Saung Bu Mansur, Tempat Asyik Untuk Ngedate Sekaligus Makan-makan

Belum lama ini, aku bersama Kecemut, mengajak Tante dan Milzana ngedate. Nikmatnya orang mengajak, tuh, harus mau remfong. Tanggungjawab utama yaitu menentukan waktu, kemudian tempat, dilanjutkan dengan meeting point. Tanggungjawab gini dowang cipiiil, euy. *sombong*

Ngedate identik dengan jalan berdua bersama pasangan. Hanya berdua, tanpa tambahan orang. Tapi, itu tidak berlaku bagiku. *maaf, efek kagak pernah ada yang ngajakin gue ngedate* *tjurhat*

Sudah lama aku menggunakan istilah tersebut untuk mengajak Teman-teman berkumpul. Selain keluarga, saudara, berkumpul dengan Teman-teman begitu asyik dan selalu sukses membuatku bahagia.

Bertemu, bekumpul, bercerita, dan endingnya akan selalu ada hikmah setelah pertemuan. Sharing pengalaman, misalnya.

Membahagiakan orang lain saat ngedate, tuh, sederhana. Cukup dengan datang tepat waktu, memilih tempat yang teduh serta sajian yang santai. Ketiganya bisa didapat dengan mudah dan terjangkau. Apalagi, aku mengajak mereka ngedate di Saung Bu Mansur. Nyaam…asyiknya bahagia bersama dalam kehematan. 😀

Nah, berikut 7 hal yang membuat ngedate sekaligus makan-makan di Saung Bu Mansur makin asyik:

SAUNG BU MANSUR

1. Suasana Sekitar Saung

Sesampainya di pelataran Saung Bu Mansur, satu per satu Saung nampak syantieq dari area parkir yang lapang. Teduh yang kurasa. Makanya, tak sabar untuk segera menempatinya.

Terlepas dari udara yang bebas masuk-keluar, pemandangan di sekitar Saung bikin maknyes. Tidak hanya membuat batin adem, mata pun turut menikmati pepohonan hijau dan saung-saung mungil yang berdiri kokoh di atas kolam ikan.

SAUNG BU MANSUR BANJARNEGARA PELAYAN

Saat itu, di aula yang berada di lantai atas sedang berlangsung suatu acara. Alunan musik dan volume suara mereka berisik teratur karena -mungkin- yang punya hajat adalah orang tua. Musik dan lagu yang diputar adalah tembang lawas. Jadi, tidak begitu mengganggu. Suasana pun makin syahdu menggebu.

Notes: Aula Saung Bu Mansur cocok untuk acara yang kalem. Temu kangen, Reuni, Seminar, Workshop, dan lain sejenisnya. Tenang tapi tidak menghanyutkan. 😛

Aku pernah mengadakan acara buka bersama di Saung ini saat bulan Ramadhan. Beeuh…ramai banget, Bebies! Namun, karena pada dasarnya suasana Saung teduh, tenang, Tetamu tidak gaduh, apalagi SUMUK! Outdoor, gitcyu. 😉

2. Pramusaji Cepat Tanggap dan Paham Detail Menu 

Berapa banyak Pramusaji di Saung Bu Mansur? PULUHAN!

Tidak sedikit Pramusaji yang selalu standby di ruang kasir. Mereka berseragam, sehingga nampak rapih. Setiap Tetamu datang, satu Pramusaji akan mengantar sekelompok atau bahkan satu tamu menuju Saung yang masih kosong.

Sebelum menuju Saung, Pramusaji akan memberi pilihan Saung yang kosong, lengkap beserta lokasi tepatnya. Berada di ujung atau bagian atas, misalnya.

SAUNG BU MANSUR BANJARNEGARA CAMILAN

Aku kerap mendapat Pramusaji yang cekatan. Selalu mendapat yang terbaik menurutku. Bisa karena beruntung, atau memang seluruh waiters cepat tanggap. Yang jelas, aku salut dengan mereka yang  memberi referensi menu, menjelaskan detail menu yang tertera pada daftar menu.

Mas Ary, namanya. Terakhir ke Saung Bu Mansur, aku beserta Tante-tantenya Jasmine dilayani oleh Mas Ary.

Awalnya aku ingin memesan minuman tanpa Es. Tapi, tidak tahunya aku memilih minuman yang menurutnya harus menggunakan Es saat membuatnya. Mas Ary juga memberi perincian bahan yang digunakan untuk satu gelas minuman yang kupesan.

SAUNG BU MANSUR BANJARNEGARA MENU MANAKAN

Yaudah, aku memilih cokelat panas saja, Mas.” Pilihan akhir selalu jatuh pada cokelat. Minuman paling aman untuk Ibu menyusui. Hahaha…

Menu selanjutnya yang kupesan, yaitu telor dadar. Saat Pramusaji mencatat pesanan, dia menawarkan untuk menu telor.

Telornya pakai sambal ngga, Mbak? Pedas atau sedang?” 

Aku kira telor dadarnya standard rumahan, ternyata hampir mirip telor penyet. Aku mau banget ditawari telor selai cabai. 😀

3. Bebas, Tanpa Batas Waktu

“Maaf Mbak, mejanya saya bersihkan, ya. Maaf Buk, makannya sudah selesai? Mau saya bersihkan.”

Sedang asyik ngobrol, tiba-tiba waiters yang permisi untuk bebersih. Duuh…itu sama dengan mengusir secara halus! *TerBaper*

Tenang, kamu tidak akan menjumpai hal demikian di Saung Bu Mansur. Sejaih ini, aku belum pernah menjumpai waiters yang suka permisi akan bebersih, sementara Tetamu masih serius berbincang tentang resuffle Menteri. 😀

Menikmati pesanan sampai habis, pesan ulang, Saung tetangga sudah berganti tamu beberapa kali, tapi kami masih asyik selonjoran manja. Untung Saunh yang kami tempati cukup jauh dari kasir dan pantauan para Waiters. Aman!

Emm….tapi kalau hanya memesan dua cangkir cokelat dan teteap nyaman duduk berdua dari pagi sampai sore di Saung, sih, KETERLALUAN. Wkwkwk

4. Memesan Menu Lebih Praktis dan Cepat

Setelah mengantar Tetamu sampai Saung, Pramusaji segera memberi daftar menu.

Saung yang terkenal dengan menu ayam gorengnya memberi kemudahan bagi Tetamu dalam memesan menu makanan. Dengan sabar, Pramusaji menunggu Tetamu untuk order makanan.

Pramusaji harus menunggu, sebab pemesanan menu tidak lagi menggunakan ballpoint dan kertas, melainkan Tablet. Asyik banget, tulisan jeyekku tidak ketahuan. 😛 Nah, karena pemesanan menu telah dibantu sistem, maka pesanan pun cepat datang.

Selain itu, yang menjadikan pesanan lebih cepat yaitu karena antara Waiters yang mencatat pesanan dengan yang mengantar makanan berbeda. Ada bagian atau petugas tersendiri. Makanya, tanpa menunggu lama, pesanan tersaji di meja.

Syarat dan ketentuan berlaku, lho. Tidak berlaku saat bulan ramadhan di mana banyak remaja dan keluarga yang tumplek buka bersana di Saung Bu Mansur.

5. Fasilitas yang Ada Membuat Tetamu Lebih Tenang

Bagiku, mencuci tangan sebelum makan itu harus. Terlebih, jika menu makannya adalah daging dan juga sayur. Kurang greget kalau tidak menyentuhnya secara langsung. *menduakan sendok*

Hampir tiap Saung disediakan tempat mencuci tangan. Minimal, satu kompleks ada dua tempat cuci tangan plus dengan sabunnya.

Memang terlihat sepele. Tapi, bagiku penting. Cubanget kalau harus lari ke hutan untuk mencari air. 😛 Maksudnya, lari ke Toilet hanya untuk mencuci tagan.

Fasilitas lain yang penting dan sukses membuatku tenang tiap kali ngedate di sini yaitu Mushala, tempat wudhu dan toilet ada dalam satu deret. Semacam paket komplit ini. 😆 Tempatnya pun cukup bersih. Termasuk alat untuk ibadah. Cuma di sini, belum disediakan sarung. Baru mukena dengan jumlah yang tidak banyak.

Lalu, apakabar fasilitas penunjang, tapi penting. WiFi, misalnya. 😀

Kecepatan akses internet di sini cukup bikin bahagia. Aku tidak melakukan download dan tidak mencoba cek kecepatannya. Tapi, untuk PAMER di sosial media, tuh, wuuuuush banget!

Yaiyalaaa…username dan password masing-masing saung saja berbeda. Jadi, tidak rebutan signal. 😛

Oiya, di saung ini disediakan tempat bermain, gitu. Jadi, yang merasa asyik bukan hanya orang dewasa, anak-anak juga.

Sekadar informasi, di sini belum tersedia tempat khusus bagi para anak berkebutuhan khusus. Jadi, harus ada pendampingan lebih jika ada Tetamu ABK.

6. Ikan-ikan di Sekitar Saung Begitu Menggoda

Bagaimana rasanya bisa berbagi sesama makhluk ciptaaNya? Pastinya bahagia! Berbagi dengan sesama saja bahagia bangedd, ya. Apalagi ini berbagi dengan ikan-ikan seksi yang tak kenal mabok.

 

Jangan sampai jatuh ke tangan lain, selagi tangan kita mampu membahagiakannya. ??? #Moment #Saung #PakanIkan #IkanBawal #TanganSeksi @nelitanzila_

A photo posted by Idah (@idahceris) on

 

Aku, kamu, Pak Presiden, Ibu Sri Mulyani, bisa berbagi sisa makanan dengan ikan-ikan yang berada di kolam. Tidak ada kata mubadzir untuk makanan yang tidak habis. Tiap makanan yang tidak habis bisa banget dibagikan kepada ikan-ikan seksi. 😉

Salah satu kelebihan bisa memilih Saung yang berdiri di atas kolam, ya, bisa berbagi dengan ikan bawal. Lain suasana jika kamu meilih saung yang berada di lantai atas dan tidak ada kolamnya. Kurang “basah”. 😛

Saung yang berdiri di atas kolam ikan menjadikan ngedate sekaligus makan-makan di Saung Bu Mansur terasa lebih asyik dan menyenangkan.

7. Lokasi Mudah Dijangkau dengan atau Tanpa Transportasi

Keberadaanya memang tidak di tengah kota. Berlokasi cukup jauh dari jalan raya utama, tidak berpengaruh pada keinginan para penikmat kuliner untuk singgah di Saung Bu Mansur.

Kurang lebih 5 km dari Alun-alun Banjarnegara, 1 km dari Dieng Swalayan, atau 800 meter dari Terminal Induk Banjarnegara.

Jika menggunakan transportasi, kamu bisa lewat pertigaan Dieng Swalayan. Kurang lebih 5 menit menuju Saung Bu Mansur.

Alternatif lain, bisa mengambil dari arah pertigaan Gayam. Melewati jembatan baru yang menghubungkan kelurahan Krandegan dan Parakancanggah. Melalui jembatan ini, kamu akan sampai di Saung Bu Mansur dengan lebih mudah. Termasuk akses jalannya, lebih mudah. 🙂

Nah, kalau kamu singgah di Banjarnegara, kontak aku, ya. Bisa jadi aku ajak ngedate di Saung Bu Mansur. Tapi kamu yang bayar, ya. Seperti saat aku bersama Tante dan Milzana ke sini, mereka yang bayar. Wkwkwk 😛 *tipu banget*

Saung Bu Mansur Banjarnegara

  • Alamat: Jl. Kedasih No. 55, Tretek, Parakancanggah, Banjarnegara.
  • Jam Buka: 09.00-23.00 WIB.
  • Nomor Telephone: (0286) 595055
  • Menu Andalan: Ayam dan Gurameh.
  • Harga: Medium

 

 

SOPING Krandegan, Soto Asli Favorit Ibu

“Sotonya asli apa ngga? Kalau ngga, mending kita ngeBakso aja, deh.” Tiap kali aku mengajak Ibu nyaoto, pasti beliau tanya gitu. Padahal, Ibu tahu kalau aku sudah mulai ngga lahap makan bakso. KZL.

Kuliner Soto di Banjarnegara saat ini cukup banyak. Ada lebih dari 5 Warung Soto yang punya ciri khas masing-masing. SOPING atau Soto Pak Aping, misalnya. Soto ini -sepertinya- ngga ada yang nyamain. Sekilas hampir mirip dengan Soto Betawi. Tapi, Soping lebih sederhana penyajiannya.

Omong-omong tentang Soto asli, asli yang dimaksud di sini bukan asli dalam arti sebenarnya. Ini cuma Ibiku saja yang menggap bajwa Soto seperi sotonya Pak Aping adalah Soto asli. Sedangkan Soto lainnya? Emm…PALSU kalik, ya. Hahaha Ya…secara, kini makin banyak kreasi makanan indonesia yang satu ini, kan.

SOPING, berlokasi di Kelurahan Krandegan, Soto Pak Aping adalah satu-satunya Soto favorit Ibuku. Alasan kenapa SOPING menjadi Soto favorit yaitu karena pemilihan dagingnya.

SOTO KRANDEGAN
Warungnya sederhana gitu, deh. . .

Daging yang menjadi campuran Soto ini adalah daging sapi. Di warung soto ini, irisan daging sapinya lumayan berat, lho. Ibu lebih memilih Soto daging sapi ketimbang Soto ayam karena beliau punya potensi darah tinggi. Ya…andai ayam yang buat toping pelengkap itu adalah ayam kampung, sih, Ibu masih doyan. Kebanyakan ayam yang digunakan, kan, ayam petelur. Ibuku ogah banget makan ayam yang punya body montok itu. 😀

Dagingnya adalah daging sapi, itulah soto asli versi Ibuku. Selain dari daging, takaran asli menurut Ibuku yaitu dilihat dari kuahnya. Kuah untuk Soto umumnya ada dua jenis, yaitu kuah bening dan santan. Bagi Ibuku, Soto asli yaitu soto yang kuahnya pakai santan. Beeuh…lupakan sejenak kolesterol ya, Buk? 😆

Kuah Soto Aping ini cenderung legit. Dalam satu porsi berisi komposisi inti, yaitu; Ketupat, Daging Sapi, Kuah dan taburan berambang goreng. Tambahan lainnya yang bikin Soto makin sedap yaitu kecap dan sambal. Sederhana banget, kan? Ngga ada tomat, dedaunan macam selederi atau daun bawang. Ngga neko-neko, meski nampak pucat. So simple.

SOTO DAGING KRANDEGAN
Nampak sederhana, bukan?

Tampilan boleh sederhana lah, ya. Tapi, kalau Warung Soto yang letaknya persis di pinggir jalan raya selalu ramai pembeli, berarti ada hal lain yang telah membuat mereka ketagihan, dong.

Menurutku, Soto Aping ini seperti Soto rumahan yang mana aroma kuahnya harum. Aroma tersebut bukan semata dari berambang goreng, tapi dari bumbu yang sudah menyatu dengan kentalnya santan kelapa.

Bagi Ibuku, Soto asli ngga cukup hanya dengan daging dan kuah saja. Harus pakai ketupat! 😀 Menurut Ibu, makan Soto yang ngga pakai ketupa seperti sedang makan Sup. Ngga ada bedanya. :mrgreen:

Namanya selera memang unik, ya. Daging Sapi, Kuah Santan dan Ketupat, itu lah Soto asli menurut Ibuku. Soto yang hanya ada di Warung Soto Pak Aping, soto favorit Ibu. Warungnya memang sederhana, hanya terdapat empat meja saja. Warung yang berada tepat di tepi jalan ini membuat para pelamggan cukup susah untuk parkir kecuali nyempil jalan raya. Persis di depan warung. 😉

Teman-teman satu selera sama Ibuku? Coba lah sesekali makan SOPING. Dolan mBanjar. 😉

Soto Pak Aping, Krandegan

  • Alamat: Kompleks perempatan Krandegan. Jl. Mayjen Sutoyo, Banjarnegara, Jawa Tengah.
  • Harga: Rp 15.000 per porsi

Baca juga: Makan Soto di Pinggir Hutan

2 Resep Makanan Ini Cocok untuk Musim Hujan

Udah beberapa minggu ini, Banjarnegara rutin diguyur hujan after dzuhur. Sediih, pusing pala byerbie. Kasihan baju babyku. Uwuwuwu…Biar ngga larut dalam kesedihan, aku memilih untuk bersenang-senang. Bikin anget-anget di dapur. Masak-masak, maksudnya. :mrgreen:

Bagi Teman-teman yang gemar memasak, tentu lebih suka menyiapkan makanan sendiri untuk keluarga di ruma, kan? Di samping lebih hemat, makanan yang dimasak sendiri biasanya lebih bersih dan sehat.

Kelebihan memasak sendiri, tuh, bisa memasak dengan beragam variasi sehingga tidak membosankan. Dengan meluangkan sedikit waktu dan tenaga, berbagai makanan buatan sendiri untuk keluarga dapat segera tersaji di meja makan. Cling cling cliing! *usap-usap lampu ajaib*

Nah, berhubung saat ini lagi musim hujan, cocoknya ya masak makanan berkuah yang hangat dan segar. Berikut 2 resep makanan enak, sederhana dan praktis!

Bakso Tempe

Bakso biasanya dibuat dari bola-bola daging atau ikan. Tapi, ini lain. Karena sekarang lagi kurang suka daging, aku membuat baksonya menggunakan tempe!

Seluruh bahan makanan mentah yang digunakan bisa temukan di www.bukalapak.com. Berikut resep bakso tempe:

  • 1 buah tempe ukuran sedang,
  • 1 butir telur ayam,
  • 250 gram tepung kanji,
  • 50 gram tepung terigu,
  • 1 sendok teh garam halus,
  • 1 sendok teh merica bubuk,
  • 4 siung bawang putih (haluskan),
  • ½ sendok teh gula pasir,
  • Air secukupnya,
  • Daun bawang secukupnya.

STEAK TEMPE BERTABUR WIJEN

Cara membuatnya:

  • Tempe dikukus, tumbuk sampai halus.
  • Campur dengan tepung kanji, tepung terigu, telur, bumbu-bumbu dan uleni hingga rata.
  • Masukkan air sedikit demi sedikit hingga adonan tidak lengket di tangan.
  • Bentuk bulat.
  • Masak dengan air mendidih. Bila sudah mengambang, berarti bakso sudah matang.
  • Angkat bakso dan rendam dalam air yang sudah ditambah es batu sehingga bakso lebih kenyal.
  • Hidangkan dengan kuah kaldu.
Sup Ayam

Nah, masakan kedua ini adalah makanan favoritku. Adalah SUP! Srupuuut…Aku suka membuat Sup karena membuatnya sangat lah mudah dan simpel. Tapi, khusus kali ini, masaknya agak beda dikit pada bagian bumbu. Bumbu-bumbu yang biasanya dihaluskan, kali ink hanya digeprek atau dimemarkan agar kuah Sup bisa bening. 😉

Adapun bahan yang digunakan yaitu:

  • 250 gram daging ayam atau ceker ayam,
  • 1 butir tomat ukuran sedang,
  • 2 buah wortel,
  • 2 buah kentang,
  • 5 siung bawang merah,
  • 5 siung bawang putih,
  • 1 sendok teh merica halus,
  • Jahe, kayu manis, cengkeh, dan pala secukupnya,
  • ½ sendok teh gula pasir,
  • Daun seledri dan daun bawang secukupnya.

Cara membuatnya:

  • Iris tipis bawang merah dan bawang putih kemudian tumis sampai layu dan berbau harum.
  • Tambahkan jahe dan pala yang sudah di memarkan, Masukkan juga cengkeh kayu manis dan ayam.
  • Tambah dengan air dan rebus hingga setengah matang.
  • Masukkan wortel dan kentang yang sudah dipotong-potong. Bila wortel dan kentang sudah matang, tambahkan gula pasir, garam, merica bubuk dan irisan daun bawang.
  • Aduk dan masak hingga mendidih.
  • Terakhir, masukkan irisan tomat dan daun seledri.
  • Sajikan hangat-hangat.

SOTO KUDUS SEGAR

Bakso Tempe dan Sup Ayam, 2 pilihan menu makanan tersebut tambah nikmat jika disajikan saat hujan turun dan masih hangat. Emmmh…bukankah memberi kehangatan ngga melulu lewat pelukan, kan? *eh*

Soto, Bukan Sekadar Pelarian Semata

Bakso, Mie Ayam dan Soto. Teman-teman pasti ngga asing dengan tiga makanan, di mana dua diantaranya sering disebut dengan camilan. Secara, banyak yang bilang, bahwa perut orang Indonesia tuh perut nasi. Baru dikatakan makan kalau sudah menelan nasi. Iya, kan? 😆

Bakso, Mie Ayam dan Soto. Makanan cepat saji menjadi menu alternatif saat di rumah ngga ada lauk atau ngga masak. Aku menyebutnya makanan cepat saji yang super simpel. Mulai dari cara mendapatkannya, cukup dengan mengulurkan uang kepada penjual. Penyajiannya pun amat sederhana. Jarang banget aku menemui penyajian yang spesial, apalagi unik. Terlebih cara menyantapnya, sambil merem saja bisa habis. 😛

Dulu, saat ditanya atau menulis tentang makanan favorit di biodata, Bakso tak pernah lupa untuk kutulis. Makanan yang menurutku ngga bosenin ya Bakso. Apalagi bakso tulang yang selalu ngangnin. Beeeuuh…seminggu sekali harus membelinya.

Dulu, aku bisa langganan mie ayam dan kwie tiaw. Mie Ayam Telkom, di mana dari zaman aku MTs sampai sekarang istiqomah berjualan di samping SPBU kota, yang mana mienya merupakan home made adalah mie langgananku. Sedangkan Kwie Tiaw pojok selatan alun-alun Banjarnegara adalah mie favoritku.

SOTO DAGING KRANDEGAN
SOPING Krandegan. . .

Sekarang, perlahan aku mulai meninggalkan dua jajanan yang dulu menjadi makanan favorit. Ngga meninggalkan secara serius, sih. Hanya mengurangi konsumsi Bakso dan juga Mie. Paling banyak seporsi dalam sebulan. Malah kadang sampai lupa rasa mie bakso tuh seperti apa. *bohong banget*

Aku merasa agak malas makan Bakso dan Mie Ayam semenjak hamil. Melihat dua makanan tersebut tuh rasanya ngga menggairahkan. 😀 Mulai saat itu pula, aku lebih sering memilih SOTO atau SUP jika ngerasa lapar.

SOTO BROTO WONOSOBO
Soto Broto. . .

Kuah Soto dan Sup tuh lebih segar ketimbang Bakso. Menurutku, sih. Hingga kini, aku makin suka dan demen banget kulineran Soto. Tiap kali singgah ke luar kota atau masih dalam kota, makanan yang aku cari terlebih dahulu adalah Soto. *ndeso banget, ya* Ini bukan sekadar pelarian semata, tapi memang makin menjadi, nih, tresno sama Soto. Jadi, jangan pada bosan kalau nantinya banyak bertebaran aneka Soto di blog ini, ya. Hihihi

Baca juga Saoto Bathok Yogyakarta.

Bandeng Juwana, Ngga Hanya Duri Lunaknya yang Bikin Enak

Bandeng Juwana, Ngga Hanya Duri Lunaknya yang Bikin Enak – Oleh-oleh khas Semarang ngga melulu Tahu Bakso atau Lunpia. Ada yang lebih memikat dan juga nikmat, yaitu Bandeng Juwana. Teman-teman udah pada kenal dengan Bandeng yang paling hits di Semarang, kan?

Bandeng yang terkenal dengan duri lunaknya mulai diproduksi pada tahun 1981. Salah satu alasan, kenapa aku menjadikan Bandeng Juwana sebagai lauk favorit? Tak lain karena saat makan, aku ngga perlu repot-repot mengambil duri yang ada di dalam daging Bandeng. Karena sudah dipresto, duri telah lunak dan bisa turut dimakan.

Selain kering kentang dan abon yang sudah aku tulis di blog post sebelumnya, Bandeng juga termasuk lauk favoritku. Tapi, sayangnya hanya Bandeng Juwana saja yang memang sudah ngga diragukan lagi gurihnya. Bandeng lain kalau belum mencobanya, ya, ngga tahu berhasil menggodaku apa ngga. 😀

Harus Bandeng Juwana! Sombong banget, ya? Hahaha…jangan sombongnya yang disorot, dong. Ini hanya soal rasa dan selera. 😉 Aku pernah beberapa kali nyobain Bandeng lain, tuh, beneran belum nemu yang cocok.

Aku sering membeli Bandeng di Pasar Banjarnegara. Mencoba, siapa tahu ada yang cocok! 😉 Bandengnya memang ngga sebesar Bandeng Juwana yang isi sampai enam biji dalam satu bungkusnya. Hanya ukuran sedang, malah kadang menurutku termasuk kecil. Saat membeli, sih, masih dalam keadaan segar. Begitu juga dengan aromanya.

yang bikin napsu makan bertambah…

Sesampainya di rumah, aku menggorengnya dengan campuran telur. Olahan Bandeng yang mainstream banget! *pingin bisa membuat otak-otak Bandeng.* 😆 Tapi, setelah matang, kemudian dinikmati untuk lauk, aroma tanah baru terasa! Nyebelin, kan? Hiks…mungkin aku yang ngga bisa masak Bandeng kalik, ya. :mrgreen:

Berbeda dengan Bandeng Juwana. Bandeng yang punya nama produk ELRINA serius ngga tercium aroma tanah. Aku pernah mencari tahu tentang cara menghilangkan aroma tanah pada Bandeng. Tapi, malas mempraktikkannya. Yakali…ada yang sudah jadi. Pun lebih praktis.

BANDENG JUWANA SEMARANG
kemasan Bandeng Juwana

Omong-omong soal aroma, bukan hanya duri lunaknya yang bikin Bandeng Juwana makin enak. Aromanya yang sedap juga bikin kangen. Tentunya bukan aroma tanah. Bukan pula aroma anyir. Tercium aroma daun kemangi pada Bandeng Juwana. Ini yang bikin Bandeng makin enak.

Selain aroma, daging Bandeng Juwana lebih tebal ketimbang Bandeng lainnya. Terasa penuh dan mantap ketika menikmatinya. Makan setengahnya saja rasanya sudah cukup.

Duri lunak, ngga bau tanah, dagingnya tebal, ditambah dengan sambal. Paketan Bandeng yang lengkap dan selalu bikin aku pingin makan lagi dan lagiiii. 😛

yummi banget…

Aku merasa beruntung punya “orang tua” yang berdomisili di Semarang. Bapak, yang tiap minggu mudik acap kali membawa oleh-oleh. Entah itu oleh-oleh khas semarang, ataupun oleh-oleh lain titipan dari Ibu.

“Ini termasuk oleh-oleh khas Semarang. Kesukaan Bapak juga. Diterima, ya.”

“Ini ada titipan dari Ibu, semoga suka.”

“Ibu tadi bawain Bapak ini. Dicoba dulu, ya.”

“Ibu kemarin baru jalan-jalan, beli oleh-oleh ini. Bagikan buat Teman-teman juga, ya.”

Bapak, pimpinan kantor bisa banget bikin aku bahagia. 😀 Melalui beliau, pesan dari Ibu sampai. Melaui beliau, buah tangan dari Ibu selalu sampai ke tanganku. Beneran nikmat tak terkira. Makasih banget buat Bapak dan juga Ibu. 😉

Bandeng Juwana, ngga hanya duri lunaknya yang bikin enak. Karena datang dari tangan tertentu, Bandeng Juwana makin terasa enaknya. ^-*

Bandeng Juwana, Oleh-oleh Khas Semarang

Alamat: Jl. Pandanaran 57, Semarang
Telephone : +62248311488.
Fax : +6224841 2086
Website : http://www.bandengjuwana.com
Pin BB : 2B07911A
HP : +62811277575
Harga: Silakan cek di website.

Baca juga Kreasi Ikan Lele Bola-bola.

Enthog Gobyos, Kuliner Wonosobo yang Bikin Jegger!

Berniat kulineran di Wonosobo, jangan sampai melewatkan makanan khas Wonosobo yaitu Ènthog Gobyos, Kuliner Wonosobo yang Bikin Jegger! Ya, kuliner khas Wonosobo enggak hanya Mie Ongklok atau Mie Set. Masih ada beberapa makanan lainnya yang musti Teman-teman coba. 😉

Ènthog atau Itik Serati, adakah di antara Teman-teman yang mengenalnya? Bagi yang tinggal di Desa, mungkin tahu. Bukan berarti si Ènthog ini hanya hidup di Desa, lho, ya. Hanya saja, kita bisa dengan mudah menemukannya di kampung. Dan lebih mudah lagi menjumpainya di pasar unggas. 😀

Andai logo Itik putih yang eksis dengan jempolnya enggak terpampang di depan pintu masuk sebuah rumah makan bernama Ènthog Gobyos, mungkin aku bakal mikir lama tentang; “seperti apa, sih, si Ènthog?”. *loading…..*

Setahu aku, jenis unggas tersebut punya nama Èntok atau Mèntok, bukan Ènthog. Ternyata ada nama lain juga, ya. Pak Eko, pemilik Rumah Makan Ènthog Gobyos pun lebih memilih Ènthog, ketimbang Entok, untuk memantapkan pengucapan. Dan memang iya, kesannya lebih mantap.

ALAMAT ENTHOK GOBYOS WONOSOBO
Jempol si Ènthog seksi. . .

Enggak menyangka jika daging Ènthog yang dimasak bersama santan kental dan juga racikan rempah-rempah, begitu nikmat di lidah. Apalagi bumbunya benar-benar meresap sampai dalam serat. Enggak hanya santan dan rempah-rempah, pemilihan cabai rawit dari Dieng atau yang lebih dikenal dengan cabai setan juga turut diolah dan menjadi ciri khas si Ènthog Gobyos.

Ciri khas yang aku maksud yaitu pedas yang begitu istimewa, di mana tiap penikmat Ènthok akan dibuat gobyos gemobyos (keringat bercucuran) cukup dengan sekali suapan plus sambal. Ya, makan Ènthog langsung gobyos! *serius*

Siang itu, Gita, teman gawlku, mengajakku makan siang di Ènthog Gobyos. Dia paham banget selera masakan yang aku sukai: pedas yang membahana.

TEMPAT MAKAN ENTHOK GOBYOS WONOSOBO

Kamu bakal ketagihan makan di Ènthog Gobyos. Dagingnya empuk dan sama sekali enggak tercium aroma amis. Bumbunya sedap dan santannya juga segar, lho.” Testimoni dari Gita yang sudah beberapa kali makan Ènthog Gobyos, membuatku enggak sabar untuk segera mencicipi si Ènthog seksi yang jalannya megal-megol. 😀

Usai menyelesaikan segala urusan, kami pun mampir Ènthog Gobyos. Rumah makan ini enggak begitu besar. Pun dengan tempat makannya. Ruang depan hanya terdapat tiga meja di mana masing-masing meja terisi empat kursi. Sedangkan ruang belakang disetting lesehan dan lebih luas dari ruang depan.

ENTOG GOBYOS

KULINER ENTHOK GOBYOS WONOSOBO

Satu hal yang bikin nyaman makan di sini yaitu karena penyajiannya secara prasmanan. Para pelanggan bebas mengambil nasi beserta lauknya sendiri. Ini membuat pelanggan, khususnya aku lebih lega. Secara, yang tahu kadar kenyang, kan, diri sendiri. Iyaaa, kaaan? :mrgreen:

Btw, Teman-teman ada yang enggak suka pedas. Tapi sudah masuk rumah makan ini? Tenang saja, di sini tersedia dua pilihan masakan Ènthog, kok. Yaitu Ènthog yang pedasnya membahenol dan Ènthog yang manis asin nikmat. Lihat lah dua baskom di atas. Ada Ènthog yang diguyur cabai, kan? Itu yang pedasnya cethar! Satunya lagi dengan cita rasa biasa, cenderung asin.

Jika ada yang merasa pedasnya kurang, *ini masya allah* Teman-teman bisa menambahnya dengan sambel kosek yang cabainya rawit semua dan pedasnya tambah bikin gobyos. Mamfus teler huhaaah. . . 😛

SAMBEL KOSEK ENTHOK GOBYOS WONOSOBO

ENTHOK GOBYOS WONOSOBO
Serius lapar. . .

Ènthog ini seriusan pedas cethar. Kalau aku ngomong serius, berarti seriyes, ya. Pedasnya enggak main-main. Makanya, jika mau mulai makan, sediakan air putih atau minuman lain yang bisa bikin lidah agak tenang.

Selain pedasnya bikin keringat temetes tes tes, Teman-teman lebih hati-hati kalau makannya tanpa sendok alias telanjang menggunakan tangan. Soalnya, telapak tangan bisa panas karena sengatan cabai setan. Hahah Ini seriyes lagi, ya. Enggak bohong. Aku dan Gita telah merasakannya. 😆

Nah, bagi Teman-teman yang punya rencana ke Wonosobo, mampir lah ke Ènthog Gobyos. Nyobain sensasi makan Ènthog sambil ngelap keringat. 😉 And well, si Enthog Gobyos aku rekomendasikan khusus bagi Teman-teman yang suka daging Ènthog dan Pedas yang waaarbiasyah!

Rumah Makan Enthog Gobyos, Wonosobo

Lokasi:

  • Jl. Raya Dieng Km. 01, Rowopeni, Bugangan, Wonosobo.
  • Jl. Alternatif Kretek-Wonosobo, Semayu, Wonosobo.
  • Komplek Masjid Abdullah. Jl. Raya Kretek Km. 6.2, Kenteng, Kretek, Wonosobo.

Nomor Telephone:
0852 0081 5555, 0812 1550 1444
Jam Buka:
Pukul 09.00-21.00 WIB.
Fasilitas Umum:
Toilet, Mushala, Non WiFi.

Baca makanan pedas lainnya: Mie Set Pakde Har, Wonosobo.

RM. Sido Kumpul dan Seporsi Kentang Goreng

Sido Kumpul, Rumah Makan di daerah Wonosari yang terkenal dengan suguhan gemerlip Bintang saat malam tiba menjadi pilihan kami untuk mengawali rangkaian acara Family Gathering.

Ya, Family Gathering yang telah kami laksanakan bukan lah Gathering biasa. Ada acara pisah sambut pegawai dan pengantar purna tugas di dalamnya. Acara ini lah yang paling penting, sedangkan rekreasinya adalah bonus satu kali jalan menuju Gunungkidul.

Kami memilih Rumah Makan Sido Kumpul ini dengan mempertimbangkan dua faktor, yaitu ketersediaan tempat untuk acara, dan harga makanan murah meriah. Faktor terakhir ini paling penting. Tahu sendiri lah, ya. Acara Family Gatheringnya saja dikordinir secara mandiri. 😆

RM. Sido Kumpul menyediakan ruang yang bisa digunakan untuk acara dengan kapasitas kurang lebih 100 orang. Ruang ini bisa digunakan tanpa menambah biaya sewa jika tetamu memesan makanannya di sini.

Memang bukan ruangan khusus semacam aula, sih. Namun tempatnya ngga kalah memadai dan bikin mata lebih segar. Bagaimana tidak segar, ya. Suguhan bukit nan hijau yang berada di samping kiri membuat tempat ini makin sejuk. Kebayang jika malam hari, ya. Pasti tambah sejuk karena ada tambahan pemandangan dari bukit bintang sungguh indah.

SIDOKUMPUL

Fasilitas umum untuk para tetamu tergolong cukup. Cukup minim maksudnya. 😆 Tempat Wudhu, misalnya. Saat kami hendak melaksanakan ibadah shalat dzuhur, antrean toilet umum dan juga tempat wudhu cukup panjang. Begitu juga dengan mushalanya yang cukup untuk shalat berjama’ah tidak lebih dari delapan orang.

Meski demikian, kami merasa puas dan cocok dengan olahan masakan a la RM. Sido Kumpul. Cita rasanya masakan rumahan dengan harga yang ngga mahal. Saat itu, kami mengambil paket Rp 25.000 per orang dengan menu lauk ikan tawar. *slurp*

RM SIDOKUMPU;
Lesehan di bagian depan. . .

Omong-omong tentang menu makanan, cukup banyak menu yang disediakan. Ngga hanya makanan berat, camilan pun ada. Kentang Goreng, misalnya.

Namanya udah “pingin banget”, usai makan siang aku memesan kentang goreng dan jamur crispy. Sayang banget, jamurnya sedang kosong. Jadi, aku hanya memesan kentang goreng saja.

BUKIT BINTANG SIDO KUMPUL

Siapa sangka, memasak kentang goreng tuh membutuhkan waktu yang ngga sebentar. Salahku, sih, memesannya mepet. Ya, saat Temab-teman sudah siap di Bus untuk melanjutkan perjalanan ke Gua Pindul, aku masih menunggu kentang goreng yang belum juga matang. Hahaha

KENTANG GOERENG BMW

Paling parah, nih, ya. Harga satu porsi kentang goreng yaitu Rp 10.000. Membuka dompet, mencari selembar uang sepuluh ribu ngga nemu juga. Ngga ada uang pecahan kecil. Serius. Sedangkan, Teman-teman yang di Bus sudah memanggil dengan nada kesuh, wajah seram. 😆

Aku panik, aku panik. “Balikin saja kentang gorengnya!” Pikirku saat itu. Tapi, ngga mungkin lah, ya. Huuuh…rasanya seperti hendak didemo. :mrgreen: Mau pinjam uang punya teman, tapi harus naik Bus dulu. Agaknya takut dikatain ini itu. Jadi, aku putuskan untuk tidak membayar saat itu alias hutang. Iya, hutang kentang goreng sepuluh ribuuuu. 😆

KENTANG GOERENG BMW

Lalu, gimana kelanjutan hutang kentang gorengnya?

Seminggu kemudian, aku menghubungi owner RM. Sido Kumpul dan menjelaskan bahwa aku punya hutang kentang goreng. 😆 Aku memperkenalkan diri kepada si empunya rumah makan, minta maaf, dan kemudian pemilik RM. Sido Kumpul menyatakan kalau kentang goreng yang telah aku makan sudah dianggap lunas. Ngga perlu mentransfer uang untuk membayar kentang goreng. Iya, tadinya aku berniat untuk mentransfer uang guna membayar kentang goreng. Alhamdulillaah. 😆

Yang Spesial dari Ethnic Waroeng dan Cafe

Tiap rumah makan pasti punya ciri khas. Iya, kan? Berawal dari yang khas, kemudian turun ke hati dan bisa menjadi yang spesial. Seperti kamu, selalu menjadi yang spesial buatku. Wuwuwu…rumah makan euy, bukan menyoal tentang hati orang, Dah? 😛

Ada banyak sudut yang menjadikan rumah makan itu terasa spesial. Baik dari fasilitas, penyajian, pelayanan, atau apalah apalah. Aku merasa demikian. Seperti halnya Ethnic Waroeng dan Cafe.

Ethnic Waroeng dan Cafe telah menjadi salah satu warung langganan semenjak aku sering ditraktir oleh teman-teman sekolahku. Sering makan di sini dan merasa cocok karena beberapa sebab. Zaman masih kinyis piyik, pasti jejingkrakan jika mendengar kabar ada teman yang mau nraktir.

Aww…mental tangan di bawah, ya. Hmm…ngga, laa! Sewaktu membayar buku LKS dan ternyata ada sisa, aku gantian nraktir teman-teman, dong. Meski menu traktirannya beda jauh, antara Burger dan Mendoan, tetap aku usahakan. Aku ngga yakin, sih, mereka bahagia. Tapi, yang terpenting kami bisa duduk bersama, makan mendoan bareng, nyeplus lombok, minum teh botol, dan ngerumpiin kakak kelas yang ganteng-ganteng. *eh*

ETNIC CAFE
Tampak depan. . .

ETNIC CAPFE BANJARNEGARA

Ngakunya, sih, sudah langganan. Tapi, kenyataannya sampai saat ini aku ngga tahu kapan Ethnic Cafe mulai beroperasi. *kejam* *ngga perhatian*

Tampak depan, sebentuk Cafe ini khas banget dengan segala ornamennya yang terbuat dari bambu wulung. Pintu, Dinding, sampai dengan alas yang digunakan untuk lesehan. Tapi, bergeser ke kanan kurang lebih 1 km, terdapat sebentuk kedai yang senada dengan Ethnic dari segi bangunan. Jadi, ngga bisa dijadikan ciri khas. Kecuali ada tambahan kata kunci, yaitu berlokasi di Ex. Stasiun Banjarnegara. 😉

FYI, Ethnic Cafe 2 merupakan cabang dari Warung Ethnic yang berlokasi di Purworejo Klampok. Sebuah Kecamatan yang berada di ujung kulon Banjarnegara. Lalu, apa sih spesialnya dari warung yang tidak terlalu luas ini?

ETHNIC CAFE BANJARNEGARA
Iga bakarnya cucok. . .

Harga

Banyak anak sekolah yang sering “parkir” di sini. Tak sedikit dari mereka menjadikan Ethnic sebagai tempat untuk berkumpul atau mengadakan syukuran. Aku pernah bertanya kepada seorang pelanggan berseragam putih abu-abu, kenapa memilih Ethnic Cafe sebagai tempat syukuran. Alasannya tak lain karena harga menu makanannya cukup terjangkau dengan isi dompet anak sekolah, tanpa mengurangi cita rasa dan juga porsi makan pada umumnya.

Tempat

Lokasi strategis? Sudah jelas, karena berada dekat dengan Kota. Tempat yang aku maksud yaitu lesehan untuk menikmati sajian berupa ruang terbuka dengan pola membentuk persegi. Asbes hanya terpasang di atas tempat lesehan, sedangkan tengah ruang benar-benar lepas. Sirkulasi udara segar tak ada hambatan. Jadi, ngga terlalu panas.

RM ETHNIC CAFE BANJARNEGARA
Lesehannya. . .
ETNIC CAPFE
Menuju Aula. . .

Aula

Baik pemilik, maupun pelayan Ethnic, tuh, ramah. Mereka memasyarakat dan melayani tiap pelanggan dengan penuh tanggungjawab. Jika rumah makan lain menyediakan Aula berbayar untuk suatu event, berbeda dengan Ethnic. Mereka menyediakan Aula untuk kapasitas kurang lebih 50 Orang. Aula ini bisa digunakan secara cuma-cuma oleh pelanggan yang ingin mengadakan acara di Ethnic, dengan syarat mereka memesan menu makanan di Ethnic. Kalau rumah makan lain (di Banjarnegara), pesan di tempat atau ngga, tetap terkena charge. 😉

SUP IGA ETNIC CAFE
Sup Iganya cucok juga. . .

Cita rasa

Banyak variasi menu makanan di sini. Pingin sate kelinci? Ada! Menu serba Iga? Ethnic punya! Aku suka masakan a la Koki Ethnic. Meski seringnya asyin, tapi selalu saja cocok dijadikan lauk. Asinnya ngga parah banget, kok. Hanya saja, karena masakanku cenderung manis. Jadi, selalu saja merasa asin saat mencicipi lauknya. Hahaha

MENU ETHNIC CAFE
Paket hemat!

Fasilitas penting lainnya seperti Tempat parkir, Toilet dan Mushala cukup memadai. Namun, satu hal yang kadang bikin Ethnic menjadi kurang greget adalah minumannya. Khususnya untuk Jus.

Yups…jus a la Etchnic yang rata-rata mulai harga Rp 5.000, tuh, jarang ada yang memuaskan. Jusnya terlalu lunak, Cint. *kamu kira daging* *plak* Terlalu cair maksudku. Rasa buahnya menjadi kurang, dan lebih terasa airnya. Jika memang kendala utama adalah harga buah yang mahal, maka ada baiknya Ethnic menambah harga untuk segelas Jus agar lebih terasa jus buahnya. 😉

Teman-teman punya rumah makan favorit, kan? Apa yang spesial di sana? Share, yuk!

Ethnic Waroeng dan Cafe, Banjarnegara

Alamat: Jl. Bambang Sugeng, Ex. Stasiun Banjarnegara. (Semarang Kidul)
Telephone: (+62286) 593272

Baca juga 5 Hal yang Bikin Betah Kongkow di Warung Stasiun

4 Sehat, 5 Sempurna a la Pamiluto Restaurant

4 Sehat 5 Sempurna a la Pamiluto Restaurant, MagelangPamiluto Restaurant menjadi alternatif untuk sarapan, makan siang, makan malam, saat aku menginap di Atria Hotel, Magelang. Restaurant yang berada di dalam Atria Hotel menyajikan masakan dengan cita rasa Indonesia dan juga Western dengan berbagai macam inovasi. Iya, koki yang kebanyakan masih muda itu pandai berkreasi masakan.

Aku lebih mengutamakan makan di restaurant hotel, ketimbang mencari makan di luar. Selain sudah termasuk fasilitas, setidaknya bisa tahu menu masakan khas restaurant tersebut dan juga cita rasanya. Magelang, sudah pasti masakannya nJawanisme, ya. Sesuai seleraku, lidah jawa.

Tepat pukul 07.00 WIB, aku menuju Pamiluto Restaurant yang berada di lantai satu atau lobi hotel. Masih pagi, tapi kursi hampir terisi penuh oleh tetamu. Di papan kecil yang berdiri di depan pintu masuk restaurant tertulis tiga nama Instansi yang saat itu mengadakan acara di Atria Hotel. Pantas saja ramai.

“Maaf dari instansi mana ya, Mbak?” Tanya seorang perempuan yang berdiri di dekat meja camilan dan dessert.

“Aku dari Planet Pluto, Mbak. Kenapa, ya?” Tanganku yang hendak mengambil combro terpaksa turun dahulu untuk menjawab pertanyaan Mbak Gina.

1 TEMPAT MAKAN ATRIA HOTEL
Rapih. . .
MENU MAKAN ATRIA HOTEL MAGELANG
Camilan umum. . .

“Ooooh…ini camilan khusus untuk Planet Mars, Mbak. Punya Planet Mbak ada di sana.” Kelima jarinya mengantarkan mataku ke arah kiri. Beberapa teman yang ada di belakangku, yang tak lain adalah teman satu planet cengingisan puas! Hahaha

Salah mengambil jatah, tapi bukan kesalahanku, dong. Swear! 😀 Seandainya di meja ada label “Planet Mars”, misalnya, maka tetamu dari planet lain ngga akan mengambilnya, kan? Tetamu bisa tertib. Tapi, bisa jadi memang Atria tidak memberi label karena sudah ada yang petugas yang mengawasi makanan. KZL.

Daripada terbawa suasana, aku mendekati Mbak Tian (bukan nama sebenarnya), yang jualan jamu dan bubur. 😀 Aku menempatkan diri di depannya, kemudian meminta seporsi bubur sum-sum kesukaanku. Asyiknya di sini, kursi panjang yang terbuat dari rotan belum banyak yang menempatinya.

3 TEMPAT MAKAN ATRIA HOTEL
Ramah. . .

“Mbak, minta satu porsi bubur kacang hijau dan bubur sum-sumu, dong?” Aku memesan dua porsi sekaligus. Dua bubur kesukaanku. Bubur sum-sum aku makan di tempat, sedangkan bubur kacang hijau aku bawa ke meja makan.

Melihat camilan a la western, aku terpesona. Tapi, cukup terpesona. Karena, masih banyak menu lokal yang ingin aku cicipi. 😀 Karena baru mendapat satu porsi bubur, akupun berkeliling untuk mencari menu lain yang mengenyangkan. Aku harus makan nasi, kasihan dede yang sudah menanti asupan makanan.

Nasi goreng menjadi pilihank, meski sebenarnya ingin mencicipi Bakmi Jawa yang udah melambai-lambai di gubugan sana. 😀

SARAPAN PAGI ATRIA HOTEL MAGELANG
Tinggal pilih. . .

Gubugan menjadi tempat untuk menyajikan menu tambahan yang banyak dilirik oleh para tetamu. Tiga gubugan di Pamiluto Restaurant ini masing-masing menawarkan masakan dengan berbagai macam kreasi. Menu dari telor, misalnya. Tetamu bisa memesan telor untuk dibuat apa saja. Selain dadar, ceplok, gulung, banyak juga yang memesan telor orak-arik, kerak telor, dan omelet.

Di sini aku memilih menu telor yang paling simpel, yaitu telor gulung. Soalnya, antreannya banyak banget. Meski antrean berlaku, tapi makin simpel yang dipesan, semakin cepat. 😀 Dua gubugan sebelahnya; menu serba mie dan bebek, terpaksa aku cuekin. Takut kekenyangan. 😀

Berikut makanan yang aku pilih di Pamiluto Restaurant. Makanan 4 Sehat, 5 Sempurna a la Pamiluto Restaurant. Sebuah restaurant yang masuk The Best 10 Restaurant di Magelang versi Trip Advisor.

A photo posted by Idah Ceris (@idahceris) on

Hanya beberapa yang masuk frame. Beberapa irisan buah dan camilan lainnya ngga masuk frame, karena aku terlalu banyak mengambilnya. *takut dikatain* Ya ampun…baru ngerasa kalau orang hamil emang doyan banget makan. *pembelaan*

Masih banyak macam menu makanan yang bisa dipilih di Pamiluto Restaurant. Semua menu yang sudah aku intip, tuh, bikin meleleh. Apalagi dessert dengan porsi yang serba imut. Rasanya ingin mengambilnya satu per satu, kemudian melahapnya dengan cepat. *elus-elus perut*

Baca juga: Pengalaman menginap di Atria Hotel, Magelang.