agenda di hari ketiga pada acara ABFI 2013. Satu hari sebelumnya, seluruh partisipan ABFI harus registrasi dan memilih tempat wisata yang akan dikunjungi.

Ada dua wisata budaya yang ditawarkan oleh panitia, yaitu wisata budaya bernuansa arkeologis sangiran dan wisata budaya bernuansa patung relief candi sukuh. Dua tempat ini belum pernah saya kunjungi. Kalau boleh memilih, saya memiih keduanya. #minat.Β  Saya lebih tertarik melihat museum manusia purba. Mungkin, karena saya sudah terlalu sering menikmati keindahan Candi Dieng, Banjarnegara, meski sejarahnya berbeda sih.

Belajar sejarah di Situs Sangiran, Museum Manusia Purba bisa saya nikmati, ketika saya mengikuti Asean Blogger Festival di Solo. Kalau tidak mengikuti ABFI, entah kapan saya bisa belajar (kembali) sejarah tentang manusia purba secara nyata ini.

Tepatnya hari Sabtu 11/5, setelah acara Seminar, Break Out Session 1 dan 2 selesai, seluruh peserta kumpul di halaman Hotel Sahid Kusuma untuk siap-siap melakukan perjalanan wisataΒ  berbasis budaya (sejarah). Kalau tidak salah, ada tiga bus yang membawa rombongan menuju situs sangiran. Saya menempati bus ketiga dan berjejer dengan Vera Ast.

Perjalanan Ke Sangiran
Perjalanan Ke Sangiran

Perjalanan lumayan lama, dengan jarak tempuh kurang lebih 15 kilometer, saya pun tertidur di Bus. πŸ˜† Secara administratif, Sangiran adalah sebuah daerah pedalaman ini terletak di kabupaten Sragen dan sebagian di kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Benda-benda bersejarah yang ada di Situs Sangiran sangat banyak, tidak mampu saya share semua. Untuk itu, saya akan menulis apa yang masih terrekam dalam ingatan saya, tentunya didukung dengan dokumentasi supaya bisa menikmati tulisan ini, ya.

Situs Sangiran

Museum Manusia Purba Sangiran diresmikan pada pada tanggal 15 Desember 2011, oleh Bapak Mohammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Situs Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba). Wilayah seluas kurang lebih 32 km2 akan memberikan wawasan baru bagi generasi masa kini yang ingin mengenal dan belajar sejarah dan atau sisi kehidupan manusia yang hidup pada jaman dahulu. Di tempat ini terbagi menjadi tiga ruang pamer yang terletak di sepanjang lorong terbuka. Masing-masing ruang pamer mempunyai tema yang berbeda. Apa saja isi masing-masing ruang pamer? Ini yang saya lihat, sembari belajar.

Ruang Pamer 1

Situs Sangiran

Kerang
Kerangnya cantik

Ruang Pamer 1 bertema kekayaan Sangiran dan berbagai fosil yang ditemukan di daerah Sangiran olehΒ Prof. Dr. Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald dan sejumlah peneliti lainnya. Sebelum masuk, ada dua Bapak penjaga yang menawarkan buku “Sangiran“.

Buku dengan harga Rp. 80.000,- ini berisi informasi tentang sejarah lengkap Sangiran, profil peneliti dan penemuan-penemuan. Di Ruang ini banyak fosil yang berhasil ditemukan, antara lain fosil binatang darat (gajah, harimau dll), binatang air (kudanil, buaya dll), bebatuan dan berbagai peralatan yang terbuat dari batu yang dulu pernah dibuat dan digunakan manusia purba yang tinggal di Sangiran.

Selain itu, masih di Ruang Pamer 1, juga terdapat buku kegiatan digital yang berisi tentang Evolusi Manusia Purba. Buku ini berisi tentang Teori Darwin, Teori Migrasi dan tokoh lainnya lengkap dengan penjelasan mengenai temuan.saya sedikit kesal. Karena kami yang berjumlah kurang lebih 150 orang hanya dipandu oleh satu orang. Saking lihainya dalam menjelaskan satu persatu fosil, saya keteteran mengikuti beliau. #Buanteeer bangeeet. Coba pemandunya tidak hanya satu, ya. Mungkin pemandu yang lain sedang mengantar para wisatawan lainnya.

Ruang Pamer 2

Ruang Pamer 2
Ruang Pamer 2

Ruang Pamer 2, bertema Langkah-Langkah Kemanusiaan dan berisi diorama manusia purba serta profil para peneliti Indonesia setelah merdeka. Langkah-langkah kemanusiaan dijelaskan pada teori evolusi. Mulai dari Seleksi Alam, Adaptasi dan Variasi. Seleksi Alam menjelaskan tentang keturunan suatu makhluk tampaknya sama dengan induk atau saudaranya, kemudian makhluk yang mampu menyesuaikan diri (adaptasi) akan bertahan hidup dan hingga bisa menciptakan suatu variasi. Setiap makhluk yang dilahirkan itu mempunyai unsur keturunan masing-masing, unik. πŸ™‚

Diorama Museum Purbakala Sangiran
Diorama Situs Sangiran

Masih di Ruang Pamer 2, di sini terdapat beberapa diorama yang menurut saya lain dari yang lain. Diorama yang pernah saya lihat itu kecil-kecil dan diletakkan di dalam kotak kaca. Memang, di sini ada beberapa diorama kecil yang ada di dalam kaca, namun itu disajikan tidak tertutup, jadi pengunjung bisa menyentuh diorama yang ada tanpa berniat untuk merusak. πŸ™‚ Ada G.H.R. von Koenigswald juga. Seorang geolog dan salah satu penemu tengkorak “Sangiran II” yang kemudian disebut sebagai Pithecanthropus erectus.Β Koenigswald terlihat gagah, tapi bajunya sepertinya terlalu kecil. #nekek leher.

Patung Maniusia Purba
Repilika Maniusia Purba, kegiatan menyalakan api

Selain diorama para penetili, terdapat patung manusia purba juga. Patung Manusia purba disajikan seakan-akan menggambarkan kegiatan mereka ketika masa itu. Seperti foto di atas, yaitu kegiatan pada malam hari. Mereka berusaha menyalakan api dengan sebuah alat.

Menurut keterangan dari pemandu, meski ada patung yang menggambarkan sedang menyalakan api, namun sampai sekarang belum ditemukan fosil alat yang digunakan untuk menyalakan api. Entah itu menggunakan batu atau sejenisnya, tapi sampai sekarang belum ditemukan. Masih banyak patung yang menggambarkan kegiatan mereka pada jaman dahulu, misalnya; berburu, masak dan makan bersama.

Ruang Pamer 3

Ruang Pamer 3
Ruang Pamer 3 dan Replika

Ruang Pamer 3, bertema tentang Homo Erectus dan berisi replika kehidupan species Homo erectus.Β Di sini saya salah fokus, saya tidak mempelajari kehidupan homo erectus pada jaman itu atu perbedaan homo erectus dan homo sapiens, tapi saya lebih tertarik dengan manusia terpendek pada saat itu. Homo Floresiensis namanya.

Manusia Terpendek
Manusia Terpendek Saat itu

Pada tahun 2004, ditemukan sisa-sisa prasejarah dari goa Leang Boa di Flores yang kemudian terkenal dengan nama Homo Floresiensis. Temuan ini menggemparkan dunia, karena dia merupakan individu dewasa tetapi berpostur pendek, dengan tinggi bandan kira-kira 106 cm. Hidup pada 18.000-13.000 tahun yang lalu. Berdasarkan penelitian perkakas yang ditemukan, Homo Floresiensis tergolong manusia yang cerdas, mampu menggunakan alat kayu dan bambu sebagai alat utama untuk mengadakan pemburuan.

Setelah selesai menikmati tiga ruang pamer, seluruh peserta masuk pada ruang Audio Visual. Ruang ini digunakan khusus utnuk pemutaran film yang bertema kehidupan masusia prasejarah. Film ini disajikan bilingual, Visual atau teks berbahasa inggris sedangkan audio berbahasa Indonesia.

Ruang Audio Visual adalah ruang terakhir yang kami kunjungi. Setelah itu, kami tidak langsung pulang. Ada yang masih sibuk dokumentasi, da juga yang sedang mencari oleh-oleh atau kenang-kenangan untuk yang di rumah. Oleh-oleh yang disediakan di sini berupa, kaos, gantungan kunci dan benda-benda unik yang bertuliskan sangiran.

Berkunjung ke museum yang diakui UNESCO sebagai cagar budaya ini tidak akan membosankan. Jangankan untuk mereka para pecinta sejarah, bagi mereka yang kurang menyukai sejarah dunia purba pun mereka akan tertarik. Selain sudah diakui UNESCO, Pemerintah Indonesia sendiri tentu saja telah mengakui bahwa Sangiran sebagai Kawasan Cagar Budaya dan mempunyai Kekayaan Khasanah Warisan Budaya Bangsa.

Mari berwisata budaya ke Sangiran. Belajar sejarah,Β  menikmati kekayaan warisan budaya dan share pengalaman Anda setelah berwisata ke sini. Karena, ini merupakan salah satu upaya untuk memperkenalkan budaya yang kita miliki ke kancah dunia. πŸ™‚

Situs Sangiran, Museum Manusia Purba
Partisipan ABFI, Situs Sangiran. Gambar pinjam mas MF

Situs Sangiran, Museum Manusia Purba

  • Jam berkunjung: 08.00-16.00 (Setiap Selasa-Minggu)
  • HTM: Rp 5.000 (wisatawan domestik), Rp 7.500 (wisatawan asing)
  • Lokasi: Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Sekitar 15 km dari Surakarta atau 40 km dari Sragen.

Terminal Cicaheum, Bandung

Terminal Cicaheum. Tadi tuh sedang lihat-lihat hasil jepretan, lha koq lihat foto plang peyeum. Akhirnya saya tulisΒ Terminal Cicaheum. :mrgreen:

Cicaheum adalah salah satu nama terminal bis di Bandung. Terminal Cicaheum ini tempat berhentinya Bis dari arah atau jurusan timur, seperti Solo, Magelang, Wonosobo, Majalengka, Cirebon dan jurusan timur lainnya. πŸ˜†

Ketika jeng-jeng ke Bandung, saya menggunakan jasa transportasi umum Bis. Sebenarnya tidak sengaja memilih bis sih, tapi karena travel saat itu hanya ada satu pemberangkatan, yaitu pukul 06.00 WIB, jadi rada males. Bangun kudu pagi, kesusu, panas di mobil, macet. Waduuh, gak lah ya. . .

Tiket Bis Sinar Jaya
Idah atau Idha? πŸ˜›

Akhirnya saya putuskan untuk menggunakan Bis yang berangkatnya pukul 19.00 WIB dari Banjarnegara. Mengapa? Supaya perjalanan tidak terasa lama dan bisa menikmati tidur dan tidur di Bis. Tarifnya Rp. 60.000/orang.

Mengingat ini pertama kalinya saya ke Bandung naik Bis, saya pun bertanya secara detail pada Teh Nchie, mulai dari kondisi terminal sampai penginapan yang dekat dengan Terminal Cicaheum ini. Saat itu saya bawel banget, tanya macem-mace, karena menurut cerita dari orang ke orang, Terminal ini tuh agak rawan, intinya gak aman.

Saya pun menanyakan penginapan, karena takutnya saya sampai terminal tuh hari masih gelap, eh ternyata sampai terminal sudah subuh. Kira-kira pukul 05.00 WIB, dini hari saya sampai di cicaheum. :mrgreen:

Terminal Cicaheum
Pagi Hari di Cicaheum

Ini suasana pagi hari di cicaheum, lihat papan oleh-oleh khas peyeum dibeberapa sudut, tapi saya tanyakan kepada beberapa pemilik toko lagi pada habis. Kehabisan stok peyeum nih, ya. πŸ˜†

Menurut saya, Terminal Cicaheum tuh ramai tapi aman. Hanya saja, banyak Bapak-bapak dan Mas-mas yang pada nawarin ojek gitu. Jadi, kalau kita tidak mau ngojek, ya gak masalah. Tenang saja, tidak dikasih bogem koq.Β  Mereka baik-baik koq, malah nemenin ngobrol. Itung-itung sambil menunggu Miss Blur yang sedang dalam perjalanan saat itu, 90km. πŸ˜† Tapiiiiii, karena di terminal, tetaplah waspada dan jaga diri serta barang bawaan. ^*

Apakah sahabat pernah ke Terminal Cicaheum?

Dari Gubernuran Sampai McDonald’s Semarang

Dari Gubernuran Sampai McDonald’s Semarang saya tempuh dengan jalan kaki lho. Tapi bohong. πŸ˜† Awalnya saya memang berniat jeng-jeng saja ke Semarang. Tapi, karena mempunyai beberapa teman yang tinggal di sana, *sok* jadi saya sempatkan untuk silaturrahim dahulu dengan mereka. Emm. . .aliasnya tuh KOPDAR. πŸ˜‰ Sebelum ke Gubernuran, saya janjian dengan salah satu sahabat di Ada Swalayan. Adalah Citra. Setelah dijemput Citra, saya langsung ke singgah sejenak di rumah Mba Noorma bersama Citra, Mas Adnan danΒ  Mas Soleh. Kedua Mas ini teman saya yang kebetulan sedang ada di Semarang. Di rumah Mboke Noofa tidak ada dokumentasinya. πŸ˜† #Hoooeek

Foto di atas diambil oleh Kety pada malam hari di depan Kantor Gubernuran, Semarang. Di depan kantor gubernuran lah saya janjian dan bertemu dengan Ibu Guru Cheila. πŸ™‚ Kesan pertama melihat Mba Cheila tuuuuuh, apa ya? Emmmm. . .Orangnya baik, senyumnya manis, ramah dan cowoknya tuh tinggi. πŸ˜† #gak nyambung. Ya, Mba Cheila datang bersama mamasnya. πŸ™‚Β  Kami di depan gubernuran tidak lama, karena semua pada lapar. Jadi, kami langsung cap-cus ke Pujasera yang ada di Simpang Lima. Tapi sayangnya Mba Cheila tigak ikut, karena dia sudah makan.

Pujasera Simpang Lima
Mas Soleh, Saya, Siapa, Citra dan Kety

Di Pujasera kami langsung cari makan, semua pesen satu jenis makanan, yaitu PECEL SAYUR. Kata Citra tuh pecelnya enak, jadi saya penasaran dengan rasa pecelnya. Saat makan tuh rasanya buru-buru banget, karena setelah makan mau langsung jalan ke Lawang Sewu bersama Mba Cheila juga. Saya memang berniat ke Lawang Sewu saat malam hari, sekalian uji nyali gitu. πŸ˜†

Lawang Sewu Semarang
Penampakan Satu-Satu

Suasana malam hari di “Lawang Sewu tuh benar-benar tidak syereeeeem. Mengapa? Karena di Lawang Sewu kami jungkir balik bernasis ria. πŸ˜† Jadi, suasana mistisnya benar-benar hancur karena kenarsisan kami, narsis disamping Lawang. πŸ˜† Eh, Tapi Mba Cheila katanya merinding gitu, meski merinding tapi dia tetap enjoy untuk berfotoria koq. Foto prewedding. πŸ˜›

McDonald's Simpang Lima
Kety, Citra, Ibu Budhi dan Saya

Nah, ini muara terakhir nih. Bertemu dengan Ibu Budhi di McDonald’s. Saat itu jalan memang macet, jadi Mba Esti sedikit terbata-bata dijalan.nSesuai dengan anjuran dari Mba Esti, kami pun memesan makanan dulu sembari menunggunya. Eh . .Belum mulai makan, akhirnya Mba Esti datang juga. Mba Esti nyari-nyari saya di McD, dimana dimana dimana? Gak ada dak ada gak ada koq. . . πŸ˜† Tapi, selang beberapa menit kahirnya kami dipertemukan. πŸ™‚ Iiiiih. . . Ibu Budi tuh mirip orang china lho, putiiiih bangeeet, sipit, baik dan ramah juga. Pinginnya sih foto berdua saja sama Ibu Budi, sambil berpelukan gitu. πŸ˜† Tapi karena Bapak Budi tidak dapat tempat parkir, jadi Ibu Budi keluar untuk menjemputnya dan akhirnya tidak balik lagi ke McD deh. πŸ˜† Simpang Lima maceet pakai bangeet. . . πŸ˜›

Semua teman saya tuh baik-baik, jadi jangan pernah menyangka kalau saya orang buruk ya? πŸ˜† #ngaco. Dari Gubernuran Sampai McDonald’s SemarangΒ saya mbonceng Kety. Ngaku nih ya. . .Β  Terima Kasih untuk Citra, Kety, Mba Cheila, Mba Esti,Β  Mas Andim dan keluarga. Semoga semua kebaikan kalian mendapatkan balasan dariNya dan sampai berjumpa dilain kesempatan. ^_*

Lawang Sewu

Ingin Jadi Milyarder?

Bannyu Woong, Destinasi Wisata Rafting di Banjarnegara

Bannyu Woong, Rafting di Banjarnegara. Bagi sahabat yang suka dengan wisata petualangan, khususnya Rafting, arung jeram di Sungai Serayu sepertinya bisa menjadi tempat yang cocok untuk menyalurkan hobi. Sungai Serayu Banjarnegara merupakan sungai yang mempunyai tingkat kesulitan class 3 + dan dengan jarak tempuh 38 KM.Β Sungai Serayu Banjarnegara masih aman untuk kegiatan Wisata arung jeram baik untuk pemula maupun profesional, dan merupakan sungai terbaik yang ada di Jawa Tengah. Karakteristik sungai yang bervariasi, sehingga kondisi jeramnya juga sangat variatif dan tidak membuat kita jenuh dalam pelaksanaan arung jeram.
Rafting Bannyu Woong
Rafting Bannyu Woong
Sungai Serayu di Banjarnegara ini banyak yang memanfaatkannya untuk objek wisata. Bannyu Woong Adventure merupakan salah satu perusahaan di Banjarnegara yang bergerak di bidang jasa pariwisata dan memanfaatkan adanya Sungai Serayu ini. Banyak jasa yang mereka tawarkan, diantaranya adalah Wisata Rafting atau Arung Jeram. Letak Base Camp Bannyu Woong sangat setrategis, dekat dengan kota (jalan propinsi), dipinggiran sungai serayu, tepatnya di Desa Kutayasa, Kec. Madukara, Kab. Banjarnegara. Bannyu Woong juga merupakan pioner kegiatan arung jeram di sungai serayu Banjarnegara, Jawa Tengah.
Bannyu Woong Adventure memberikan warna baru dalam berwisata rafting. Arus yang deras dan tidak pernah surut, bisa menguji nyali dan memacu adrenalin Anda. Untuk Anda yang bosan dengan aktivitas perkotaan, pemandangan dan suasana ditepian sungai serayu bisa menjadi tempat yang nyaman untuk refleksi mata. πŸ˜†
Bannyu Woong Adventure menawarkan lima Paket Wisata Rafting. Paket ini start dari berbagai Desa dan finish di Singomerto. Lima paket tersebut, yaitu:
  1. Blimbing. Start dimulai dari Rumah Makan Blimbing (Wonosobo). Jarak tempuh 26 Km, kurang lebih 5,5 Jam, dengan biaya Rp. 300.000,-/orang
  2. Tunggoro. Start dimulai dari Desa Tunggoro. Jarak tempuh 18 Km, kurang lebih 4 Jam, dengan biaya Rp. 225.000,-/orang
  3. Randegan. Start dimulai dari Desa Randegan. Jarak tempuh 16 Km, kurang lebih 3,5 Jam, dengan biaya Rp. 200.000,-/orang
  4. Boja. Start dimulai dari Desa Boja. Jarak tempuh 14 Km, kurang lebih 3 Jam, dengan biaya Rp. 185.000,-/orang
  5. The Pikas. Start dimulai dari komplek pinggiran sungai serayu singomerto sampai TRMS Serulingmas. Jarak tempuh 10 Km, kurang lebih 2,5 Jam, dengan biaya Rp. 175.000,-/orang

Dengan menimati salah satu dari lima paket di atas, sudah termasuk fasilitas Makan 1x, air mineral, scnack, kelapa muda, lokal transport, perlengkapan arung jeram, guide, serifikat dan asuransi. Saya yakin, dengan biaya yang relatif murah, Anda bisa mendapatkan pengalaman yang luar biasa, senang dan tentunya merasa puas. Apalagi dengan medan yang lumayan ekstrim, basah-basahan, kecebur di kedung sungai serayu, pasti Anda akan merasa tertantang. πŸ˜‰

Bannyu Woong, Wisata Rafting di Banjarnegara ini satu manajemen dengan The Pikas. Tempat ini bulan Agustus 2013, menjadi salah satu lokasi untuk Festival Serayu Banjarnegara Tahun 2013. Kegiatan yang diselenggrakan di sini yaitu Pesta Parak Iwak, dengan penanggungjawab Dinas Budaya dan Pariwasata (Dinbudpar)Β  Kab. Banjarnegara. Dinpudbar Banjarnegara sangat memperhatikan perkembangan wisata rafting di Bannyu Woong ini, jadi tidak ada salahnya jika saya mengatakan Bannyu Woong sebagai Destinasi Wisata Rafting di Banjarnegara.

The Pikas, Base Camp :

  • Ds. Kutayasa, Kec. Madukara, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah-Indonesia
  • HP : +6285227622767