Pouch Karakter yang Multifugsi
Bagiku, benda apapun yang beraroma karakter, tuh, lebih memikat. Memiliki ciri khas, dan akan lebih mudah diingat, karena ada karakter yang menempel pada…
Review Apa Saja yang Bagussss
Bagiku, benda apapun yang beraroma karakter, tuh, lebih memikat. Memiliki ciri khas, dan akan lebih mudah diingat, karena ada karakter yang menempel pada…
Tiap orang sepertinya punya cita-cita untuk memiliki rumah idaman. *seperti aku aku aku* Tapi, kriteria rumah idaman bagi tiap orang, tuh, berbeda. Ada…
Beberapa hari yang lalu, aku membaca informasi di koran pada kolom jual rumah. Tak menyangka, ternyata informasi yang disuguhkan ngga hanya informasi rumah…
Syarat wajib agar bisa memulai belanja online yaitu dengan cara mengaktifkan koneksi internet. Ya, internet yang semakin hari menjadi bagian penting dalam kehidupan…
Senin (22/06), saya susah membuka dan menutup mulut. Pegal, sakit tepat pada rahang atas depan telinga. Tidak ada suara kletuk-kletuk seperti tulang geser gitu, sih. Hanya saja, untuk buka tutup mulut dan mengunyah makanan terasa sakit. Ada masalah dengan persendian rahang.
Saya menceritakan hal ini kepada Bu Umi, rekan kerja saya satu ruangan. Ternyata, anak Beliau pernah mengalami hal yang serupa. Hanya saja, dia pegal pas di belakang telinga. Menurutnya, tak perlu khawatir. Sebab, esok akan sembuh dengan sendirinya. Saya lega mendengar pernyataan Beliau.
Ibu saya juga berkata demikian. Orang desa bilang Sekelen, namanya. Posisi rahang atas sakit yang menyebabkan mulut tidak bisa mangap secara normal. Maksimal hanya setengah jari telunjuk saja. Tahukah kamu? Sakit banget kalau menguap. Nikmatnya masya Allah!
Sakitnya rahang yang saya alami ini tidak berkaitan dengan gigi. Ya, saya tidak sedang sakit gigi atau bermasalah dengan gigi.
Saya membiarkan rahang pegal selama tiga hari. Berharap akan pulih sendiri nantinya. Tapi, bertambah hari, kok rahang menjadi tambah kaku, gitu. Saya pun mencoba browsing dan menemukan artikel di Tribunnews yang membahas hal tentang sakit pada rahang.
Kini, jika sedikit saja merasa sakit, saya was was. Maklum, saya kan sedang hamil, tuh. Kasihan Ade yang ada dalam perut. Apalagi, kalau sampai harus berurusan dengan obat-obatan. Beuuh!
Pada artikel yang saya baca, sakit pada rahang atau gangguan pada sendi rahang dan otot-otot pengunyahan dikenal dengan istilah temporo-mandibular disorder. Meski penyebab sendi rahang masih belum bisa dipastikan, namun beberapa hal di bawah ini bisa jadi penyebabnya. Yaitu:
Bagi saya, point ke empat paling mendominasi. Sebab, saya memang lebih sering mengunyah makanan di sisi kiri. Ini masih sebatas perkiraan saya, sih. Terlebih, malam harinya, saya baru ngemil Opak dan juga Keripik Pisang. My favorite camilan. Ngemil hampir habis satu toples sangking sukanya. Mengunyah pun pada satu sisi saja. Sisi kiri, yang sekarang sedang sakit.
Ini baru perkiraan saya, sih. Ngga tahu nanti kalau periksa ke Dokter Saraf yang sampai Sabtu ini masih cuti. Masuk kembali hari Senin. Ya, setelah konsultasi ke Dokter Kandungan, saya dirujuk ke Dokter Saraf. Ini saran dari Mbak Myra juga supaya periksa ke Dokter Kandungan. Mengingat saya sedang hamil.
Saat saya menulis status di facebook perihal sakit rahang ini, saya mendapat saran dari beberapa teman Blogger. Berikut beberapa saran dari mereka:
Masih ada beberapa teman lain. Diantara untuk melakukan pijet refleksi. Satu per satu saya praktikkan saran dari teman-teman. Itung-itung sambil menunggu Dokter Saraf satu-satunya itu kembali praktik.
Apakah teman-teman pernah mengalami sakit rahang? Share, dong!
Adakah diantara kamu yang jarang menikmati tiap kilometer perjalanan yang ditempuh tiap harinya? Saat menuju ke tempat kerja, misalnya. Ada banyak kilometer, kan?
Saya pribadi, tiap harinya menempuh perjalanan dari rumah sampai tempat kerja kurang lebih sepuluh kilometer yang saya tempuh dengan sepeda motor. Paling lama lima belas menit saya sampai di tempat kerja.
Memang cukup dekat jarak dari rumah ke tempat kerja. Tapi, sekarang terasa lama banget. Apalagi minggu-minggu ini. Bisa ditempuh dalam waktu setengah jam saja sudah beruntung. Jam kerja yang maju setengah jam pun seakan tak berpengaruh buat saya. Karena, sekarang saya lebih menikmati perjalanan dalam rangka bulan ramadhan. π *demi apa banget bohong*
Saya berangkat dari rumah tetap pukul 07.00 WIB. Sebab, pada tiap kilometer, entah berapa kilo tepatnya, saya pasti berhenti untuk menepi jalan raya. Lebih banyak membutuhkan waktu untuk berhenti. Minimal dua menit, dan maksimal lima menit. Tetap berada di atas motor, sih. Hanya menepi saja. Karena mual banget.
Sejak berbadan dua, hampir tiap pagi hari saya mual-mual. Wajar banget, ya, masih masuk tri semester pertama usia kandungan. Saya kira tuh, mualnya cukup setelah sahur saja. Secara, makanan, buah, susu, yang sudah masuk tumpah semua, tuh.
Maunya, sih, ya. Tapi, yang namanya rejeki ngga ada yang tahu kapan datang. Sedang asyik-asyik jalan selow, tiba-tiba mual. Hanya mual saja, sih. Ngga sampai keluar suatu apa dari mulut. Tapi, namanya dalam perjalanan, naik motor pula, kan was was, ya. Maka dari itu, memilih berhenti dahulu.
Tadinya cukup menepi, tetap duduk di atas motor. Tapi, pas hari Rabu kemarin, kok rasanya ngga sanggup kalau hanya duduk di atas motor. Lemasnya minta ampun. Mau ngga mau harus turun dari motor, kemudian memilih tempat yang bisa untuk sekadar duduk. Ngga mampu nongkrong, euy.
Ada teman yang bilang, kalau saya terlalu memaksakan tetap naik motor. Hmm…bukan tentang memaksakan, sih, sebenarnya. Hanya saja, agak takut kalau saya tidak bisa memenuhi kewajiban sebagai pekerja. Terlambat masuk, misalnya. Jadi, saya tetap naik motor selagi mampu.
Ada teman yang menyarankan untuk naik angkutan umum saja. Tapi, bagi saya terlalu banyak risiko. Namanya naik angkutan umum, khususnya di daerah saya, tidak bisa efisien waktu. Apalagi yang namanya angkutan desa, dimana Sopir bisa berhenti kapan saja dan dimana saja. Bisa berhenti pada tiap gang masuk Desa, pertigaan, untuk menunggu penumpang.
Selain itu, jika saya tiba-tiba mual, gimana coba? Masak mau minta berhenti, kemudian para penumpang diminta untuk menunggu di dalam angkot sampai saya agak lega. Emang saya anak sopir angkot, gitu? Serasa booking angkot, dong. π
Maka dari itu, saya lebih memilih tetap mengendarai sepeda motor. Menikmati tiap kilometer yang saya tempuh. Ngga mau merepotkan keluarga juga, sih. Ayang suami jelas ngga bisa mengantarkan. Secara, jam masuk kerja lebih awal dari saya. Lagipula, jalan kami berlawan arah. π
Ingin rasanya merepotkan Bapak ganteng. Tapi, ngga tega. Selagi mampu, bisa sendiri, lakukan saja, ya. Terpenting tetap menjaga diri. Sebab, yang paling tahu baiknya seperti apa, ya hanya diri sendiri. π
Sebagai perempuan yang lebih suka memanfaatkan sarana transportasi umum, saya semacam mengkoleksi nomor telephone agen, dan juga kondektur Bus antar kota. Ngga banyak,…
Bahwa yang namanya rejeki tuh tidak akan tertukar. Bahkan, ia akan memberi isyarat, terus mendekat kalau memang akan menjadi milik kita. Seperti yang…
Mie Syalala. Nama yang cukup unik. Seakan mengajak pengunjung untuk menikmati mie sembari bergoyang. Syalalalala, dubidu, lalala, yelalalala. *kumat* Tapi goyang lidah tentunya,…
Menikmati seluruh wahana yang ada di Eco Green Park (EGP), Malang, Jawa Timur, membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Tidak seperti taman pada umumnya,…