Butuh Nyali Besar untuk Sampai Kawah Candradimuka
Candradimuka, sebuah kawah yang menyimpan banyak kisah unik seputar pewayangan, yaitu Mahabarata. Kisah dimana Wisanggeni pernah dimasukan kawah oleh Dewasrani yang bermaksud untuk membunuhnya. Namun, misinya tidak berhasil. Karena, Wisanggeni justeru memiliki kekuatan lebih setelah dimasukkan Kawah Candradimuka .
Demi sebuah tali pusar yang belum juga lepas, padahal sudah berusia satu tahun, Bima dan Arimbi mencari cara supaya tali pusar Gatotkaca bisa segera dipotong. Hasil pertapaan Arjuna yang sudah mendapat wangsit, orangtuanya pun menceburkan Gatotkaca ke dalam Kawah Candradimuka. Tak lama kemudian, tali pusar lepas dan Gatotkaca pun mempunyai kesaktian seperti halnya Wisanggeni.
Kawah Candradimuka yang berada di dataran tinggi Dieng, tepatnya di Desa Pekasiran, Kec. Batur, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kisah Mahabarata. Kejadian alam berupa rekahan tanah yang memunculkan gas-gas belerang atau solfatara, itulah yang menjadikan Kawah Candradimuka ada.
Gapura Desa Pekasiran yang bertuliskan “Kawah Candradimuka” menjadi pemberhentian utama kami. Yaa…karena, tak jauh dari gapura ada sebuah mushalla dan kami singgah sejenak untuk melaksanakan kewajiban.
Usai melaksanakan ibadah shalat ashar, kami melanjutkan perjalanan. Berjalan kurang lebih tiga ratus meter, dua motor matic yang tadinya buat boncengan tampak kewalahan menjelajahi medan. Saya dan Winda pun harus segera turun dari motor Lulu dan Mas Eko, kemudian berpindah membonceng “motor cowok”. Saya jadi ingat, kalau seorang teman pernah bercerita, bahwa pada tahun 2011, ia cukup sering mengadakan off road di sekitar Kawah Candradimuka.
Pantas saja sering digunakan untuk off road, medannya cukup terjal dan susah. Bebatuan kecil yang acak, serta banyaknya lobang di jalan membuat perjalanan kami makin susah-susah seru. Harus pandai bermain gas motor dan menyeimbangkannya. Berjalan pelan, santai, meski sebenarnya cukup menegangkan.
“Nyong kan sudah bilang, lebih baik motornya dititipkan di rumah warga. Kita bisa jalan kaki ke Objek. Akan lebih aman!”. Mas Eko mulai ngeledek Mas Ganjar yang saat itu lebih memilih menggunakan motor untuk menuju Kawah Candradimuka dimana lokasinya cukup dekat dengan perumahan warga. Kurang lebih satu kilometer.
Tak lebih dari lima menit, kami mulai menjumpai ladang milik warga yang sore itu masih ramai. Mereka sedang mulai mengambil hasil panen berupa Kentang dan juga Wortel yang sudah diambil dari dalam tanah. Tak menyangka, kawah yang kami tempuh kurang lebih dua puluh lima menit dari Kompleks Candi Arjuna akhirnya mulai tampak.
Melihat lokasinya yang tidak cukup luas, saya berharap bisa bertemu dengan Mas Gatot atau Mas Wisanggeni lewat kepulan asap yang keluar dari Kawah Candradimuka. Namun, itu hanya mimpi. Hanya ada pada cerita Mahabarata. 😆
Kepulan asap terlihat jelas dari jalan raya. Pun dengan aroma Solfatara yang begitu tajam. “Turun turun…Cukup melihat dari atas…turun, turun saja…“. Hmmm…gelisah dan galau. Melihat kepulan asap ditambah kabut yang mulai tebal tambah merinding parno. Banyak berandai-andai yang jelek pula. Parah banget, ini kenapa mendadak jadi penakut, ya. 😆
Terlebih, dari bawah sana terdengar jelas suara letupan-letupan kecil dari Kawah. Sukses menyiutkan nyali saya untuk “terjun” melihat lebih dekat Kawah Candradimuka.
“Sudah sampai sini tidak turun ke bawah nanti menyesal, lho. Mari saya antar untuk turun. Aman, kok”. Seorang lelaki berkalung sarung menawarkan jasa untuk mengantar saya menuju kawah.
Sebenarnya hanya menapaki beberapa anak tangga saja sudah bisa menikmati Kawah Candradimuka dengan jelas. Tapi, kok, ya, tetap saja tidak berani. Beberapa kali Mas Ivan mengajak untuk turun, tapi saya kekeuh menolak. Sampai akhirnya dia bosan mengajak, kemudian turun sendiri. Tanpa saya dan empat teman lainnya. Hmmm…ini orang mah tidak punya rasa takut.
Andai suara letupan kawah tidak kerap dan kabut belum begitu tebal, mungkin saya berani turun untuk sekadar melihat kawah dan Endut Blegedaba (lava yang keluar dari kawah candradimuka) dimana panasnya setara dengan tujuh kali panas api. Sementara, saya baru bisa melihatnya dari kejauhan. Dari atas, tepatnya dari anak tangga pertama. 😆
Kami meninggalkan kawah tepat pukul 17.00 WIB. Kemudian, perjalan berlanjut ke Telaga Dringo. Sesuai rencana, kami menginap di sekitar Telaga. Camping, mendirikan dome di sana.
Ngomongin tentang Camping, saya memang belum banyak mempunyai perlengkapan Camping. Padahal, hasrat untuk Camping selalu menggebu. Ingin rasanya punya perlengkapan Camping yang lengkap, agar tidak sewa-sewa lagi. Bisa lebih irit. Tapi, pastilah saya harus menabung dahulu. Secara kan perlengkapannya, kan, cukup banyak dan mahal.
Sembari menunggu uang terkumpul, mending membuat daftar barang yang akan dibeli. Sambil cari tahu berapa harganya. Supaya lebih efisien, sih, mending mencari referensinya di toko online saja. Di www.blanja.com, misalnya. Toko online yang cukup banyak menyediakan perlengkapan camping dengan harga terjangkau.
Alris
Saya kirain cuma di dalam pewayangan ada kawah Candradimuka. Ternyata, jebule, ini ada realnya. Keren banget.
Saya membayangkan betapa besar energi listrik yang bisa dihasilkan dari kawasan ini. Lalu mengapa kita mesti ngotot membangun pembangkit energi nuklir? Tanya pada kawah Candradimuka.
Kenapa ngotot hayoo? Yang jelas, sih, karena punya otot. 😀
Fahmi
Eh ini kawah candradimuka ada di dieng juga toh~ masih banyak yang kelewatan euy dieng~ 😐 harus balik lagi liburan kesana~
Harus, dong! 😛
El Nurien
lihat asap dari fotonya aj, jadi ga punya nyali, 🙁
Penakuut, ah! Hahaha
Beby
Liat asapnya jadi merinding :’
Pakai jaket, Kak. 😀
arif rahman
Cocok juga nih buat uji nyali, lumayan asapnya banyak jadinya kaya berkabut dan menghalangi jarak pandang
Uji nyali pas siang2, ya. Wkwkwk
Niar Ningrum
bau belerang ngak mbak itu asep nya? kalau asep nya begitu muncul jin nya hahahahah 😀
Aroma belerang ada, Niar. Jinnya ganteng. . 😀
Melly Feyadin
Idaaah, ajakin aku kesitu sih 😀
Sekarang apa, Mel?
HM Zwan
kebayang panasnya,huuu…7 x panas api >_<
Jadi membayangkan, ya. 😀
monda
ya ampuun Idah naik motor ke sini.
beneran ya nama kawahnya ngikutin cerita ?
bunda ke candi Arjuna aja deh, ngeri jalan ke sini ya he..he.
Iyaa, Bunda. Ngga ngeri, sih. Cuma butuh nyali saja. 😀
.
Sri Wahyuni
Wiiiih pemandangannya indah bgt, pengen sekali kesana, tapi berani gak ya hehehe secara aku nih orangnya penakut gak punya nyali untuk hal-hal yang menantang
Hihihi..perlu saya temani apa, Mbak? 😀
Uwien Budi
Kirain kawahnya guedheeeee . tapi ternyata nggak terlalu ya.
Itu, kasian motor matic diajak sampai sini. :))
Kalau pingin lihat yang gede tuh di Kawah Sikidang, Bund. 😀
Lyliana Thia
Liat asapnya.. duh..
Pernafasan jadi sesakkah disana, Idah?
Gatotkaca diceburkan di kawah candradimuka, keluar jadi superhero.. hehehe
Ngga, sih, Mbak. Biasa, kok. Whahaha…jadi aladin saja. 😀
Lidya
Idha gak ikutan offroad juga disana 🙂
Dulu belum kenal, e. . . 🙂
Zizy Damanik
Agak serem ya kelihatannya. Memang kawahnya gak terlalu besar tapi medannya kelihatan cukup “garang”.
Garang itu banyak dicari, Mbak. . .:D
ijeverson.com
wih! keren.
petualang sejati nih….
seumur-umur gue cuma pernah liat kawah dari kejauhan..
Kapan dari deketnya, Kak? 😀
echaimutenan
idahhhhh beraniii bangetttt ke gunung…aku jiper…
Ke Gunung naik pesawat kok. .. 😀
ade anita
Sering denger istilah kawah candradimuka di cerita wayang…ternyata ada beneran toh
Adaa, Maaa. .. 😛
Lusi
UDah pernah kesini tp msih kecil banget, masih SD. Pengin kesini lagi jadinya 😀
SDnya tahun berapa, Kak? Wkwkwk
prima hapsari
Ga turun sekalian mbak, sayang pan dah susah tadi jalan naiknya.
Belum berani, Kak. 😀
Penginapan di Dieng yang Bagus dan Murah | Langkah Baruku
[…] akan explore seputar Kompleks Candi, Telaga Merdada, Bukit Scotter, Bukit Pangonan, Telaga Dringo, Kawah Candra Dimuka, Kawah Sikidang, Pemandian Air Hangat Bitingan, dalam hal ini adalah Dieng Zona 2, […]