Saung Bu Mansur, Tempat Asyik Untuk Ngedate Sekaligus Makan-makan
Belum lama ini, aku bersama Kecemut, mengajak Tante dan Milzana ngedate. Nikmatnya orang mengajak, tuh, harus mau remfong. Tanggungjawab utama yaitu menentukan waktu, kemudian tempat, dilanjutkan dengan meeting point. Tanggungjawab gini dowang cipiiil, euy. *sombong*
Ngedate identik dengan jalan berdua bersama pasangan. Hanya berdua, tanpa tambahan orang. Tapi, itu tidak berlaku bagiku. *maaf, efek kagak pernah ada yang ngajakin gue ngedate* *tjurhat*
Sudah lama aku menggunakan istilah tersebut untuk mengajak Teman-teman berkumpul. Selain keluarga, saudara, berkumpul dengan Teman-teman begitu asyik dan selalu sukses membuatku bahagia.
Bertemu, bekumpul, bercerita, dan endingnya akan selalu ada hikmah setelah pertemuan. Sharing pengalaman, misalnya.
Membahagiakan orang lain saat ngedate, tuh, sederhana. Cukup dengan datang tepat waktu, memilih tempat yang teduh serta sajian yang santai. Ketiganya bisa didapat dengan mudah dan terjangkau. Apalagi, aku mengajak mereka ngedate di Saung Bu Mansur. Nyaam…asyiknya bahagia bersama dalam kehematan. 😀
Nah, berikut 7 hal yang membuat ngedate sekaligus makan-makan di Saung Bu Mansur makin asyik:
1. Suasana Sekitar Saung
Sesampainya di pelataran Saung Bu Mansur, satu per satu Saung nampak syantieq dari area parkir yang lapang. Teduh yang kurasa. Makanya, tak sabar untuk segera menempatinya.
Terlepas dari udara yang bebas masuk-keluar, pemandangan di sekitar Saung bikin maknyes. Tidak hanya membuat batin adem, mata pun turut menikmati pepohonan hijau dan saung-saung mungil yang berdiri kokoh di atas kolam ikan.
Saat itu, di aula yang berada di lantai atas sedang berlangsung suatu acara. Alunan musik dan volume suara mereka berisik teratur karena -mungkin- yang punya hajat adalah orang tua. Musik dan lagu yang diputar adalah tembang lawas. Jadi, tidak begitu mengganggu. Suasana pun makin syahdu menggebu.
Notes: Aula Saung Bu Mansur cocok untuk acara yang kalem. Temu kangen, Reuni, Seminar, Workshop, dan lain sejenisnya. Tenang tapi tidak menghanyutkan. 😛
Aku pernah mengadakan acara buka bersama di Saung ini saat bulan Ramadhan. Beeuh…ramai banget, Bebies! Namun, karena pada dasarnya suasana Saung teduh, tenang, Tetamu tidak gaduh, apalagi SUMUK! Outdoor, gitcyu. 😉
2. Pramusaji Cepat Tanggap dan Paham Detail Menu
Berapa banyak Pramusaji di Saung Bu Mansur? PULUHAN!
Tidak sedikit Pramusaji yang selalu standby di ruang kasir. Mereka berseragam, sehingga nampak rapih. Setiap Tetamu datang, satu Pramusaji akan mengantar sekelompok atau bahkan satu tamu menuju Saung yang masih kosong.
Sebelum menuju Saung, Pramusaji akan memberi pilihan Saung yang kosong, lengkap beserta lokasi tepatnya. Berada di ujung atau bagian atas, misalnya.
Aku kerap mendapat Pramusaji yang cekatan. Selalu mendapat yang terbaik menurutku. Bisa karena beruntung, atau memang seluruh waiters cepat tanggap. Yang jelas, aku salut dengan mereka yang memberi referensi menu, menjelaskan detail menu yang tertera pada daftar menu.
Mas Ary, namanya. Terakhir ke Saung Bu Mansur, aku beserta Tante-tantenya Jasmine dilayani oleh Mas Ary.
Awalnya aku ingin memesan minuman tanpa Es. Tapi, tidak tahunya aku memilih minuman yang menurutnya harus menggunakan Es saat membuatnya. Mas Ary juga memberi perincian bahan yang digunakan untuk satu gelas minuman yang kupesan.
“Yaudah, aku memilih cokelat panas saja, Mas.” Pilihan akhir selalu jatuh pada cokelat. Minuman paling aman untuk Ibu menyusui. Hahaha…
Menu selanjutnya yang kupesan, yaitu telor dadar. Saat Pramusaji mencatat pesanan, dia menawarkan untuk menu telor.
“Telornya pakai sambal ngga, Mbak? Pedas atau sedang?”
Aku kira telor dadarnya standard rumahan, ternyata hampir mirip telor penyet. Aku mau banget ditawari telor selai cabai. 😀
3. Bebas, Tanpa Batas Waktu
“Maaf Mbak, mejanya saya bersihkan, ya. Maaf Buk, makannya sudah selesai? Mau saya bersihkan.”
Sedang asyik ngobrol, tiba-tiba waiters yang permisi untuk bebersih. Duuh…itu sama dengan mengusir secara halus! *TerBaper*
Tenang, kamu tidak akan menjumpai hal demikian di Saung Bu Mansur. Sejaih ini, aku belum pernah menjumpai waiters yang suka permisi akan bebersih, sementara Tetamu masih serius berbincang tentang resuffle Menteri. 😀
Menikmati pesanan sampai habis, pesan ulang, Saung tetangga sudah berganti tamu beberapa kali, tapi kami masih asyik selonjoran manja. Untung Saunh yang kami tempati cukup jauh dari kasir dan pantauan para Waiters. Aman!
Emm….tapi kalau hanya memesan dua cangkir cokelat dan teteap nyaman duduk berdua dari pagi sampai sore di Saung, sih, KETERLALUAN. Wkwkwk
4. Memesan Menu Lebih Praktis dan Cepat
Setelah mengantar Tetamu sampai Saung, Pramusaji segera memberi daftar menu.
Saung yang terkenal dengan menu ayam gorengnya memberi kemudahan bagi Tetamu dalam memesan menu makanan. Dengan sabar, Pramusaji menunggu Tetamu untuk order makanan.
Pramusaji harus menunggu, sebab pemesanan menu tidak lagi menggunakan ballpoint dan kertas, melainkan Tablet. Asyik banget, tulisan jeyekku tidak ketahuan. 😛 Nah, karena pemesanan menu telah dibantu sistem, maka pesanan pun cepat datang.
Selain itu, yang menjadikan pesanan lebih cepat yaitu karena antara Waiters yang mencatat pesanan dengan yang mengantar makanan berbeda. Ada bagian atau petugas tersendiri. Makanya, tanpa menunggu lama, pesanan tersaji di meja.
Syarat dan ketentuan berlaku, lho. Tidak berlaku saat bulan ramadhan di mana banyak remaja dan keluarga yang tumplek buka bersana di Saung Bu Mansur.
5. Fasilitas yang Ada Membuat Tetamu Lebih Tenang
Bagiku, mencuci tangan sebelum makan itu harus. Terlebih, jika menu makannya adalah daging dan juga sayur. Kurang greget kalau tidak menyentuhnya secara langsung. *menduakan sendok*
Hampir tiap Saung disediakan tempat mencuci tangan. Minimal, satu kompleks ada dua tempat cuci tangan plus dengan sabunnya.
Memang terlihat sepele. Tapi, bagiku penting. Cubanget kalau harus lari ke hutan untuk mencari air. 😛 Maksudnya, lari ke Toilet hanya untuk mencuci tagan.
Fasilitas lain yang penting dan sukses membuatku tenang tiap kali ngedate di sini yaitu Mushala, tempat wudhu dan toilet ada dalam satu deret. Semacam paket komplit ini. 😆 Tempatnya pun cukup bersih. Termasuk alat untuk ibadah. Cuma di sini, belum disediakan sarung. Baru mukena dengan jumlah yang tidak banyak.
Lalu, apakabar fasilitas penunjang, tapi penting. WiFi, misalnya. 😀
Kecepatan akses internet di sini cukup bikin bahagia. Aku tidak melakukan download dan tidak mencoba cek kecepatannya. Tapi, untuk PAMER di sosial media, tuh, wuuuuush banget!
Yaiyalaaa…username dan password masing-masing saung saja berbeda. Jadi, tidak rebutan signal. 😛
Oiya, di saung ini disediakan tempat bermain, gitu. Jadi, yang merasa asyik bukan hanya orang dewasa, anak-anak juga.
Sekadar informasi, di sini belum tersedia tempat khusus bagi para anak berkebutuhan khusus. Jadi, harus ada pendampingan lebih jika ada Tetamu ABK.
6. Ikan-ikan di Sekitar Saung Begitu Menggoda
Bagaimana rasanya bisa berbagi sesama makhluk ciptaaNya? Pastinya bahagia! Berbagi dengan sesama saja bahagia bangedd, ya. Apalagi ini berbagi dengan ikan-ikan seksi yang tak kenal mabok.
Jangan sampai jatuh ke tangan lain, selagi tangan kita mampu membahagiakannya. ??? #Moment #Saung #PakanIkan #IkanBawal #TanganSeksi @nelitanzila_
Aku, kamu, Pak Presiden, Ibu Sri Mulyani, bisa berbagi sisa makanan dengan ikan-ikan yang berada di kolam. Tidak ada kata mubadzir untuk makanan yang tidak habis. Tiap makanan yang tidak habis bisa banget dibagikan kepada ikan-ikan seksi. 😉
Salah satu kelebihan bisa memilih Saung yang berdiri di atas kolam, ya, bisa berbagi dengan ikan bawal. Lain suasana jika kamu meilih saung yang berada di lantai atas dan tidak ada kolamnya. Kurang “basah”. 😛
Saung yang berdiri di atas kolam ikan menjadikan ngedate sekaligus makan-makan di Saung Bu Mansur terasa lebih asyik dan menyenangkan.
7. Lokasi Mudah Dijangkau dengan atau Tanpa Transportasi
Keberadaanya memang tidak di tengah kota. Berlokasi cukup jauh dari jalan raya utama, tidak berpengaruh pada keinginan para penikmat kuliner untuk singgah di Saung Bu Mansur.
Kurang lebih 5 km dari Alun-alun Banjarnegara, 1 km dari Dieng Swalayan, atau 800 meter dari Terminal Induk Banjarnegara.
Jika menggunakan transportasi, kamu bisa lewat pertigaan Dieng Swalayan. Kurang lebih 5 menit menuju Saung Bu Mansur.
Alternatif lain, bisa mengambil dari arah pertigaan Gayam. Melewati jembatan baru yang menghubungkan kelurahan Krandegan dan Parakancanggah. Melalui jembatan ini, kamu akan sampai di Saung Bu Mansur dengan lebih mudah. Termasuk akses jalannya, lebih mudah. 🙂
Nah, kalau kamu singgah di Banjarnegara, kontak aku, ya. Bisa jadi aku ajak ngedate di Saung Bu Mansur. Tapi kamu yang bayar, ya. Seperti saat aku bersama Tante dan Milzana ke sini, mereka yang bayar. Wkwkwk 😛 *tipu banget*
Saung Bu Mansur Banjarnegara
- Alamat: Jl. Kedasih No. 55, Tretek, Parakancanggah, Banjarnegara.
- Jam Buka: 09.00-23.00 WIB.
- Nomor Telephone: (0286) 595055
- Menu Andalan: Ayam dan Gurameh.
- Harga: Medium