Menyambangi Wisata Unggulan Dieng, Banjarnegara
Enam destinasi wisata Dieng Plateau mejeng cantik di Peta Wisata Jawa Tengah. Bersebelahan dengan destinasi unggulan Borobudur. Artinya, Dieng menjadi salah satu tujuan wisata di Jawa Tengah yang recommended. Menawarkan pesona alam, seni, budaya, yang menarik dan tiada duanya. Keren banget, kan? *jawabkeren* *segelasdawetuntukmu*
Kompleks Candi Arjuna, Bukit Scotter, Kawah Sikidang, UD. Tri Sakti sebagai pusat Oleh-oleh Khas Dieng, Bukit Sikunir, dan Telaga Warna. Itulah enam destinasi yang terpampang di peta wisata Jateng.
Dari keenam destinasi, empat diantaranya adalah milik Banjarnegara. Ini yang membuatku bangga. Tepatnya, turut bangga karena secara administratif, keempat objek tersebut berada di tempat tinggalku, Banjarnegara. Duuh…gimana lagi, ya. Sudah terlanjur demen banget sama Banjarnegara. Apalagi, potensi wisatanya begitu banyak. Gue makin bangga, dong. 😆
Di hari ketiga Blogger Trip Plesir Maring Banjarnegara, kami diajak keliling KWDT (Kawasan Wisata Dataran Tinggi) Dieng, Banjarnegara. Sekadar informasi, pada tiap postingan tentang Dieng, aku kerap menyertakan “Banjarnegara” di belakangnya karena KWDT Dieng terbagi menjadi dua kawasan, yaitu kawasan Banjarnegara dan Wonosobo. *catatyaks*
Jika tadi melihat Peta Wisata Jateng, kini aku tercengang saat membaca pamflet Pesona Alam Dieng yang dibagikan oleh Dinbudpar Banjarnegara. Pada pengantarnya tertulis prosentase KWDT Dieng yang ternyata 80% #PesonaDieng adalah milik Banjarnegara. Catet lagi, ya. DELAPAN PULUH persen, Sist! Sebelumnya, aku kira kisaran enam puluh prosen saja. 😛 Sementara sisanya, milik Kabupaten Wonosobo.
Sekarang aku akan mengajak kalian turut menyambangi Wisata Unggulan Dieng, Banjarnegara. Cukup meluangkan waktu sepuluh menit, kalian akan sampai objek wisata unggulan Dieng (dalam tulisan) berikut ini. 😛
Kompleks Candi Arjuna
Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan kompleks Candi Arjuna. Ke Dieng tanpa mengunjungi Candi, rasanya kurang greget. Selain dikenal dengan negeri di atas awan, Dieng juga terkenal dengan warisan situs purbakala, Candi Dieng.
Candi Dieng merupakan kumpulan candi Hindu beraliran Syiwa. Candi-candi ini terbagi menjadi beberapa kelompok dan lokasinya pun menyebar. Ada yang berdekata, seperti Candi Arjuna dan Candi Gatotkaca.
Saat kami berkunjung ke sini (16/11), sedang ada pemugaran candi di kompleks Candi Arjuna. Kalau tidak salah ingat, Candi Puntadewa sudah mulai dipugar. Meski demikian, kami tetap tur Candi dengan didampingi pihak Dinbudpar dan seorang pemandu wisata kompleks candi dan museum kailasa.
Untuk dapat masuk Kompleks Candi Arjuna, kalian cukup membeli tiket terusan senilai Rp 15.000 per orang. Tiket terusan ini sepaket dengan tiket masuk Kawah Sikidang. Catet, ya. Tiket terusan.
Berlokasi tidak jauh dari Kompleks Candi Arjuna, berdiri Candi Gatotkaca. Candi ini berada di dekat tempat parkir, atau pintu masuk Kompleks Candi Arjuna. Candi ini berdiri sendiri, bangunan candi terbilang masih kokoh, dan tempatnya cukup teduh kerena banyak pepohanan di sekitar candi.
Bagi kalian yang senang menelusuri jejak situs purbakala, bisa lanjut menyambangi Candi Bima, candi termuda, terbesar di Dieng dan sangat unik karena pada tiap tingkatan atap terdapat Arca Kudu. Kemudian, ada Kelompok Candi Setiyaki di mana lokasinya cukup dekat dengan Candi Gatotkaca. Terakhir adalah Candi Dwarawati. Candi ini lokasinya cukup jauh dari Kompleks Candi Dieng. Tepatnya di Desa Dieng Kulon, kaki Gunung Perahu.
Selanjutnya menyambangi Museum Kailasa!
Museum Kailasa
Menyambangi Museum tanpa pemandu? Apa jadinya? Mungkin bakal bengong, atau manggut-manggut sedikit paham karena terbantu dengan informasi yang tertera pada masing-masing benda. Kami, khususnya aku, merasa tertolong karena saat menyambangi Museum Kailasa, di mana lokasinya cukup tiga menit jalan kaki dari Kompleks Candi Arjuna, didampingi oleh pemandu wisata khusus bagian Museum dan Candi. Lumayan, menambah referensi dan pengetahuan.
Masuk Museum Kailasa, kami diajak nonton film terlebih dahulu. Film tentang peradaban masyarakat Dieng kala itu, sampai pembangunan candi-candi di Dataran Tinggi Dieng, berdurasi 20 menit.
“Orang zaman dulu memang unik, dan kreatif.” Batinku, saat film yang diputar mulai masuk bagian detil perancangan candi.
Museum Kailasa terbagi menjadi dua, yaitu bagian khusus peninggalan peradaban masyarakat kala itu yang berada di dalam Museum Kailasa. dan koleksi purbakala seperti Arca-arca yang berada di bangunan terpisah, tepatnya di depan Museum Kailasa.
Pemandu wisata menjelskan detil asal muasal ditemukan candi, dan berbagai Arca di dataran tinggi deing. Asli, kami larut dalam dongeng Bapak pemandu wisata yang betul-betul paham seluk beluk warisan yang berada Ganesha, arca-arca para Dewa dalam agama Hindu, arca lembu yang mirip dengan Situs Watu Lembu di Banjarmangu, dan masih banyak lagi koleksi benda di museum ini.
Cukup membayar Rp 6.000 per orang, kalian dapat masuk, dan melihat bermacam koleksi yang ada di dalam Museum. Aku saranin untuk minta pendamping saat menyambangi Museum Kailasa, ya. Banyak manfaatnya, kok.
Kawah Sikidang
Usai berkeliling Museum Kailasa, kami melanjutkan tur ke Kawah Sikidang. Kami masih ditemani Pak Daryo yang setia banget mendampingi kami selama perjalanan. Dengan mengendarai minibus, tidak sampai 15 menit dari Kompleks Candi Arjuna, kami tiba di Kawah Sikidang.
Di lokasi ini, aku memilih untuk jalan-jalan di “pasar” yang berada di kanan jalan karena Si Kecil masih peka sama aroma belerang. Aku mengatakan pasar karena banyak macam yang dijual di sini. Dari camilan Kentang Goreng, Sembako, Oleh-oleh khas Dieng, Bumbu Dapur, sampai dengan Opak juga ada! Pasar Sikidang, nih. 😀 Selain pasar, tempat parkiran makin luas, bersih, ternyata sudah ada fasilitas flying fox!
A photo posted by Pungky Prayitno (@pungkyprayitno) on
Fasilitas ini dapat dimanfaatkan oleh para pengunjung untuk mencapai Kawah. Hanya sekedipan mata, pengunjung bisa sampai bibir kawah. Seperti Mbak Lia dan Pungky. Mereka menjajal flying fox karena memang ingin mencobanya, sekaligus menghemat tenaga.
Flying fox yang dibanderol dengan tiket Rp 20.000 per orang, hanya bisa sampai kawasan Kawah Utama saja, dan tiu satu kali perjalanan. Pengunjung akan kembali berjalan kaki saat kembali.
HTM (Harga Tiket Masuk) Kawah Sikidang yaitu Rp 15.000 per orang. Ini merupakan tiket terusan Candi Arjuna-Kawah Sikidang. HTM tiket terusan ini nampaknya kurang diindahkan oleh para pengunjung, nih. Ceritanya, saat aku sedang antre Toilet, ada beberapa pengunjung yang nampaknya kurang setuju dengan tiket terusan ini.
“Kenapa ngga Candi dan Museum aja, sih. Kan lebih dekat, ya.” Ucap seorang perempuan kepada temannya yang duduk di sebelahku. Tapi, aku yakin, pihak Dinbudpar pasti punya tujuan lain atas tiket terusan ini. Ya kan, Pak Dwi? 😀
Bukit Scotter
“Turun depan BRI, ya.”
Aba-aba dari seorang laki-laki berkumis yang mendampingi kami tur selama tiga hari dua malam. Siapa lagi kalau bukan Pak Daryo! Ternyata, BRI Dieng menjadi ancer-ancer menuju Bukit Scotter. Ini bacanya ngindonesia saja, ya. Skoter, bukan Skuter.
Bukit ini belum lama menjadi objek wisata. Awal tahun 2016, mungkin. Sebenarnya, bukit ini tidak masuk wisata unggulan Dieng, Banjarnegara. Tapi, karena sudah masuk peta wisata Jateng, aku pun -seperti- harus memasukkan bukit Scotter pada blog post ini.
Melihat lansekap Kawasan Dieng dari atas Scotter menjadi salah satu hal yang dapat kalian lakukan di sini. Tapi, apakah yakin hanya ingin melihat lansekap saja? Soalnya, bukit ini bisa dibilang instagramable banget! Asli.
A photo posted by Idah (@idahceris) on
Background Gunung Sindoro menjadi incaran kami saat itu. Yaa…abisnya hasil jepretan makin kece, siih! Kan sayang banget mengabaikan Sindoro yang gagah itu. Selain itu, berfoto dari atas gardu pandang yang terbuat dari bambu juga tak kalah menarik. Hijaunya rumput, cantiknya bunga-bunga di bawah gardu akan “mencetak” hasil foto yang bikin greget-greget pingin narsis terooos.
Untuk mencapai Bukit Scotter, kalian tidak perlu susah payah. Hanya butuh waktu 15 menit saja untuk trecking jalan utama. HTM masuk bukit ini yaitu Rp 5.000 per orang. Itupun jika ada yang menjaga loket. Hihihi Berlokasi di Desa Dieng Kulon, Bukit Scotter mudah banget dijangkau karena aksesnya sangat mudah. Kira-kira, 25 menit dari kompleks candi arjuna. Tentang Bukit Scotter, akan aku posting terpisah, ya. 😛
D’Qiano Spring HOT Waterpark
Jelas banget, ya. Kata HOT sengaja aku capslock karena waterpark ini begitu HOT! Air yang mengalir ke waterpark dengan ketinggian 2.000 m dpl ini bersumber dari Kawah Sileri, Kawah terbesar di Dieng.
Sama halnya dengan bukit scotter, D’Qiano juga tidak masuk wisata unggulan Dieng, Banjarnegara. Tapi gimana lagiiiih…! D’Qiano telah berhasil membuat kami betah berlama-lama di kolam hangat. Cukup membayar HTM Rp 20.000 per orang, kalian bisa renang, berendam dari jam 08.00 WIB sampai 17.00 WIB, sesuai jam operasional D’Qiano.
Jarak tempuh menuju D’Qiano dari Kompleks Candi Arjuna kurang lebih 35 menit. Ada banyak fasilitas umum yang disediakan, diantaranya: ruang ganti, kamar ganti, tempat jajan, dan yang tak kalah pentingnya yaitu penginapan. Tentang penginapannya seperti apa, nanti aku tulis terpisah saja, ya. 😀
Jika berwisata ke Dieng, kalian HARUS menyambangi D’Qiano yang berlokasi di Desa Kepakisan, Kecamatan Batur. Yaa…kapan lagi bisa berenang sampai puas, tapi tidak merasa dingin! Ingat, waterpark ini di Dieng, lho. DIENG KAWASAN BANJARNEGARA. *pentingbangetcaplockini*
Pusat Oleh-oleh Khas Dieng
Piknik ke Dieng tidak mampir pusat oleh-oleh khas Dieng. Yakin? Pengen jemuran yang udah kering, kembali basah karean kehujanan. Kembali basah karena tetangga kagak dibelikan oleh-oleh khas, tapi sempat pamit. Duuh…tetangga masa gitu, sih!!! HAHAHA
UD. Tri Sakti menjadi pelabuhan terakhir Blogger Trip Ayo Plesir Maring Banjarnegara. Bapak Saroji, pemilik UD. Tri Sakti ini ternyata giat banget mempromosikan oleh-oleh khas Dieng. Sesampainya di UD. Tri Sakti, seluruh Blogger mencicipi aneka jajan, oleh-oleh khas Dieng. Dan yang paling laku yaitu Keripik Kentang dan Carica! Juara banget kalau disuruh ngemil, ya.
Oleh-oleh khas Dieng lainnya yang ada di UD. Tri Sakti diataranya: Keripik Jamur, Kerupuk Carica, Sirup Carica, Jenang Carica, Jus Terong Belanda, dan tentunya Purwaceng!
Kabarnya, beliau adalah orang pertama yang budidaya tanaman purwaceng di Dieng, mengolahnya menjadi minuman dalam bentuk serbuk, lalu memasarkannya dengan harga terjangkau karena produksi sendiri atau home industri. Pak Saroji ini meski sudah usia lanjut, inovasi tentang camilan cethar banget. Salut dengan beliau yang kini tinggal di Dieng Kulon, Banjarnegara.
Omong-omong, UD. Tri Sakti ini berlokasi di seberang jalan BRI Dieng atau seberang jalan masuk Bukit Scotter. Mudah banget dicari, harga juga bikin kita menari-nari. Ramah dompet, Sist. 😆 😛
Bagi kalian yang hendak berwisata ke Dieng, silakan menyambangi wisata unggulan Dieng, Banjarnegara. Aku yakin, kalian kagak bakal kuciwa! Asal dari rumah membawa bekal happy, sesampainya di Dieng makin happy!
Evi
Saya sudah dua kali ke Dieng dan masih pengen datang lagi. Pesona Dieng itu memang menghanyutkan itulah mengapa datang satu atau dua kali tidak cukup Jadi mesti diulang 🙂
ghozaliq
sedari dulu kalau mau masuk ke Museum Kaliasa selalu tutup, mungkin aku selalu salah jadwal.
waah ada waterboom air hangat baru rupanya 😀
Nathalia DP
udah lama pgn ke dieng, tp keluarga pd ga antusias gt, hiks…
si kecil udah gede ya 😀
cumilebay.com
Eh busyet ada flying fox di sikidang, kapan lalu aku menemukan anak2 gimbal di pasar sikidang
indah nuria
aaaah aku jadi penasaraaaaan..ajak aku ke sini ya nanti Idaaaah 🙂
Indah fajarwati
Aku udh berkali kali ke dieng tapi belum ngerasain bukit scooter sama kolam renang air panas .. next kalo kesana wajib nyobain ..
jual suplemenfitness
dieng emang keren banget, dulu waktu kesana waktu masih sekolah,,
Wisata Tampomas dan Danaunya yang Hits - ~_~ Langkah Baruku ~_~
[…] tahun ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Kabupaten Banjarnegara setelah kawasan dataran tinggi Dieng. Aku tidak melakukan survey untuk ini, sih. Hanya saja melihat banyaknya wisatawan yang terus […]