Penyandang Disabilitas dan OYPMK Bisa Tetap Kerja
Penyandang Disabilitas dan OYPMK Bisa Tetap Kerja – Kesempatan Kerja Bagi Disabilitas dan OYPMK – Pernahkah kalian menjumpai orang difabel yang semangat kerjanya tinggi? Dengan segala keterbatasannya, mereka terlihat sangat menikmati pekerjaannya. Telaten, ulet, dan hasil pekerjaan pun tidak kalah rapi dengan orang-orang yang kondisi fisiknya normal.
Dalam kehidupan nyata, aku jarang banget menjumpai penyandang disabilitas yang bekerja di bagian front office, khususnya di tempat aku tinggal. Ya…minimal bekerja sebagai pramuniaga atau pelayan toko. Bagiku melayani para calon pembeli dengan tulus dan sopan itu lebih penting. Bagi penyandang disabilitas sensorik, hal ini sangat mungkin bisa dilakukan jika dibekali alat bantu. Memang, untuk bekerja ada baiknya memiliki keahlian. Namun skill untuk bekerja sebagai pelayan toko cukup mudah dipelajari asalkan ada kemauan untuk belajar.
Saya jadi ingat kejadian pas Ramadan lalu. Saat sedang belanja sayuran di Pasar Induk Banjarnegara, aku menjumpai penyandang disabiitas fisik sedang berusaha mencari rezeki. Adalah seorang laki-laki muda berjalan dengan bertumpu pada panggul dan kedua tangannya. Aku perhatikan dia masuk pasar dari gang satu ke gang lainnya untuk meminta-minta. Mungkin merasa tidak punya keahlian atau tidak percaya diri dengan keadaan fisiknya, terpaksa memilih sebagai peminta-minta.
Penyandang Disabilitas yang Menginspirasi.
Ada seorang teman yang mengunggah status melalui WhatsApp story. Tidak sengaja saya melihat status tersebut dan ternyata isinya adalah rekaman video yang diambil di sebuah bengkel sepeda motor. Dia terlihat sedang duduk santai sembari menikmati mendoan, aneka camilan ringan tersaji di atas meja. Tidak ketinggalan ada kopi yang terlihat masih mengepul. Terbayang nikmatnya.
Tidak hanya aktivitas nyeruput kopi saja yang direkam, tapi dia juga merekam aktivitas di sekitar bengkel. Iya, di bengkel terlihat ada seorang laki-laki difabel yang sedang memasang ban sepeda motor dengan terampil meski hanya menggunakan satu tangan. Kemudian, di sebelahnya ada juga laki-laki (rekan kerjanya dan sama-sama difabel), sedang menambal ban dengan kedua tangannya. Karena membutuhkan alat untuk menyelesaikan pekerjaannya, dia pun berjalan dengan mengandalkan kedua tangan dan panggulnya. Selain disabilitas fisik, ternyata dia juga ada gangguan dengan pendengarannya.
Melihatnya sedang berusaha mengambil perkakas, aku seperti dejavu. Teringat pada seorang laki-laki yang aku jumpai di Pasar saat sedang belanja sayur. Mungkin jika dia melihat video yang aku putar, dia bisa melakukan hal yang sama atau paling tidak ada semangat untuk bekerja. Aku yakin penyandang disabilitas di bengkel sepeda motor bukan satu-satunya pejuang rupiah yang dapat menginspirasi bagi para difabel lainnya. Ada banyak kisah inspiratif yang kadang ditayangkan di televisi.
Tidak hanya para penyandang disabilitas, ternyata orang yang pernah menyandang kusta pun memiliki problematik yang sama yaitu terjebak dalam lingkaran diskriminasi yang berdampak pada sulitnya mendapat pekerjaan dan hidup dalam kekurangan.
Tentang Orang Yang Pernah Menyandang Kusta (OYPMK).
Kusta bukan penyakit mematikan. Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang menyerang kulit, jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung.
Data World Health Organization (WHO), mencatat prevalensi 0,2 per 10.000 penduduk, dengan jumlah pasien baru 208.619 kasus terjadi sepanjang 2018. Selain itu, hingga saat ini, masih ada tiga negara yang memiliki pekerjaan berat dalam memerangi kusta, yaitu India, Brazil dan Indonesia. Prihatin banget ketika tahu Indonesia menduduki peringkat ketiga penderita kusta terbanyak di dunia. Ya meski makin ke sini kurva makin landai, rasanya tetap saja miris.
Kita semua tahu, bahwa penyakit kusta itu bisa disembuhkan. Setelah sembuh pun, Orang Yang Pernah Menyandang Kusta (OYPMK) tidak akan menularkan penyakit kusta. Perlu kalian tahu, butuh waktu lama untuk tertular kusta, itu pun harus kontak erat dengan penderita kusta. Meski demikian, tidak sedikit masyarakat yang khawatir bahkan takut berkomunikasi dengan OYPMK. Takut tertular atau takut karena melihat fisiknya yang sudah tidak sempurna lagi. Apalagi buat mereka yang kustanya sampai menyerang saraf tepi, sensorik, motorik, dan saraf-saraf otonom, ini bisa mengakibatkan disabilitas.
Menghilangkan stigma penyakit kusta kepada masyarakat memang tidak mudah. Namun, buat yang sudah tahu dan paham perihal penyakit kusta, ada baiknya pelan-pelan turut mengedukasi masyarakat. Bantu OYPMK untuk kembali percaya diri dengan kondisinya sehingga tidak ada lagi keraguan untuk bersosialisasi.
Talkshow Kesempatan Kerja Bagi Disabilitas dan OYPMK.
Aku bersyukur bisa hadir mengikuti live straming di kanal Youtube Berita KBR bersama teman-teman Bloger yang tergabung dalam komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (IIDN). Banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan dari acara yang bertema “Memberikan kesempatan kerja bagi disabilitas dan OYPMK? Kenapa tidak!“.
Acara yang dipersembahkan oleh Kantor Berita Radio (KBR) dan NLR Indonesia berlangsung pada Selasa 15 Juni 2021 dengan pembawa acara Mas Rizal Wijaya. Ada tiga nara sumber yang hadir pada acara ini, yaitu :
- Angga Yanuar (Manager Proyek Inklusi Disabilitas NLR Indonesia);
- Zukirah Ilmiana (Owner PT. Anugrah Frozen Food);
- Muhamad Arfah (Pemuda OYPMK).
Mas Angga sebagai pembicara pertama dengan bahasa yang mudah dimengerti, dia memberikan pemahaman tentang penyakit kusta dan stigmanya di masyarakat.
FYI, penyebaran penyakit kusta di Indonesia ternyata masih ada di 9 provinsi. Ya, ada beberapa provinsi yang belum menyatakan bahwa mereka sudah melakukan eliminasi kusta. Menurut data dua sampai tiga tahun ke belakang kasus yang cukup tinggi ada di provinsi Papua, Sulawesi Selatan, NTT, Jawa Timur, dan Sumatera Barat. Ini yang membuat miris meski tiap tahunnya terus turun.
Tanda-tanda seseorang terkena kusta bisa diidentifikasi dengan munculnya bercak warna putih atau merah dan mati rasa. Ini ketika dilihat secara visual. Jika sudah tampak tanda-tanda di atas, segera memeriksakan diri ke puskesmas untuk supaya segara ditangani.
Kusta merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan stigma. Maksudnya, ketika pasien kusta sudah dianggap sembuh, masyarakat tetap menganggap penyakit kusta berpotensi menular. Apalagi jika sampai mengalami disabilitas yang tampak oleh mata, sepanjang yang bersangkutan hidup, pasti akan mendapatkan stigma. Mulai dari sini lah diskriminasi untuk OYPMK sangat terasa. Makanya dalam talkshow, Mas Angga berpesan untuk aktif memberikan energi positif kepada orang yang pernah mengalami kusta, khususnya bagi penyandang disabilitas karena mereka tidak mudah untuk kembali beraktivitas di luar.
Lanjut pembicara kedua yaitu Mbak Zukirah. Pada talkshow kali ini, sebagai pemilik PT. Anugrah Frozen Food, Mbak Zukirah sangat terbuka ketika ada penyandang disabilitas atau OYPMK mendaftar di tempat kerjanya. Dia juga berbagi cerita perihal penerimaan karyawan magang di perusahaannya. Ceritanya karyawan magang ini sedang melayani pembeli di toko. Namun pembeli merasa kurang nyaman dilayani karena si karyawan magang merupakan OYPMK. Perilaku seperti ini pasti mengecilkan hati para OYPMK, dong. Mbak Zukirah pun melakukan pendekatan dengan pelanggannya dan menjelaskan tentang kondisi karyawannya. Beruntung pembeli memahami dan no problem.
“Penanganan penyandang disabilitas dan OYPMK bukanlah tanggung jawab pemerintah semata, tapi juga memerlukan keterlibatan masyarakat yang mengedepankan kepedulian sosial.”
Aku sangat setuju dengan statement Mbak Zukriah. Aku pun sangat mengapresiasi niat mulia Mbak Zukirah dalam membantu teman-teman penyandang disabilitas dan OYPMK untuk tetap berkarya dengan segala keterbatasannya. Tidak membeda-bedakan. Karena ternyata baik penyandang disabilitas maupun OYPMK mampu bekerja dengan baik.
Saat ini, PT. Anugrah Frozen Food menjadi salah satu perusahaan yang dipercaya sebagai penerima magang disabilitas di Bulukumba, Sulawesi Selatan, dalam rangka program kerja inklusif katalis yang diinisiasi oleh NLR Indonesia bersama organisasi di Sulawesi Selatan.
Pembicara terakhir ada Mas Arfa, seorang pemuda OYPMK yang saat ini tinggal di Makassar. Berkomunikasi dengan OYPMK ternyata membutuhkan kekuatan lebih. Bukan, bukan karena takut atau sejenisnya, tapi meminta mereka untuk berbagi cerita ternyata tidak mudah.
Mas Rizal meminta kepada Mas Arfa untuk berbagi pengalaman selama dia kena kusta dan setelah dinyatakan sembuh dari penyakit kusta. Tanpa sadar, dia meneteskan air mata. Artinya, penyakit kusta ini seperti meninggalkan luka yang sangat mendalam. Maka dari itu, motivasi dari orang terdekat memang sangat penting. Pelan-pelan menumbuhkan percaya diri minimal untuk kembali bersosialisasi di lingkungan sekitar.
Mas Arfa kena kusta saat duduk di bangku SMA. Waktu itu, kulitnya sangat gelap disertai belang-belang. Dengan kondisi seperti itu, dia sempat dibilang monster, roti gosong, dan banyak sebutan lainnya yang pasti sangat menyakitkan sampai dia memutuskan untuk jarang berangkat sekolah. Tapi karena dukungan sembuh dari keluarga sangat kuat, Mas Arfa pun semangat untuk menjalani pengobatan dan yakin bisa sembuh dari kusta.
Sebagai pemuda OYPMK, Mas Arfa memberikan motivasi kepada teman-teman yang kena kusta untuk segera berobat karena penyakit kusta jika diobati sedini mungkin bisa sembuh. Saat ini Mas Arfa sedang magang di Satpol PP Kota Makassar sebagai Staf Administrasi. Dengan kondisinya yang sekarang, dia pun kembali memberikan dukungan kepada OYPMK bahwa semua orang punya kelebihan masing-masing, OYPMK harus percaya diri supaya bisa meneruskan cita-citanya.
Penyandang Disabilitas dan OYPMK Bisa Tetap Kerja!
Stigma bentuknya ada beberapa macam, salah satunya yang paling diupayakan untuk dikurangi adalah stigma diri, stigma yang dialami oleh pasien itu sendiri karena merasa bahwa mengidap penyakit kusta itu merupakan kondisi yang tidak menyenangkan. Kita semua dapat membantu mereka untuk keluar dari ketakutan dan kekhawatiran akan masa depannya dengan cara mengubur dalam-dalam persepsi negatif tentang kusta penyakit kutukan, kusta tidak bisa disembuhkan, dan kusta penyakit menular. Kubur dalam-dalam dan buang jauh-jauh persepsi tersebut.
Kemudian untuk langkah berikutnya, kita bisa memberi dukungan untuk mereka supaya bisa kembali percaya diri dan bisa berkarya sesuai passionnya. Karena saat ini makin banyak pekerjaan yang bisa dilakukan secara online, tidak perlu datang ke kantor, atau bertemu dengan orang lain, mungkin para penyandang disabilitas tertentu atau OYPMK bisa bekerja di dunia digital. Sebagai Bloger, misalnya. Ada banyak peluang di sana.
Selain bekerja dengan memanfaatkan fasilitas internet, para penyandang disabilitas dan OYPMK dapat mendaftar pekerjaan melalui website kerjabilitas.com, sebuah jaringan sosial karir yang menghubungkan penyandang disabilitas dengan penyedia kerja inklusi di Indonesia.
Penyandang disabilitas dan OYPMK bisa tetap bekerja. Bagaimanapun alasannya, mereka membutuhkan mata pencaharian untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Jadi, stop diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas dan orang yang pernah menyandang kusta.
Leave a Reply